Shinichi, Shiho dan Masumi tertegun di depan monitor laptop Shiho siang hari itu di rumah Profesor Agasa. Mereka baru saja menerima email dari Marry di Inggris. Intinya Marry ingin meminta bantuan penyelidikan dari agensi Shinichi terkait misi di MI6.
"Kalau memang tugas dari MI6, kenapa alamat emailnya pribadi?" Shinichi bertanya-tanya.
"Apa diam-diam tanpa sepengetahuan MI6?" Shiho juga bertanya-tanya.
"Tidak, Mama tak mungkin melakukan semua ini tanpa sepengetahuan organisasinya," ujar Masumi.
Shinichi dan Shiho menatapnya.
"Ini hanya berarti MI6 mungkin dalam teror, jika kelihatan mereka bergerak sedikit saja, keadaannya akan berbahaya, karena itu mereka diam-diam meminta bantuan ya istilahnya agensi kecil dari negara lain untuk membantu. Hal yang tidak diperkirakan oleh pelaku kejahatan," jelas Masumi panjang lebar.
"Hmm... dan bila melihat email ini berkaitan dengan Kerajaan Inggris..." Shinichi melongok lagi ke monitor.
"Sepertinya ada ancaman pembunuhan terhadap Pangeran Henry," gumam Masumi.
"Pangeran Henry putra mahkota yang tak pernah terekspos wajahnya itu?" tebak Shiho.
"Benar, gosipnya Pangeran Henry super introver, dia tidak ingin wajahnya diekspos sampai ia benar-benar siap naik tahta. Sejak kecil ia dikirim belajar ke luar negeri, ke sekolah rakyat sipil biasa tanpa sepengetahuan publik di mana dan kapan," jelas Masumi lagi.
"Kalau begitu, bila ancaman ini benar ada, berarti ada yang mengetahui wajahnya..." Shinichi berpikir keras.
"Itulah yang harus kita cari tahu kan. Masalahnya dia pangeran, siapapun di dunia ini bisa saja musuhnya bahkan mungkin di lingkungan kerajaan itu sendiri," kata Shiho sembari menyangga dagunya di meja.
"Baiklah kalau begitu, kita bersiap-siap saja ke Inggris. Kau bisa Shiho? Aku dan Masumi bisa saja sih, memang ini kasus kami," ujar Shinichi menatap Shiho.
"Hmmm..." Shiho mengecek jadwalnya, "sudah masuk liburan musim panas, aku tak ada jadwal seminar dan mengajar selama dua bulan mendatang. Aku bisa ikut pergi."
"Oke kalau begitu, aku akan meminta sekretarisku menyiapkan semuanya..."
"Ran ikut!" teriak Sonoko mendadak yang ternyata dirinya dan Ran mendengar pembicaraan itu dari tadi di ambang pintu depan.
"Sonoko...?" bisik Ran bingung, tak pernah terpikir dalam dirinya untuk ikut bersama Shinichi ke Inggris, apalagi ini urusan pekerjaan.
"Ssst sudah ikut saja!" desis Sonoko kemudian menggandeng Ran menghampiri tiga anak jenius itu.
"Ran ikut! Aku juga ikut ke Inggris!" ulang Sonoko.
Shinichi bingung, "untuk apa? Kami ini pergi mau kerja lho bukan liburan."
"Ya kalian kerja, kami liburan, kan sudah masuk musim panas ini," Sonoko bersikeras.
"Ck! Tapi ini kan berbahaya!" seru Shinichi.
"Ran bisa karate, aku bawa bodyguard sendiri. Beres kan?!" sahut Sonoko.
"Tapi..." Shinichi tetap tidak setuju.
"Sudah sudah..." Shiho melerai, "tidak apa-apa Kudo-Kun, kalau mereka mau ikut ya ikut saja..."
"Demo yo..." Shinichi merajuk.
"Sonoko-San benar, mereka berdua bisa jalan-jalan sementara kita melakukan pekerjaan kita," Shiho memberi tatapan penuh arti pada Shinichi memintanya mengerti bahwa Ran itu cemburuan.
Shinichi menghela napas, mengalah, "baiklah ikut saja semua."
"Hore!" Sonoko berteriak kegirangan.
