Diam Bukan Berarti Tidak Perhatian | 19

38 20 4
                                    

19. Diam Bukan Berarti Tidak Perhatian.

Cuaca Jakarta di siang itu kini sedikit mendung, mungkin akan datang hujan nantinya. Menanti jam istirahat yang kini sangat lama sekali, membuat Kayra jangan jenuh. Perempuan itu paling malas mempelajari pelajaran matematika yang sudah berjalan dua mata pelajaran, waktu satu jam pelajaran adalah tiga puluh menit. Bayangkan enam jam belajar matematika, apa nggak mudeng tu kepala Kayra?.

"Pak!" Panggil Kayra berdiri yang langsung mendapati sorotan mata penuh tanya oleh manusia dikelas itu.

"Kenapa, Kay?" Tanya guru matematika itu mengehentikan tulis menulis di papan tulis. Dia Pak Eko.

"Izin ke toilet, kebelet" alasannya.

"Ya sudah cepat, ya" setujunya yang langsung dibalas anggukan cepat dari Kayra.

Avalea yang mengerti hanya bisa geleng-geleng. Perempuan yang duduk sebangku dengannya itu apakah tidak bisa diam?.

Karena telah diizinkan oleh gurunya, Kayra bernafas lega. Akhirnya ia bisa menghirup udara bebas, tidak perlu lagi mendengarkan penjelasan dari Pak Eko yang dimana dia tidak mengerti sedikitpun.

"Akhirnya gue bisa ke kantin" serunya bernafas lega.

"Kira-kira nanti di kantin gue mau, ya? Mie ayam keliatannya enak"

Sesudah mengucapkan pemikirannya, Kayra sedikit berlari kecil dan tak lupa sedikit meloncat-loncat.

Lorong-lorong dikelas sangat sepi karena manusia di sana sedang mencari ilmu, Kayra juga mencari ilmu, iya ilmu mencari makanan di kantin.

Bersenandung kecil, sebentar lagi perempuan itu akan sampai ke tujuannya yaitu kantin. Tetapi langkahnya terhenti karena teriakan dalam kantin. Kayra mengenal suara barinton itu, siapa lagi kalau bukan guru fisikanya? Ya itu Bu Nurlela.

Perempuan itu menduga bawa pasti rombongan NEO25. karena Bu Nurlela sesekali menyebut nama Angkasa serta rombongan.

"Kamu, Kayra! jangan lari!" Kayra mendengar itu langsung menghentikan langkahnya yang ingin kabur dari mautnya amukan Bu Nurlela.

Ni guru kok bisa tau? Gue belum munculin diri gue Lo! Atau jangan-jangan Bu Nurlela punya indra kesembilan. Batin Kayra bingung. Bagaimana tidak bingung, ia memunculkan kepalanya saja tidak malahan tidak terlihat sedikitpun dari mata karena Kayra terbilang masih cukup jauh. Perempuan itu tidak tau saja bahwa ada kaca yang memantul di penglihatan Bu Nurlela.

"Hehe" kikuknya menatap Bu Nurlela.

"Kesini kamu" titah Bu Nurlela menyuruh Kayra mendekat dan langsung disusul cepat olehnya.

Setelah sampai Kayra langsung mendapati jeweran kuat oleh gurunya ini. Kayra yang kesakitan hanya bisa mengaduh, ingin melawan punni guru pasti akan menyiksanya lebih dari hal ini.

"Kamu ini ya, bolos terus! Kalian berenam ini sangat susah sekali ditegur. Kalian nggak tidak lelah dengan perlakuan kalian sendiri?!" Marahnya mengeluarkan unek-unek hati.

Kagak. Batin Kayra, Dipta, Angkasa, Aziel, dan Shaka. Razi? Ah, manusia itu sedang memperhatikan kantin saja dari tadi.

"Berdiri sambil hormat didepan tiang bendera sampai jam istirahat!" Kata Buk Nurlela yang hanya dianggukan pelan oleh mereka. Bu Nurlela tidak tahu saja bahwa Shaka, Dipta dan Kayra sedang menyumpah serapahinya.

****

Tiga puluh menit mereka berenam berdiri dilapangan, tepatnya di depan tiang bendera dengan hormatnya yang kadang sering turun karena lelah.

Tak henti-hentinya menyumpah serapahi Bu Nurlela. Padahal tadi mendung, tetapi sekarang malah sangat menyeruak panasnya, mungkin mendukung mereka yang sedang dihukum itu. Keringat yang terus mengucur di tubuh mereka karena matahari yang sangat tidak bersahabat. Sedangkan para murid sudah mondar-mandir melihat pemandangan itu, apalagi para kaum hawa yaitu perempuan.

Tetapi tiba-tiba saja, Razi bergerak meninggalkan mereka yang sedang kena panas itu menuju ke salah satu pohon yang dimana jaket mereka berlima sedang tersampir disana. Mengambil jaketnya lalu kembali bergerak mendekati mereka.

Teman-temannya yang melihat itu bingung melihat Razi yang membawa jaket. Kayra? Perempuan itu sedang memejamkan mata, sungguh saat ini sangat melelahkan.

Razi yang sudah sampai langsung memakaikan jaketnya di tubuh Kayra. Kayra yang terkejut menatap Razi penuh tanya, sama halnya dengan rombongan Angkasa malahan mereka sangat terkejut dengan sikap Razi ini.

Seperti tidak merasakan tatapan penuh tanya dari Kayra dan temannya. Razi kembali memposisikan dirinya di sebelah Angkasa.

"Kenapa?" Tanya Angkasa heran.

"Baju Kayra" balas Razi yang hanya dibalas Angkasa dengan anggukan.

Teman-temannya mendengar pernyataan Razi, mereka mengerti dengan sikapnya. Mereka juga tidak terlalu memperhatikan Kayra, atau mereka lupa?.

Razi itu perhatian, tetapi cara berbeda dari orang lain.

"BUK! KITA UDAH TIGA PULUH MENIT LO DISINI! NGGAK KASIAN NAPA SAMA KITA-KITA?! DARI TADI DIJEMUR KEK IKAN ASIN!" Teriak Dipta tidak di pedulikan Bu Nurlela.

"BENER TU NANTI SAYA NGGAK ADA YANG NAKSIR LAGI KARENA TERUS DIJEMUR NI!" Sambung Shaka ikut-ikutan

"APALAGI SAYA BUK! NANTI KALO SAYA TIBA-TIBA PINGSAN GIMANA?! KAN BISA NYUSAHIN IBUK JUGA!" Kata Kayra yang langsung mendapati tatapan tajam oleh Angkasa.

"Hayo, Angkasa ngamuk tu Kay!" Ejek Dipta ke arah Kayra.

"Diem Lo!" Marahnya mengerucut kesal.

Walaupun berteriak seperti itu, Bu Nurlela yang sedari tadi duduk tidak jauh dari sana tidak merespon ucapan anak murid yang bandel menurutnya.

Sedangkan Pak Eko belum sadar bahwa Kayra belum masuk juga ke dalam kelas. Sudah tiga puluh menit lebih perempuan itu belum kembali dari meminta izin ke toilet. Se mules itu perutnya?.

"Kayra belum balik?" Tanya Pak Eko penuh tanya.

Murid-murid yang ditanya hanya bisa menggeleng menjawab pertanyaan dari guru di depannya. Sebenarnya mereka tahu dengan tingkah Kayra, pasti perempuan sedang berada di kantin kalau bukan dikantin pasti sudah terciduk oleh Bu Nurlela.

Kayra nggak bosen-bosennya buat masalah, aku yang dengernya aja capek. Batin Avalea menatap kursih kosong disebelah nya.

🍄To be Continue🍄
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Terima kasih yang udah baca AMORFATI sampe chapter sekarang. Una sangatlah senang bisa membuat cerita seperti ini, walaupun ini pengalaman pertama Una. Doain ya semoga AMORFATI dikenal oleh banyaknya orang-orang.

Kemaren handphone Una rusak jadi nggak update" AMORFATI deh. Tapi sekali lagi Una sangat-sangat berterima kasih buat kalian semua gaess!!!..

Rencananya AMORFATI akan 35 chapter aja, tapi itu baru rencana sih hehehe. SEMOGA AJA BISA TERCETAK YAA!! MWEMWEE

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN TEMANNYA UNA!!! THENKYUUU!!

SEE YOU NEXT TIME.

AMORFATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang