"Halo Ava" sapa seorang perempuan di depan meja Avalea.
Avalea tidak menanggapi hal itu, perempuan itu sudah terlanjur sangat lelah atas perilaku ketiga perempuan didepannya. Karena sapaan mereka tidak di perdulikan Avalea, Agnes dan rombongannya merasa kesal, sepertinya peliharaan mereka mulai mempunyai nyali.
"Jawab dong, kita-kita kan nyapa," ucap Agnes yang mulai agak kesal.
Masih tetap diam dan tidak ada jawaban apapun, Avalea masih tetap tidak ingin menjawab sapaan dan pernyataan dari Agnes dan teman-temannya. Sedangkan rombongan Agnes tambah kesal dengan perilaku Avalea yang sudah mulai bisa melawan mereka bertiga.
Srettt...
Agnes tiba-tiba menarik kerah baju Avalea kasar, kesabarannya manusia itu telah terbakar emosi yang kini sudah memuncak. Sedangkan Avalea menatap Agnes jengah, perempuan itu sudah lelah dengan kehidupannya yang terus-menerus di injak-injak oleh Agnes dan rombongannya. Tubuhnya kini sudah sangat lemah karena setiap hari ia selalu dipukuli dan dihina oleh Agnes dkk.
"BERANI LO, HAH?!" teriak Agnes marah.
Mendengar teriakan Agnes semua anak-anak dikelasnya menatap Avalea kasihan, mereka sebenarnya ingin menolongnya tetapi apalah daya, mereka hanya ingin bersekolah dengan tenang tanpa ada gangguan dari Agnes serta rombongannya.
Plak..
Tamparan keras begitu saja Agnes lontarkan, sedangkan Avalea langsung terduduk lemas karenanya. Memegangi pipinya yang kini tengah panas karena tamparan dari Agnes. Agnes dan teman-temannya hanya tertawa melihat Avalea yang terduduk lemah itu, tanpa rasa bersalah mereka langsung keluar dari kelasnya.
"Gue salah apa sih?" Batin Avalea sendu.
Rasa sakit yang menjalar di pipinya itu ia acuhkan, lagian siapa yang peduli dengannya? Ia hanya anak beasiswa yang tidak pernah dipedulikan oleh manusia-manusia lain. Perempuan itu selalu berpikir bahwa, menjadi orang kaya itu sepertinya enak segala pasti akan terkabulkan, tidak dengan orang miskin, apa-apa pasti akan dihina. Lo kaya, lo berkuasa.
*****
"Aziel ganteng, liat tugas dong!" goda Shaka yang langsung di balas anggukan cepat Dipta.
Razi dan Angkasa yang melihat hal itu tidak heran lagi, Dipta dan Shaka itu seperti saudara beda orang tua, sama-sama tidak pintar dan sama-sama juga ingin menyontek kepada Aziel.
Angkasa menyenggol siku Aziel pelan, sedangkan Aziel yang mendapat kan hal itu sedikit tertoleh, menatap Angkasa heran, cowok itu juga tidak mengerti dengan sikap Angkasa tiba-tiba saja seperti itu.
"Apa?" tanya Aziel menatap Angkasa heran.
"Kayra," balas Angkasa singkat.
"Dia mau sekolah Sa" ungkap Aziel memberi tahu pesan Kayra semalam.
Mengingat semalam memang Aziel ke rumah sakit untuk menemani Kayra, karena perempuan itu tidak ingin ditemani Angkasa, ia masih tetap belum bisa memaafkan perbuatan Angkasa, mengingat saja itu membuatnya ingin menangis lagi.
Flashback On
- Rumah Sakit Jaya Bakti Jakarta
- Pukul 01.23"El," panggil Kayra pelan.
Mendengar hal itu Aziel yang bermain handphone langsung mengalihkan perhatian nya. Menatap Kayra penuh tanya, sedangkan Kayra ingin mengeluarkan katanya rasanya sangat keluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORFATI
Random⚠️[The story contains adult scenes, violence, and profanity]‼️ ⚠️[IF THERE ARE SIMULTANEOUS WORDS, SENTENCES AND CHARACTER NAMES. EXCUSE ME. THERE IS NO ELEMENT OF PRACTION]‼️ [Jangan lupa VOTE & KOMEN]? Angkasa terpaksa harus mengikuti perintah dar...