Shinichi lama-lama tidak nyaman, ia merasa Ran jadi semakin posesif.
***
Mereka berangkat ke London dengan penerbangan yang sama, namun akhirnya Sonoko yang menangani akomodasinya. Tentu saja dia sudah mengatur Shinichi dan Ran duduk di kursi dengan 2 seat, sementara dirinya, Shiho dan Masumi duduk di kursi 3 seat di tengah. Sonoko juga meminjamkan penthouse mewahnya di London agar bisa ditinggali mereka semua selama di sana. Meski tidak mengerti apa modus si putri orang kaya itu, Shinichi cuek saja, bagus ia akhirnya bisa menghemat anggaran agensinya. Untungnya dalam urusan penyelidikan Sonoko dan Ran tidak ikut campur, mereka lebih sering jalan-jalan berdua saja di sekitaran London, sehingga dirinya, Shiho dan Masumi bisa fokus pada kasus.
Braaak! Terdengar suara tabrakan dan buku-buku yang berjatuhan.
"Aduh! Kalau jalan lihat-lihat donk!" amuk seorang bapak-bapak tua asli Inggris terhadap seorang pemuda asli Inggris juga yang terkapar di jalanan trotoar dengan buku-bukunya yang berserakan.
"Maaf-maaf, saya tidak sengaja," kata pemuda itu seraya meminta maaf dengan tulus.
"Dasar! Anak muda jaman sekarang tidak ada yang benar!" gerutu bapak-bapak tersebut seraya berlalu pergi.
"Haduh..." keluh pemuda itu, ia memandang buku-bukunya yang bertebaran dan mulai memungutnya sendiri.
Shiho kebetulan melihat adegan itu dan merasa tidak tega, ia akhirnya juga membantu pria itu mengumpulkan buku-bukunya.
"Eh, terima kasih sudah membantuku," kata pria itu.
"Sama-sama," kata Shiho sambil menyerahkan buku-buku yang dipungutnya ke tangan pria itu dengan sopan.
"Eh? Kau bukan asli sini ya?" tanya pria itu.
"Ibuku yang asli sini, ayahku asli Jepang," ujar Shiho.
"Oh begitu, perkenalkan namaku Alex," pria itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Alex merupakan seorang pria tinggi tegap dengan rambut berwarna coklat gelap. Wajahnya yang tampan memancarkan keramahan dan kecerdasan terutama matanya sangat indah, berwarna hijau cemerlang.
"Miyano Shiho, panggil Shiho saja," Shiho menyambut uluran tangan tersebut.
"Senang berkenalan denganmu Shiho," ucap Alex sopan, suaranya terdengar menyenangkan.
"Kau rupanya suka Sherlock Holmes juga?" Shiho melirik buku-buku yang dipeluk Alex.
"Suka sekali, Sherlock Holmes dan Robert Galbraith."
"Ah ya, aku mengerti kalau begitu."
"Jangan katakan kau juga suka Sherlock?" tatapan Alex langsung bersemangat.
"Tidak, tapi temanku sangat suka. Kebetulan kerjanya sekarang seorang detektif partikelir."
"Wow! Keren sekali!"
Shiho tersenyum, "kau mahasiswa?"
"Iya, aku sedang menyelesaikan S2 hukumku."
"Semangat kalau begitu, Alex."
"Terima kasih."
"Shiho! Ya ampun dari tadi kami cari!" teriak Masumi dari kejauhan.
Shiho menoleh pada sepupunya sebelum pamit pada Alex, "aku sudah ditunggu teman-temanku, senang berkenalan denganmu Alex. Sampai bertemu lagi," ia berlalu pergi sembari melambai ringan.
"See you again..." Alex membalas lambaiannya dan tetap tertegun di sana sampai Shiho benar-benar jauh sekali. Hatinya berbunga-bunga bertemu dengan wanita blasteran Jepang secantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Horse Prince
FanfictionRencananya waktu bikin FF ini mau plot yang ringan aja seperti Twins Sherry, karena Pipi emank lagi disibukkan dengan naskah novel utama yang plotnya sangat berat, jadi belum bisa buat FF yang plotnya thriller berat. Tapi ternyata FF ini cukup bikin...