Shiho digandeng oleh Haneda Shukichi sebagai pengganti ayah saat berjalan memasuki gereja. Shukichi menatap adik sepupunya itu dengan cemas.
"Kau baik-baik saja Shiho-Chan? Tanganmu dingin sekali," gumam Shukichi.
"Eh," Shiho mengangguk.
"Ayo kalau begitu."
Perlahan-lahan mereka berjalan di lorong gereja mengikuti iringan irama musik. Di depan sana Pangeran Henry telah menunggu dengan kostum merahnya yang gagah, menanti mempelai wanita dibawakan kepadanya. Shukichi menyerahkan tangan Shiho dalam genggaman Pangeran Henry setelah mereka sampai di depan altar. Pemuka gereja memberikan sedikit kata-kata dari syair alkitab sebelum akhirnya pertanyaan standar pernikahan diajukan kepada Shiho.
"Shiho Miyano, bersediakah engkau menjadi istri Pangeran Henry dan mendampinginya dalam keadaan senang maupun susah, bahagia dan sedih, sehat maupun sakit hingga kematian menjemput?" tanya Sang Pastur.
Jantung Shiho berdebar-debar, ia seakan kehilangan suaranya. Hening yang menyesakkan. Para undangan mulai berdengung bingung. Pastur akhirnya mengucapkan pertanyaannya sekali lagi. Kali ini Shiho menegarkan dirinya dan membuka mulutnya untuk menjawab. Namun belum sempat ada suara yang keluar, mendadak ada teriakan kencang di belakang memanggil namanya.
"Shiho!" Shinichi menerobos masuk ke dalam lorong gereja sambil menunggang seekor kuda putih istana. Salah satu kuda yang dicurinya dari kereta kencana yang rencananya akan membawa Pangeran Henry dan Shiho berarakan keliling London setelah pemberkatan.
Shiho melongo melihat Shinichi memacu kudanya mendekat. Ia sudah lama mengenal Shinichi dan tahu betapa nekadnya pria itu, tapi tak pernah tahu bisa sampai senekad ini. Berkuda menerobos pasukan elite istana? Mau mati apa?! Bahkan bukan hanya Shiho, seluruh hadirin termasuk Pangeran Henry sendiri terkejut. Shinichi menarik tali pelana dan menghentikan kuda tersebut di saat yang tepat sebelum turun dari punggungnya. Terdengar derap langkah pasukan Royal Guard mengepung Shinichi sambil mengacungkan senjata.
"Tidak!" Shiho membuka veilnya sendiri dan berdiri merentangkan tangannya di depan Shinichi, melindunginya dari Royal Guard.
Pangeran Henry tertegun dengan sikapnya, "Shiho?"
"Jika kalian berani tembak, bunuh aku juga sekalian!" bentak Shiho.
"Tahan," Pangeran Henry memerintahkan.
Royal Guard menurunkan senjata namun tetap waspada.
"Apa yang kau lakukan Kudo-Kun? Pergilah dari sini," desis Shiho menghadapi Shinichi.
"Tidak tanpamu."
"Nani?"
"Ikutlah bersamaku Shiho, kita pergi jauh dan tinggalkan semua ini."
"Tapi aku..."
"Aku dan Ran sudah putus."
"Hah?"
"Aku mencintaimu."
Shiho terdiam terpana.
"Ayo pergi Shiho... Jangan lakukan hal yang akan kau sesali..."
Air mata Shiho mengalir, berusaha mencerna semua kata-kata Shinichi barusan.
"Aku tidak bisa hidup tanpamu Shiho! Pergilah bersamaku!" desak Shinichi.
Shiho menoleh pada Pangeran Henry dengan takut-takut. Ia kira Pangeran Henry akan murka dan marah tapi anehnya pria itu malah tersenyum.
"Shinichi benar Shiho, jangan lakukan hal yang akan kau sesali..." kata Pangeran Henry.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Horse Prince
FanfictionRencananya waktu bikin FF ini mau plot yang ringan aja seperti Twins Sherry, karena Pipi emank lagi disibukkan dengan naskah novel utama yang plotnya sangat berat, jadi belum bisa buat FF yang plotnya thriller berat. Tapi ternyata FF ini cukup bikin...