Chapter 13

628 60 4
                                    


Hari pernikahan tiba, pemberkatannya akan diselenggarakan di Gereja Westminster. Shiho sudah lengkap berhias diri dan mengenakan gaun pengantin mewahnya. Ia terlihat sangat cantik, sangat cocok untuk menjadi seorang putri. Sayangnya tiada senyum di wajah cantik itu. Ia malah termenung dengan murung di depan cerminnya.

Mendadak terdengar ketukan pintu.

Shiho menegarkan dirinya, "masuk."

"Semua orang sudah menunggumu Shi..." perkataan Shinichi terhenti saat melihat Shiho. Ia terpana, matanya terpancang pada sosok yang seperti bidadari itu.

"Kudo-Kun?"

"Ah ya..." Shinichi tersadar kemudian berdehem, "semua orang sudah menunggumu Shiho..."

"Eh, aku sudah siap."

Shinichi melangkah mendekati Shiho dan menyentuh wajahnya, "kau cantik Shiho..."

Mata Shiho mulai bergetar menatapnya.

Mata Shinichi juga berkaca-kaca saat berkata, "aku tak pernah tahu, ternyata partnerku begitu cantik. Kau layak menjadi seorang putri. Your Highness..."

Shiho tersenyum getir, "tolong panggil aku 'Putri Setan Mengantuk' sekali lagi."

Shinichi nyengir namun menahan tangis, "Putri Setan Mengantuk."

Shiho terjebak antara terkekeh dan ingin menangis juga, "terdengar lebih baik."

Shinichi mendekapnya, menempelkan pipinya sendiri ke pipi Shiho seraya berbisik, "aku akan merindukanmu, partner."

Shiho memejamkan matanya, "aku juga akan merindukanmu Tantei-Kun."

"Semoga kau bahagia Shiho."

"Jaga dirimu juga Kudo-Kun."

Shinichi melepasnya dan mengalungkan lengan Shiho ke lengannya sendiri, "akan kuantar kau sampai mobil."

Shiho mengangguk, "uhm."

Shinichi menggandeng Shiho hingga sampai lobi depan di mana limousine hitam sudah menunggu, kemudian dengan berat hati ia melepasnya. Ran dan Sonoko membantu menutup wajah Shiho dengan veil tembus pandang lalu membantu mengangkat gaunnya untuk naik ke dalam limousine. Shiho memandang Shinichi dari jendela mobil dan begitu pula sebaliknya hingga mobil melesat dan hilang dari pandangan.

Shinichi akhirnya berbalik badan untuk masuk ke dalam istana bermaksud membereskan barang-barangnya.

"Eh? Kau mau kemana Shinichi? Kita juga harus pergi ke pemberkatan," kata Sonoko.

Shinichi menggeleng, "aku tidak ikut, aku ingin langsung pulang Jepang saja," gumamnya murung.

Ran tidak tahan lagi, akhirnya ia menghampiri Shinichi dan meletakkan sesuatu di atas telapak tangannya. Cincin pertunangan mereka. Shinichi menatapnya tak mengerti.

"Kejarlah..." pinta Ran.

"Nani?"

"Aku bisa melepasmu. Aku masih punya keluarga dan teman-teman, mungkin juga aku akan bertemu dengan Mr. Right ku yang sebenarnya. Aku tidak ingin keegoisanku menghentikan hidup Shiho," ucap Ran berkaca-kaca.

"Ran..." Shinichi tak menyangka kata-kata seperti ini akan keluar dari mulut Ran.

Air mata Ran mengalir saat lanjut berkata, "aku tak sanggup bila suatu hari mendengar berita Shiho menderita depresi atau menjadi bulan-bulanan pers, dimana hal itu disebabkan olehku. Tanggung jawab dan dosanya terlampau besar. Biar aku yang mengalah saja, lagipula aku tahu kau juga mencintai Shiho."

"Arigatou Ran..."

"Selamatkan lah Shiho, masih sempat..." Ran menyemangati.

Sonoko menghentakkan kakinya dengan gemas, "tunggu apalagi! Cepat pergi!" serunya sambil melemparkan kunci mobil.

Shinichi menangkap kunci itu.

"Pakai mobilku sana!" dukung Sonoko.

"Aku akan menghubungi Mama, siapa tahu masih bisa buka jalan. Arak-arakan dari rakyat pasti semakin rapat," kata Masumi sambil mengeluarkan handphonenya.

Shinichi bagai dialiri energi baru, "terima kasih semuanya."

Ia akhirnya memasuki dan melesat dengan mobil sport hitam Sonoko.

***

Mobil yang membawa Shiho sudah mulai memasuki gerbang-gerbang gereja yang berlapis-lapis. Mobil Shinichi sudah dihentikan oleh tim Scotland Yard karena tidak boleh lewat lagi. Selain itu iring-iringan rakyat Inggris yang ingin menyaksikan pernikahan juga sudah membludak. Shinichi terpaksa memarkir mobilnya di pinggir jalan sambil memikirkan jalan keluar untuk mencapai gereja.

Tiba-tiba saja muncul mobil sedan hitam lain merapat di sisi Shinichi. Ketika kacanya turun terlihat Mary Sera di dalamnya.

"Masuklah!" perintah Mary Sera.

Tanpa pikir panjang Shinichi membuka pintu penumpang depan dan masuk ke dalamnya.

"Aku punya ID Card MI6, pasti dikasih jalan," kata Mary seraya menyetir dengan mata tajam.

"Mary-San, tidak takutkah nanti kau bermasalah dengan organisasimu bila membantuku membawa kabur Shiho?" tanya Shinichi.

Mary menghela napas, "aku juga sudah bosan jadi agen, aku sudah tua. Kalau pun mau mengakhiri karirku di sana, lebih baik dilakukan dengan seru, yaitu menculik calon ratu kita."

Shinichi nyengir.

"Lagipula aku juga tak setuju Shiho masuk istana, dia takkan bahagia. Bertahun-tahun aku bekerja di MI6, aku sudah cukup tahu betapa protokol kerajaan sangat memuakkan. Moral para pangeran dan putri yang bobrok. Intrik-intrik yang kotor. Cih! Tidak, aku tidak rela Shiho masuk sana. Terlebih lagi aku tidak suka dengan cara halus Pangeran Henry memaksa Shiho untuk menjadi mempelainya. Seenaknya saja main mengambil anak orang," gerutu Mary blak-blakan.

Mary menunjukkan lencananya pada salah satu petugas Scotland Yard dan langsung diberi jalan.

"Tapi Shinichi-Kun..." lanjut Mary.

"Uhm?"

"Jika ini berhasil, bisa kah kau menjamin akan melindungi dan membahagiakan Shiho?" tanya Mary.

"Ya, dengan hidupku," jawab Shinichi sungguh-sungguh.

"Kau mencintai Shiho?"

"Mencintainya atau tidak, sejak dulu aku selalu bersedia memberikan nyawaku untuknya. Kau tentunya tahu itu Mary-San."

Ya Mary tahu bagaimana tekad Shinichi melindungi Shiho sejak dulu, sejak mereka masih mengecil bersama sebagai Edogawa Conan dan Haibara Ai.

"Dan ya..." lanjut Shinichi yang kini akan mengucapkannya tanpa ragu, "aku mencintainya... Aku mencintai Shiho..."

Mary memarkir mobilnya di tempat yang sudah ditentukan bagi para petugas keamanan untuk parkir, "aku hanya bisa mengantar sampai sini Shinichi. Kau harus mencari cara bagaimana agar bisa menerobos ke dalam tanpa tewas. Keamanannya ketat sekali dari para Royal Guard."

"Arigatou Mary-San. Aku memikirkan untuk masuk dengan cara perang Troya."

Mary mengernyit, "perang Troya?"

Shinichi hanya nyengir tanpa menjelaskan lebih lanjut dan keluar dari mobil.

Namun Mary sudah memiliki dugaan gila bila dia berani begitu...

White Horse PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang