Chapter 12

551 55 1
                                    


"Yang Mulia, Mr. Kudo ingin bertemu," kata asisten Pangeran Henry di suatu siang di ruang kerja.

"Ah persilakan dia masuk," kata Pangeran Henry.

Sang asisten mematuhi dan menyilahkan Shinichi masuk.

"Henry," sapa Shinichi.

"Duduklah Mr. Kudo," Pangeran Henry mempersilakan.

"Shinichi saja," pinta Shinichi saat duduk di kursi depan meja kerja Pangeran Henry.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya Pangeran Henry.

Shinichi mengucapkannya to the point, "batalkan pertunanganmu dengan Shiho."

"Itu tidak mungkin. Aku dan Nenek sudah menetapkan tanggal pernikahannya bulan depan."

"Batalkan pernikahannya juga kalau begitu."

"Lebih kali tidak mungkin, karena seluruh dunia sudah tahu."

"Apakah pencitraan lebih penting daripada perasaan Shiho?"

Pangeran Henry mengernyit, "aku mencintai Shiho. Aku sangat mencintainya."

"Tapi Shiho tidak menginginkan semua ini."

"Dia hanya belum terbiasa, perlahan-lahan nanti dia akan terbiasa, dia wanita cerdas yang cepat beradaptasi."

"Dia tidak bahagia Henry. Tidak bisa kah kau lihat?"

"Setelah menikah nanti, aku pasti bisa membuatnya bahagia."

"Dia tersiksa, Henry."

Pangeran Henry mengaitkan jari-jarinya dan mencondongkan tubuhnya lebih dekat kepada Shinichi, "lalu apa kau pikir selama ini dia tidak tersiksa bersamamu?"

"Eh?"

"Apa kau memikirkan perasaannya saat kau sedang berkencan bersama Ran?"

Shinichi bergeming.

"Dia mencintaimu. Kau belum mengerti juga sampai detik ini?"

Shinichi tak mampu menanggapi.

"Aku yang baru bertemu Shiho saja tahu, tapi kau yang telah bertahun-tahun berteman dengannya tidak tahu?"

Shinichi terhenyak oleh kenyataan itu, ia teringat dengan kecupan Shiho kemarin.

"Apa yang kau harapkan dengan pembatalan pernikahan ini? Shiho pulang ke Jepang bersamamu dan lanjut menjadi konsultan agensimu? Sementara kau melanjutkan pertunanganmu dengan Ran. Kemudian ketika kalian akan menikah, Shiho menyaksikannya sambil menelan pilu. Itu yang kau inginkan?"

Shinichi akhirnya kena skak mat.

"Di sini, walau dia tidak nyaman pada awalnya dengan protokol kerajaan tapi paling tidak aku mencintainya. Aku akan membahagiakannya dan melindunginya dari apapun termasuk serangan pers bila itu yang kau takutkan. Aku takkan pernah membiarkan dirinya direndahkan oleh siapapun lagi. Sekarang kau mengertikan Shinichi? Kau tidak bisa memberikan apa yang kuberikan. Sia-sia saja kau memintaku membatalkan pernikahan ini."

Shinichi mengaku kalah dalam hati, perkataan Pangeran Henry sangat masuk akal.

"Aku sudah pernah bilang padamu kan, coba lah telaah hatimu sekali lagi. Siapa yang sebenarnya kau cintai, Ran atau Shiho. Jangan sampai menyesal bila wanita itu sudah direbut oleh pria lain. Semua sudah terlambat Shinichi. Aku takkan pernah melepaskan Shiho."

Shinichi susah payah menelan ludah sebelum perlahan mengangguk, "kau benar Henry, aku tak bisa memberikan apa yang kau berikan padanya."

Pangeran Henry terdiam, menunggu perkataan Shinichi selanjutnya.

White Horse PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang