Prolog

221 41 24
                                    

"Kayra akan pindah kesini Angkasa" ucap seorang laki-laki paruh baya.

"Hah? Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapi-an! kamu harus menghandle sepupu kamu agar tidak berulah! Kamu mengerti?" Perintah laki-laki paruh baya itu.

Sambil menghembuskan napas panjang dan membuang napasnya kasar manusia yang bernama Angkasa hanya bisa mengangguk lemah. Percuma melawan kepada kakeknya ini, apakah di dengarnya? Tidak.

Untung kakek gue, kalo bukan udah gue musnahin. Batin Angkasa masih terduduk menghadap kakeknya itu.

Sesudah membicarakan hal tersebut Angkasa langsung keluar dari ruangan kakeknya. Dalam hati ingin berkata "Kenapa tidak lewat jalur chat atau telepon? Sangat menyusahkan!". Tetapi ini kakeknya yang memanggil, Angkasa tidak bisa membantah perintahnya.

******

"KAKEK?! OM ZEN?! BUNDA DEWI?!" teriak seorang perempuan di depan pintu rumah Angkasa.

Angkasa mengetahui suara cempreng perempuan di depan rumahnya. Ingin rasa melemparnya memakai pot bunga yang sangat besar mengarah ke perempuan itu.

Sampai depan pintu Angkasa langsung disambut tas besar yang terlempar. Naasnya, tas tersebut mengenai muka Angkasa dengan sangat-sangat akurat. Sakit? Tentu sakit, tas itu terlempar dengan sangat kuat, mungkin orang yang melemparnya menggunakan tenaga dalam.

"Halo Angkasa jelek!" sapa perempuan itu mengejek.

"Lo dateng-dateng ngajak ribut hah?!" ketus Angkasa menatap perempuan itu dingin.

"Tenang bro! Sepupu cantik, imut, lucu mu ini tidak ingin baku hantam untuk sekarang ini" balasnya dengan muka yang menjijikan.

"Mungkin besok!" lanjutnya yang langsung ngicir masuk tanpa memberi salam kepada Angkasa yang sedang berdiri di hadapannya.

"Anak setan!" gumamnya tidak didengar Kayra.

"OM?! BUNDA?! KAKEK?!" panggilnya lagi di dalam rumah.

"Ini bukan hutan Kay!" Peringat-nya sambil melempar tas di atas meja.

"Bi, mana Kakek?" tanya Kayra kepada salah satu art di rumah  itu yang sedang lewat.

"Di atas non" jawabnya sopan lalu berjalan lagi untuk meneruskan pekerjaannya.

"MAKASIH BI!" teriaknya kembali yang langsung dibalas anggukan pelan oleh art rumah itu.

Angkasa hanya bisa menutup rapat-rapat telinganya, ia rasa tidak aman untuk mendengarkan suara teriakan yang Kayra sekaligus sepupu setannya itu berteriak dengan suara cemprengnya.

Tidak menghiraukan Angkasa, Kayra langsung menaiki anak tangga untuk menemui sang kakek tercinta. Sudah berapa tahun belakang-ngan ini ia tidak berjumpa dengan sang kakek. Perempuan itu juga rindu dengan Bunda dan Omnya, ya itu Bunda dan Ayah Angkasa sendiri.

Sampai di depan ruangan sang Kakek, Kayra membuka pintu pelan-pelan. Ada rasa sedikit takut untuk membuka pintu itu, takutnya nanti Kakeknya sedang ada urusan penting yang tidak boleh di ganggu.

Kakek yang mengetahui Kayra sudah datang langsung bergerak mendekat. Padahal Kayra belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali dihadapan Kakek, tetapi Kakek sudah mengetahui bahwa yang membuka pintunya dengan sangat pelan itu adalah Kayra. Kalian ingat kan teriakan Kayra tadi? Ya itu terdengar kedalam ruangan yang kedap suara itu.

"Masuk Kay! Jangan intip-in kakek mulu" ucap sang kakek membuka pintu.

Kayra yang mendapatkan perlakuan tersebut hanya menggaruk tengkuknya tidak gatal. Bukannya malu, Kayra langsung memeluk sang kakek, siapa yang tidak rindu kalau sudah beberapa tahun tidak bertemu?. Apalagi ini adalah kakeknya.

"Gimana kabar Kay?" tanya Kakek yang masih dipeluk oleh Kayra.

"Alhamdulillah baik kek, kalau Kakek?" Balasnya sambil melepas pelukannya itu perlahan.

"Alhamdulillah, Kakek juga baik" jawab Kakek dengan sangat lembut.

Angkasa melihat aktivitas yang Kakek dan Cucu itu lakukan sedari tadi. Tidak iri, Kakeknya juga membagi kasih sayang dengan sangat setara, walaupun sedikit tegas kepada Angkasa.

"Sepertinya sudah cukup pembicaraannya ya! Makan siang udah siap tu" Tarik Angkasa di baju Kayra.

Kayra yang merasakan ditarik menepis kasar tangan Angkasa. Baginya ia dianggap anak-anak saja.

"Bro, jangan tarik-tarik!" peringat Kayra menunjuk muka Angkasa.

Angkasa melihat itu memutar bola matanya malas. Tidak heran dengan perlakuan Kayra terhadapnya, kalau pun Kayra baik dan kalem kepadanya mungkin ia ada keinginan. Kalau tidak itu harus dipertanyakan.

"Kamu laper kan Kay? Yuk turun" ajak Kakek mengelus-elus kepala Kayra.

Kayra yang mendapatkan hal itu senang, seperti anjing yang di elus-elus oleh majikan saja. Angkasa yang melihat itu mengikuti pergerakan sang Kakek untuk menjahili Kayra, kapan-kapan lagi kan membuat seorang Kayra ini kesal. Kayra yang melihat itu hanya memukul pelan tangan Angkasa pelan.

"Mau minta dimutilasi ni orang". Batin Kayra menatap Angkasa aneh.

"Apa?" tanya Angkasa spontan.

"G" balas Kayra singkat lalu pergi meninggalkan Angkasa sendirian di dalam ruangan.

Sebelum meninggalkan Angkasa dengan sangat hilang, Kayra masih sempat-sempatnya menjahili Angkasa dengan menjulurkan lidahnya mengejek. Angkasa yang melihat itu tidak merespon apa-apa. Untuk apa direspon orang gila seperti Kayra ini.

"Manusia gila!". Batin Angkasa lalu ikut keluar dari ruangan sang Kakek.

*******

Thanks You
See You Next Time
Bye Bye

AMORFATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang