Mencari | 04

49 22 2
                                    

4. Mencari

Tok tok tok....

Suara ketukan pintu kamar Kayra. Sang empu yang mempunyai kamar itu langsung bergerak cepat membuka pintu kamarnya. Perempuan satu itu tahu orang yang mengetuk kamarnya dengan sangat-sangat sopan seperti itu. Pasti Bunda.

"Bentar Bun," Teriak Kayra.

membuka pintu kamar pelan lalu menampilkan perempuan paruh baya sangat cantik yang sedang berdiri. Terlihat sangat khawatir kalau dilihat dari raut wajah Bunda.

"Kay, mana Angkasa?" tanya Dewi lembut walaupun sedikit khawatir.

"Hah? Angkasa belum pulang?" Kayra mendengar itu terkejut bukan main.

Perempuan itu heran kenapa Angkasa belum pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 23.45 dini hari, ini sudah tengah malam, kenapa belum pulang? Menyusahkan Bunda saja.

"Angkasa ditelepon nggak ngangkat, Kay tau?" Tanya Bunda cemas.

"Ehm, Kay telepon bentar ya Bun" ucap Kayra kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil handphone yang tertinggal.

Drrttt....

Drrtttt...

Drrttt.....

____________________________________

Angkasa

📞 5 Panggilan tidak terjawab

Lo dimana?
Kenapa belum pulang?
Bunda nyariin lo gila
ANGKASA JAWAB PANGGILAN GUE
JANGAN BUAT BUNDA CEMAS ANJING.
Read
_

___________________________________

Kayra menghembuskan napasnya panjang berkali-kali karena Angkasa belum juga mengangkat teleponnya sedari tadi. Kayra sebenarnya bodoh amat dengan tingkah Angkasa yang konyol seperti ini, tetapi melihat Bunda yang begitu khawatir membuatnya tidak tega. Kayra ingin sekali menginjak-nginjak muka Angkasa yang sudah membuat Bunda khawatir apalagi wajah cantiknya terlihat pucat pasi.

"Bunda, Kay keluar rumah ya? Kay mau nyari Angkasa diluar, anak bego ini nggak jawab telepon dari tadi" Ucap Kayra meminta izin sekaligus mengeluarkan unek-uneknya di dalam hatinya itu.

"Jangan Kay! Diluar bahaya, apalagi kamu perempuan" cegah Dewi tambah khawatir.

"Santai Bunda, Kay jago bela diri kok!"

"Jangan Kay, Bunda tungguin Angkasa pulang aja,"

"Nggak. Cowok bego kayak dia harus dijemput dulu baru pulang, kalo enggak Angkasa nggak pulang Bunda!" Jelas Kayra untuk meyakinkan Dewi.

"Tapi kamu janji, pulang nggak papa, ya?"

"Iya Bunda ku sayang" Kayra langsung memeluk Dewi yang sedang mencemaskan anak laki-lakinya itu.

Sesudah berpelukan Kayra langsung bergerak cepat mengambil jaket dan kunci motornya. Lalu perempuan itu menuju ke bawah menuju bagasi rumah bersama Dewi. Dewi yang sedikit cemas sedikit-sedikit mereda karena perkataan Kayra yang terus meyakinkannya.

"Hati-hati ya Kay! Bunda takut kamu kenapa-kenapa sayang" Cemas Bunda melihat Kayra yang sudah menaiki motornya.

"Tenang Bunda! Ya udah Kay pamit keluar ya," pamitnya sebelum meninggalkan perkarangan rumahnya.

*******

Melesat dengan cepat membawa motornya. Jalanan yang sudah minim kendaraan, banyak penjual-penjual pinggiran sudah menutup, manusia yang tidak terlihat lagi, angin malam yang sudah menusuk-nusuk dinginnya, sinar rembulan yang sangat terang dan juga bentuk yang sangat sempurna, tidak ada bintang satu pun. Mungkin akan turun hujan melihat angin dan langit yang begitu sangat berbeda keadaannya.

"Sa lo dimana si? Gila apa gimana lo ni?"

"Angkasa gila! Sumpah lo gila!"

"Liat aja kalo Bunda sakit gara-gara lo!"

Gumam Kayra terus-menerus yang menyebut nama Angkasa. Dia tidak khawatir dengan Angkasa, perempuan itu hanya khawatir dengan Bundanya di rumah karena sangat terlihat mencemaskan Angkasa.

Tidak lama dari situ, Kayra merasa rintik hujan mulai turun. Satu persatu mengabsen rintikkannya, bagaimana tidak? Rintikan itu sungguh menyakitkan saat jatuh mengenai tubuh Kayra.

Rintikan itu ingin menderas, Kayra melihat dari kejauhan ada sebuah halte kecil di sana. Kayra berinisiatif untuk berteduh dulu, takutnya nanti akan celaka apalagi hujan yang mungkin akan lebat.

Setelah sampai halte kecil, Kayra langsung melepas helm-nya. Tidak lama setelah berteduh, dugaan Kayra betul, hujan bertambah lebat, untungnya ia tidak nekat untuk melanjutkan mencari Angkasa.

Angin kencang, suara gemuruh bersaut-saut'an, langit yang sangat gelap, awan menghitam, bulan yang tidak terlihat lagi, plastik dan barang lainnya beterbangan karena angin tidak bisa dikondisikan lagi. Kayra merasa jaket yang ia pakai ini tidak lagi menghangat, hanya ada rasa dingin, tubuhnya juga sudah bergetar karena cuaca yang sangat-sangat dingin itu.

Kayra memang kedinginan tetapi ia gemetar bukan karena cuaca, melainkan karena suara petir yang terus bersuara, berisik. Menutup telinganya, tetapi suara itu semakin mengeras seperti suara itu memang diciptakan untuk Kayra sendiri. Takut, lemas, gemetar yang Kayra rasakan tetapi itu tidak bisa merubah keinginannya untuk mencari Angkasa.

Hujan mulai mereda sedikit, hanya ada suara petir yang terus menyambar. Sedikit merasakan rasa takut, tetapi Kayra tidak mau dipandang lemah, oleh karena itu ia ingin memulai kembali perjalanannya. Ingin mulai bergerak pergi dari halte tetapi langkahnya terhenti saat mendengar suara Handphone.

__________________________________

Angkanya Mtk

Angkasa
Gue di markas
Sharelock
Read

____________________________________

To be continue....
____________________________________________________________________

Thanks You "Momon"
Jangan lupa vote and komen

See You Next Time
Bye Bye

AMORFATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang