Hari yang mengesalkan | 09

46 18 0
                                    

Brakk.

"Eh kambing hati-hati, lo tu masih belom pulih" peringat Angkasa yang melihat Kayra meloncat begitu saja dari motornya, ia tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran perempuan satu ini.

"Bacot dekku!" ejek Kayra kelepasan.

"Adek? Nggak pernah ngaca lo?" ucap Angkasa menatap Kayra jengah.

"Beda lima menit doang"

"Upin Ipin itu kali"

"Sejak kapan Boboiboy?"

"Sejak Nenek bangkit dari kubur,"

Mendengar itu Kayra langsung menepuk belakang punggung Angkasa kasar. "Mulut lo!" Ucapnya tidak terima.

Angkasa hanya terkekeh ringan mendengar itu, ya cowok itu memang sedang senang saja karena Kayra telah memaafkan kesalahannya untuk hari itu.

"Kantin Ah," ujar Kayra ingin bergerak pergi dari parkiran itu, tetapi langsung berhenti karena ada yang menarik kerah baju belakang.

Dengan kesal Kayra menatap Angkasa tajam, perbuatan Angkasa ini seharusnya dieksekusi saja, selalu saja ditarik seperti ini, seperti anak kecil saja. Angkasa melihat Kayra merespon seperti itu hanya menatap nya dengan tatapan mata yang sangat teduh, sangat jarang melihat tatapan dari Angkasa yang seperti ini.

"Ke kelas lo! Sekolah jangan bolos mulu, udah bodoh tambah bodoh! Mau jadi apa lo?!" ceramah Angkasa panjang kali lebar.

"Sa butuh kaca sebesar apa?" Batin Kayra menatap Angkasa heran.

"Nye nye! Ngaca saa, ngaca! Lo juga sering bolos" balas Kayra tidak terima di omeli pagi-pagi.

"Gue bolos masih pinter," Jawab Angkasa singkat sambil mendorong kening Kayra pelan.

Mendengar itu Kayra berpikir sejenak, tidak salah tetapi juga tidak benar. Angkasa memang termasuk orang pintar, walaupun sering bolos otaknya tidak polos seperti kertas putih saja. Sedangkan dia masuk sekolah sebulan terisi cuma satu kalimat saja.

"Oteii!" Kata Kayra sambil melepaskan tangan Angkasa yang menggenggam kerah baju nya, setelah melakukan hal itu ia langung pergi meninggalkan Angkasa sendiri di parkiran.

"Dasar bocil" Batin Angkasa yang sedang menatap punggung belakang Kayra yang berjalan menjauh, setelah menghilang dari pandangan mata. Angkasa langsung bergerak pergi dari sana.

-----*****------

"Halo Kayra cantik" sapa seorang laki-laki.

Laki-laki itu memang sedikit tinggi, kulitnya yang putih, memakai kacamata, tampan, memakai jaket kulit dan celana sekolah berwarna abu-abu, membuat dirinya terkesan cowok pintar. Tetapi Kayra tetaplah Kayra, setampan apapun manusia itu ia tidak akan pernah menyukai dia. Toh semua cowok memang tampan, kalau cantik mungkin dia kelainan.

Kayra tidak merespon ucapan sang lelaki itu. Ia hanya melewatinya, berjalan terus tanpa ada respon. Sangat malas meladeni para-para buaya seperti ini. Sudah sangat basi baginya.

"Ra!" panggilnya sambil mengejar Kayra. Lelaki itu sudah lebih dulu menggenggam tangan Kayra. Kayra ingin menepis tangannya, tetapi tangan cowok itu sudah kuat dan menempel di tangan mulusnya.

"Kenapa si?" balasnya jengkel.

"Pulang bareng sama gue nanti, ya?" ungkap nya kepada Kayra

"Enggak!" tolak Kayra mentah-mentah. Kayra ingin bergerak pergi, tetapi laki-laki itu lebih dulu berada di depannya untuk menghalangi jalan Kayra.

AMORFATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang