[ 16 ] - luch box

18 4 0
                                    

"Lemes amat lo."

Pukul sebelas, bell istirahat sudah berbunyi membuat para siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

Seruan tadi berasal dari Hardian, pemuda itu baru saja akan pergi ke kantin bersama temannya yang lain ketika melihat Jezzya yang menghela napas kemudian menelungkupkan kepalanya diantara lipatan kedua lengannya.

Gisel yang duduk di samping gadis itu menepuk pundak Jezzya pelan. "Ikut ke kantin ga?" tanyanya. Sebenarnya dia sudah tahu bahwa jawabannya pasti tidak, jarang bagi Jezzya untuk istirahat di jam pertama.

Jezzya menggeleng masih dengan kepala yang tertelungkup. Kan, Gisel sudah menduga.

"Mau nitip-nitip ga?"

Kini Javier yang bertanya, berinisiatif menawari siapa tahu gadis itu lapar tapi terlalu malas ke kantin yang sudah pasti penuh.

"Nggak deh, gue mau tidur aja."

Suara Jezzya agak teredam karena memang sang empu berbicara masih dengan menelungkupkan wajahnya.

Javier hanya mengangguk, kemudian mengajak teman-temannya yang lain untuk ke kantin. Takut keburu penuh.

"Asta ga ikut?" tanya Denis saat melihat Asta yang masih duduk di tempatnya.

Pemuda Jepang itu menggeleng. "Aku makan bekelnya disini aja," ujarnya mengangkat kotak bekal yang dia bawa.

"Oh, oke deh."

Denis pun akhirnya menyusul Javier yang sudah lebih dulu pergi-takut tidak kebagian tempat-diikuti Gisel setelahnya.

Hardian menggelengkan kepala melihat Jezzya yang masih setia menelungkupkan wajahnya, padahal ia mendengar suara bunyi perut yang kelaparan meskipun sangat samar.

"Gue tau lo laper sebenernya, tapi males aja kan," ujar Hardian sebelum pergi. Tangannya menyempatkan diri untuk mengusak rambut Jezzya dan menepuk-nepuk kepalanya pelan sebelum menyusul ketiga temannya yang sudah lebih dulu pergi.

Asta yang melihat kepergian Hardian melirik ke arah Jezzya yang masih sama dengan posisinya. Tangannya meraih satu kotak bekal lain yang sengaja ia taruh di kolong meja, menatap ragu kotak bekal itu dan Jezzya bergantian.

Ya, Asta memang sengaja membawa dua kotak bekal. Satunya ingin ia berikan pada Jezzya, karena dia sudah tahu dan hafal betul pada kebiasaan gadis itu yang tidak suka menghabiskan waktu istirahat pertamanya ke kantin. Karena pasti penuh dan juga tentunya malas untuk berdesak-desakan.

Asta kembali menatap kotak bekal yang digenggamnya, kemudian menganggukan kepala untuk memberanikan diri. Berdiri dari kursinya, Asta membawa kedua kotak bekal di tangannya dan berjalan ke meja Gisel. Mendudukan dirinya di kursi Gisel, ia pun menyodorkan kotak bekal berwarna hitam ke arah Jezzya. Membuat gadis itu seketika mengangkat kepalanya karena merasa seseorang duduk di sampingnya.

Dahinya mengernyit melihat Asta yang duduk di sampingnya sambil memasang senyuman. Kemudian matanya melirik kotak bekal yang tersodor di dekatnya, membuatnya meneganggakn tubuh dan menatap Asta dengan raut bingung seolah bertanya, 'Ini apa?'

Asta menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eee ... itu, hehehe. Aku buatin bekel buat kamu, soalnya pasti kamu ga bakal ke kantin di istirahat pertama," katanya dengan senyum canggung.

"Em ... makan yuk? Aku juga bawa buat aku sendiri," tambah Asta menunjukkan kotak bekal lainnya yang kini ia letakkan di atas meja Gisel.

Jezzya tersenyum tipis, kemudian disusul kekehan kecil setelahnya. "Thanks," ucapnya meriah kotak bekal di atas mejanya.

Namaku, AstaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang