Pantiasuhan Kasih Bunda | 13

24 16 0
                                    

Dengan langkah lunglai, seorang perempuan menatap kosong di tepian sungai. Sungai yang begitu tenang, angin yang berhembus membuat dedaunan bergoyang. Burung yang bersuara seperti melodi, terdengar sangat menenangkan bagi perempuan yang sedang mendekati sungai tersebut.

Memakai baju putih panjang, diatas Kepalanya yang terdapat bunga yang begitu amat cantik, menambah khas kecantikan perempuan itu. Tetapi tempat itu sepi, suara angin pun sampai terdengar. Perempuan itu terduduk lemah, ia tidak ingin bercerita, rasanya bercerita hal ini sangat keluh kalau di ulangi kembali.

Tiba-tiba air matanya menetes membasahi pipinya yang sedikit gempal. Perempuan itu baru saja memasuki usia delapan tahun. Bukannya tidak senang di hari bertambah umurnya, tetapi ia hanya membenci hari kelahirannya, yang selalu dianggap sial bagi keluarga dekatnya.

Tangan halus tiba-tiba saja mengelus puncak kepala perempuan kecil itu. Perempuan itu pun menoleh, ia ingin melihat siapa orang yang tiba-tiba saja mengelus puncak kepalanya itu.

Dengan wajahnya yang terkejut itu, ia langsung memeluk kuat seseorang yang berada tepat dibelakangnya, Yang dimana adalah manusia yang tiba-tiba saja muncul dan mengelus rambut hitam perempuan itu.

Perempuan kecil nan cantik itu memandang wajah seorang perempuan itu dengan tatapan mata yang berharap, air matanya yang terus mengalir itu langsung di hapus oleh tangan lembut perempuan didepannya ini.

Perempuan itu memakai baju berwarna putih, rambutnya yang hitam teruraikan, menambah kan kecantikan yang sangat sejuk dipandang. Dengan suara lembutnya perempuan itu berbicara dengan anak kecil itu.

"Jangan menangis ya anakku, kau harus kuat dan tabah menghadapi situasi ini. Jangan putus asa, masih banyak orang-orang yang menyayangi kamu seperti Mama," Ucap perempuan itu sangat lembut dan ia juga langsung menarik nafasnya pelan.

"Maafkan Mama yang tidak hadir saat kamu tumbuh" lanjutnya dengan senyum manis menatap wajah anak kecil itu, perempuan itu juga mengelus pipi anak kecil itu yang kini tidak meneteskan air matanya lagi.

"MAMA?!" teriak Kayra tiba-tiba yang membuat Avalea yang berada disebelahnya terkejut bukan main.

"Astafirullah, Kay kamu kenapa?" tanya Avalea sedikit keheranan melihat keringat Kayra yang membasahi baju sekolahnya.

"Ng-nggak" balasnya sedikit gugup karena sedang menetralkan napasnya yang sedikit memburu.

"Kamu nangis?" tanya lagi oleh Avalea.

"Nangis?" mendengar itu Kayra langsung mengusap-usap pipinya kasar, sebenarnya ia juga tidak mengerti dengan apa yang barusan terjadi.

Melihat jam tangannya Kayra sedikit terkejut, ini sudah lewat jam pulang, kenapa Avalea tidak membangunkan nya? Bukannya tadi ia sudah memesankan untuk membangunkannya saat jam pulang. Tetapi kini jam pulang telah lewat satu jam lebih, malah ia membaca buku yang Kayra sendiri tidak tahu.

"Va Kenapa lo nggak bangunin gue? Lo lupa apa gimana? Kan tadi gue udah mesen buat bangunin gue kalo udah jam pulang, lo bangunin nggak, baca buku aja!" omel Kayra tanpa jeda sedikitpun.

Mendengar ocehan itu, Avalea menatap Kayra jengah, perempuan ini apa maunya, bersikap siapa yang salah siapa yang kena omel.

"Tadi aku udah bangunin kamu, tapi kamu susah di bangunin, padahal tadi aku udah pake speaker masjid yang kecil itu, tapi kamu masih nggak bangun-bangun. Sebenarnya kamu itu mati atau tidur? Kok susah banget bangunnya?" jelas Avalea sedikit bingung dengan manusia didepannya ini.

"Ya udah lupain, lo pulang naik apa?" tanya Kayra sedikit mengalihkan topik.

"Jalan"

"Why? Lo gila?"

AMORFATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang