Chapter 1

734 76 2
                                    


Empat tahun kemudian...

Shinichi dan Shiho kembali menjalani kehidupan normal. Shinichi, Ran, Sonoko dan Masumi sama-sama melanjutkan kuliah ke Universitas Tokyo dengan jurusan berbeda. Ran mengambil jurusan keguruan, Sonoko mengambil jurusan bisnis. Hanya Shinichi dan Masumi yang mengambil jurusan sama di psikologi kriminal. Sejak Shiho memilih untuk menetap di Jepang, Mary meminta Masumi untuk menemani dan menjaga sepupunya itu. Shiho sendiri mendapatkan beasiswa penelitian kedoktorannya di Universitas Tokyo untuk jurusan sains dan metafisika. Setelah empat tahun, mereka semua lulus tepat waktu dan diwisuda bersama hanya berbeda tingkatan saja.

Shinichi membuka agensi detektifnya secara resmi, Masumi ikut bekerja di agensinya. Sonoko menjalankan bisnis keluarga sementara Ran menjadi guru di Teitan. Shiho menjadi peneliti di lembaga penelitian Jepang dan sesekali diundang mengajar di Universitas Tokyo atau menjadi pembicara di seminar-seminar sains. Ia juga menjadi konsultan lepas di agensi Shinichi yang masih sering meminta bantuannya bahkan nyaris tak mengenal waktu.

"Uhm Shiho-Kun? Kau tidak ikut jalan bersama yang lain? Kan festival musim semi lho!" kata Profesor Agasa yang sore itu melihat Shiho masih berkutat dengan laptop dan dokumen-dokumennya.

"Tidak, besok aku ada undangan mengajar di Universitas Tokyo," ujar Shiho tanpa melepas kegiatannya dari laptopnya.

Profesor Agasa tahu itu hanya setengah benar, "kau masih merasa belum menyatu ya dengan mereka?"

Shiho mengedikkan bahu, "aku hanya tidak ingin mereka merasa tidak nyaman dengan kehadiranku."

"Sindiran-sindiran Sonoko tak usah kau masukkan dalam hati."

Shiho menggeleng, "tidak tentu tidak, tapi tetap saja, aku tidak ingin memicu ketidaknyamanan. Kalau Suzuki-San menyindirku, Kudo-Kun dan Masumi akan membelaku, nanti jadinya malah ribut, belum Ran-San juga akan merasa cemburu."

Profesor Agasa memandangnya prihatin, mencemaskan Shiho yang tidak memiliki teman.

Shiho mengerti pandangannya berkata menenangkannya, "tidak usah khawatirkan aku Hakase, aku terbiasa sendiri dan aku menyukainya."

"Ya sudah kalau begitu, kau lanjutkan saja pekerjaanmu, biarkan aku yang menyiapkan makan malam."

"Arigatou Hakase..." ucap Shiho sebelum melanjutkan pekerjaannya.

***

"Are... kau sendiri saja Masumi? Shiho mana?" tanya Shinichi saat melihat Masumi hanya muncul sendirian saja ke tempat yang sudah ditentukan.

"Ah Shiho sedang sibuk menyusun materi untuk mengajar besok. Dia dapat undangan lagi untuk jadi dosen tamu di Universitas Tokyo," Masumi memberitahu.

"Oh begitu."

"Tapi dia titip okonomiyaki," tambah Masumi.

"Ya sudah nanti dibelikan saja."

"Untunglah dia tidak ikut," gumam Sonoko di telinga Ran.

"Kau masih sensi padanya? Udah 4 tahun lho," Ran balas bergumam.

"Tidak tahulah, aku tetap tak bisa suka padanya apalagi menganggapnya teman. Wanita itu terlalu banyak intrik."

"Intrik?"

"Masa kau tidak menyadarinya Ran? Kalau kau sedang makan malam bersama di rumah Shinichi-Kun, Shiho tidak pernah absen kan? Dia juga lebih sering jalan bersama Yukiko-San. Setiap kali shopping ke mall, dia selalu mengajaknya Shiho bukan kau, padahal jelas-jelas kau calon menantunya."

"Anooo... mungkin karena selera fashion Shiho lebih bagus."

"Eh dan dia menggunakan itu untuk merebut hati calon ibu mertuamu."

Ran termenung cemas.

"Shinichi-Kun juga selalu mengandalkan wanita itu hampir sebagian besar investigasinya. Suamimu itu benar-benar bergantung padanya."

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Ya hati-hati saja, jangan lepaskan Shinichi-Kun dari pengamatanmu. Sebisa mungkin ikuti kemana pun dia pergi, walau kau tak suka investigasi, paksakan saja dirimu daripada dia hanya berduaan saja dengan wanita itu."

"Aku mengerti," Ran berusaha mempertimbangkan ide itu.

Akhirnya mereka jalan-jalan ke pasar malam bersama untuk festival musim semi. Ran, Sonoko dan Masumi senang sekali melihat pernak-pernik festival. Ketika sedang bergembira, seperti biasa Shinichi sang magnet mayat tampaknya selalu memancing tragedi. Menjelang puncak festival terjadi kehebohan, ada seorang pria tewas karena keracunan, bibirnya mengeluarkan buih. Kepolisian metro sudah dipanggil begitu juga beberapa orang yang dekat dengan korban. Shinichi, Masumi dan Inspektur Sato berusaha menyelidikinya.

"Kau mau telpon siapa?" tanya Masumi saat Shinichi sedang mengeluarkan handphonenya.

Shinichi tidak menjawabnya melainkan langsung bicara pada lawannya di seberang sana, "ah Shiho!"

Sonoko dan Ran diam-diam bertukar pandang tak suka.

"Nani? Mayat siapa lagi kali ini?" tanya Shiho malas-malasan di seberang sana.

Shinichi hanya terkekeh canggung, "aku ingin kau menelusuri profile beberapa orang."

"Kirimkan saja fotonya," pinta Shiho.

"Hai hai aku akan segera mengirimkannya..."

"Kau ini bisanya cuma nambah kerjaanku saja."

"Kau kan emank selalu sibuk."

"Takuuu..."

"Kata Masumi kau titip okonomiyaki kan? Nanti aku tambahkan takoyaki deh..." rayu Shinichi.

"Plus tambah fee ku sebagai konsultan lepas," gerutu Shiho.

Mata Shinichi menyipit, "hai hai..."

"Kukabari kau begitu dapat infonya."

"Ok," Shinichi memutuskan sambungan.

Dibantu Masumi dan data-data dari Shiho, akhirnya kasus itu dapat terselesaikan dengan cepat. Selama mengamati Shinichi bekerja, Ran diam-diam merenungi dirinya sendiri. Padahal yang satu kantor dengan Shinichi adalah Masumi, bukan Shiho. Tapi ia sama sekali tidak cemburu dengan Masumi, ia lebih mencemaskan interaksi Shinichi dengan Shiho. Meski tidak terlalu kentara, namun perbedaannya terlihat. Sebagai salah satu orang yang mengenal Shinichi sejak kecil, Ran mengetahui hal itu. Ada sebuah sinar lain di mata Shinichi setiap kali ia berinteraksi dengan Shiho baik secara langsung maupun tidak langsung. Shinichi sendiri mungkin tidak menyadarinya, tapi Ran memahaminya dan ia bertekad untuk membuat Shinichi tidak pernah menyadari sinar itu dalam dirinya sendiri.

White Horse PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang