New Scar, New Friend

889 91 6
                                    

! Mengandung adegan kekerasan !

Sebuah rumah mewah yang cukup besar dengan warna putih dihampir keseluruhan mansion tersebut menjadi tempat peristirahatan Porsche setelah menjalani hari yang sial ini. Rumah ini terkesan terlalu besar untuk orang yang tidak terlalu ramai yang mendiami rumah ini. Hanya dirinya, beberapa maid, beberapa pengawal dan sang ayah yang hanya pulang sebentar dari luar negeri.

Rumah mewah yang dibangun atas 'kerja keras' sang ayah dalam membangun perusahaan yang Porsche yakini berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah mewah yang dibangun atas 'kerja keras' sang ayah dalam membangun perusahaan yang Porsche yakini berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Porsche sebenarnya merasa heran bahwa sang ayah baru memiliki perusahaan beberapa tahun yang lalu tapi sudah menjadi salah satu yang terbesar di Thailand. Entah bagaimana sang ayah membangunnya hingga menjadi seperti itu dengan cepat.

Langkah kaki Porsche terasa sangat melelahkan disetiap langkahnya. Bayangan kasurnya yang empuk langsung muncul dipikirannya membuatnya segera ingin tidur yang lelap melupakan apa yang terjadi hari ini.

"Dari mana saja kau?"

Suara berat yang dingin muncul dari belakangnya membuat Porsche langsung terdiam kaku di anak tangga yang dinaikinya. Kalau Porsche tidak salah melihat jadwal, seharusnya pemilik suara berat itu akan pulang ke rumah besok hari.

Langkah kaki sang pria tadi terdengar semakin mendekat ketika Porsche sedang memikirkan kemungkinan yang akan terjadi nantinya di dalam pikirannya.

"APA KAU TULI, HAH?!" kata pria tersebut sambil menarik rambut Porsche yang membuatnya sampai hampir jatuh dari anak tangga yang baru dinaikinya.

"M-maafkan aku, Pa." ucap Porsche lirih sambil memegang tangan yang menarik rambutnya juga menahan rasa sakit atas tarikan pria tersebut yang merupakan ayah dari Porsche.

Tarikan tersebut tidak main-main, Porsche takut hal itu bisa saja mencabut rambutnya langsung dari kepalanya.

"Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan di malam hari, hah?! Kau bertingkah seperti berandalan jalanan dengan berkebut-kebutan seperti itu! APA KAU PIKIR AKU MEMBESARKANMU UNTUK MENJADI BERANDALAN JALANAN SEPERTI ITU, HAH?!" teriak ayah Porsche tepat di hadapan Porsche.

'Plak!'

Bekas tamparan itu terasa hangat dipipi Porsche, bahkan sampai membuat bibirnya sobek hingga berdarah karena tamparan keras tersebut. Hal ini memang sering diterima Porsche saat ayahnya sedang marah dengannya. Memangnya kapan sang ayah pernah bangga padanya.

Sang ayah langsung menyeret Porsche dengan terus menarik rambut Porsche hingga membuatnya berteriak memohon ampun kepada sang ayah, tapi semua itu hanya hal yang sia-sia.

Para maid dan pengawal yang melihat hal tersebut sudah menjadi hal biasa untuk dilihat jika Tuan Besar mereka sudah pulang ke rumah ini, namun rasa iba akan selalu ada saat melihat Tuan Muda mereka menerima kesakitan tersebut.

Nerd's BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang