"Aku sudah membicarakannya dengan temanku," kata Alex suatu malam bersama Shinichi, Shiho dan Masumi di dalam pub yang sudah tutup, "ada dua lowongan di istana sekarang."
"Oh ya?" Shinichi tampak bersemangat.
"Iya, untuk bagian dapur."
"Kalau begitu siapa nih yang mau masuk?" tanya Masumi.
"Kalau aku boleh memberi saran, sebaiknya yang masuk adalah Shiho dan aku," usul Alex.
"Eh? Kenapa?" tanya Shinichi memandangnya.
"Pertama-tama, karena wajahmu sudah cukup terkenal Mr. Kudo sedangkan Masumi jelas-jelas sangat tomboy, aku ragu dia pernah masuk dapur, gawat kalau sampai dia buat kekacauan hingga memancing perhatian."
"Ya sih hehehe..." Masumi garuk-garuk kepala.
"Terlebih lagi wajah kalian terlalu Jepang, bukannya aku rasis lho," lanjut Alex, "bila Shiho yang masuk, tidak akan terlalu menonjol karena dia masih berwajah Inggris, sementara aku ya aku lebih mengetahui tentang istana. Jadi aku bisa membantu dan melindungi Shiho."
"Memang kau pernah masuk istana?" tanya Shiho.
"Tentu saja tidak, temanku yang ibunya kerja di sana yang menceritakannya. Kebetulan aku juga kenal ibunya, jadi lebih mudah menyusup kan?"
"Bilang saja kau mau berduaan sama Shiho," goda Masumi.
Alex hanya terkekeh malu-malu.
Shinichi terdiam, entah kenapa perutnya sedikit bergejolak tak nyaman saat mendengar Masumi berkata seperti itu.
"Bagaimana Mr. Kudo?" tanya Alex.
Shinichi menatap Shiho, "aku tak bisa melepaskan Shiho begitu saja, aku mencemaskan keselamatannya."
"Kan sudah kubilang, aku akan melindunginya dengan segenap jiwa ragaku," ujar Alex sembari menepuk dada bidangnya sendiri.
"Ayolah Kudo-Kun, aku bukan anak kecil lagi. Lagipula istana seberapa buruk dari organisasi sih?" gerutu Shiho.
"Kami akan melaporkan perkembangannya padamu setiap waktu, jangan lupa aku juga murid Sherlock Holmes," Alex mengedipkan sebelah matanya.
Meski masih berat hati, Shinichi terpaksa menyetujuinya agar penyelidikan mereka tidak jalan di tempat. Hanya ini satu-satunya cara untuk masuk istana.
"Bawa pemancarmu dan tetaplah berkomunikasi denganku," pinta Shinichi pada Shiho.
"Aku mengerti," sahut Shiho bosan.
"Lalu pekerjaanmu bagaimana Alex?" tanya Shinichi.
"Aku bisa minta cuti, mudah saja, bosku baik," sahut Alex ringan.
Shinichi mendesah, "oke kalau semuanya sudah sepakat,"
"Nah sekarang," Alex mengeluarkan sejumlah dokumen dari balik jaketnya, "di sini ada peta istana secara menyeluruh, aku juga harus menjabarkan beberapa peraturan istana supaya kalian mengerti terutama kau yang akan menyusup Shiho," ia berkata sambil menebarkan semua dokumen di meja.
Shinichi melongo, "bagaimana kau bisa mendapatkan semua ini?"
"Kan sudah kubilang aku fans setia kerajaan dan aku punya kenalan orang dalam kan? Hehehe..."
Shinichi menaikkan sebelah alisnya, "ya masuk akal."
"Ayo kita mulai..."
Semalaman itu akhirnya mereka mempelajari peta dan aturan istana.
***
Dua hari kemudian Shiho dan Alex masuk ke istana untuk bekerja di bagian dapur. Mereka mendapatkan pekerjaan yang tidak menarik perhatian. Pegawai junior yang tugasnya hanya memotong-motong sayur saja, namun mereka tetap menajamkan pendengaran mereka terhadap bisik-bisik di antara sesama pegawai yang bekerja di dapur. Tidak sembarang orang bahkan pelayan sekalipun yang bisa seenaknya mondar-mandir di koridor istana. Ratu sendiri sudah memiliki asisten dan pelayan kepercayaan sejak dulu. Jadwalnya juga rutin jadi bila ada orang asing menyusup, akan langsung ketahuan. Kamera CCTV tertanam di setiap sudut. Shiho dan Alex tidak mampu bergerak leluasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Horse Prince
FanfictionRencananya waktu bikin FF ini mau plot yang ringan aja seperti Twins Sherry, karena Pipi emank lagi disibukkan dengan naskah novel utama yang plotnya sangat berat, jadi belum bisa buat FF yang plotnya thriller berat. Tapi ternyata FF ini cukup bikin...