Shinichi belum bersedia kembali ke penthouse Sonoko. Anehnya Sonoko dan Ran juga bersikeras untuk bertahan di London, belum pulang ke Jepang sejak pertengkaran hebat mereka. Jadi di sinilah Shinichi masih duduk terjaga di atas kasurnya di hotel. Merenungi segala yang terjadi, mulai dari kasusnya dan masalah pribadinya dengan Ran ditambah percakapan terakhirnya dengan Shiho. Shinichi meraih lencana detektif miliknya dari meja kecil di samping tempat tidur. Terbayang olehnya masa-masa mengecilnya bersama Shiho. Mereka suka sekali berpetualang dan berkomunikasi menggunakan lencana ini. Hati kecilnya mengakui, mendadak saja ia merindukan masa-masa itu. Kemudian Shinichi meraih laci dan mengeluarkan kacamatanya untuk iseng saja melihat posisi Shiho. Betapa kagetnya dia saat mengaktifkan kacamata itu dan melihat posisi Shiho perlahan bergerak keluar istana.
"Eh? Kemana dia malam-malam begini?"
Shinichi mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi Shiho, namun sudah berkali-kali mencoba tidak diangkat sama sekali. Lalu ia mencoba menghubungi Alex.
"Ada apa Mr. Kudo?" tanya Alex mengantuk.
"Kau di mana?"
"Di kamar asramaku."
"Kau bersama Shiho?"
"Tidak, dia kan tidur di kamarnya."
"Tapi aku melihat Shiho keluar istana."
Alex langsung terbelalak, "bagaimana bisa kau... Oh ya pemancar... Aku akan memeriksanya..." ia buru-buru bangkit berpakaian.
"Aku juga akan keluar mengikutinya, perasaanku tidak enak."
"Tetaplah berhubungan dan update posisinya padaku."
"Oke, aku juga mau membangunkan Masumi."
Shinichi buru-buru membangunkan Masumi, kemudian meluncur bersama menggunakan mobil sewaannya. Alex juga telah meluncur menggunakan motor retronya. Mereka terus terhubung untuk update posisi masing-masing. Shinichi juga terus memantau titik merah itu di kacamatanya.
"Mereka terus ke utara, memasuki sebuah hutan sepertinya," kata Shinichi.
"Ah, itu Hutan Epping," seru Alex berusaha melawan berisiknya angin.
"Hutan Epping?"
"Hutan yang sangat cocok untuk pembunuhan," Alex memacu motornya semakin kencang.
Shinichi juga menekan pedal gas nya semakin dalam, jantungnya berpacu, keringat dinginnya mengucur. Sekali lagi ia takut terjadi sesuatu pada Shiho dan kali ini ia lah penyebabnya dalam bahaya. Bila terjadi sesuatu pada Shiho, selamanya ia takkan pernah memaafkan dirinya sendiri.
"Apakah kita ketahuan Shinichi?" tanya Masumi curiga.
"Takutnya begitu, aku merasa aksi Alex dan Shiho dalam mencuri data terlalu mudah. Tak mungkin mereka tidak curiga."
"Eh, tapi kenapa hanya Shiho saja yang dibawa? Alexnya tidak?"
"Aku punya dugaan..."
***
Shiho kaget ketika sadar dan menemukan dirinya sudah di wilayah hutan itu. Hutan pemakaman yang gelap, dingin dan suram. Biasanya ia hanya melihat hutan seperti ini di film-film barat, ia tak menyangka kini ia sungguhan berada di sini. Kedua tangannya melekat di sisi tubuhnya diikat jadi satu dan dipaksa berlutut di tanah basah berembun. Tubuhnya menggigil campuran antara kedinginan dan ketakutan. Penculiknya tentu tak mau repot-repot mengenakan mantel padanya saat membawanya pergi.
Mendadak sebuah cahaya dari senter menyorot tajam pada Shiho. Shiho mengalihkan wajah seraya memejamkan mata untuk menghindari cahaya silaunya. Sosok yang membawa senter itu perlahan-lahan melangkah mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Horse Prince
Fiksi PenggemarRencananya waktu bikin FF ini mau plot yang ringan aja seperti Twins Sherry, karena Pipi emank lagi disibukkan dengan naskah novel utama yang plotnya sangat berat, jadi belum bisa buat FF yang plotnya thriller berat. Tapi ternyata FF ini cukup bikin...