"Bang Az kenapa!!" teriak Hamzah saat melihat Azam memasuki rumah kecil dengan luka memar yg biru.
"Gapapa".
"Bang Az bohong" jawab Hamzah sambil bersedekap dada.
Azam terkekeh dan mengacak rambut Hamzah.
"Ini nasi Padang siapin peralatan makannya gih"."Siap 86" jawab Hamzah menerima plastik hitam itu.
Hamzah berjalan kearah Fahri dan menyodorkan kantong plastik hitam yg dikasih Azam tadi.
"Ni kata bang Az siapin peralatan makan".
"Ih kan tadi kamu yg disuruh".
"Ya udah berdua aja" cebik Hamzah.
"Ayoo" ajak Fahri.
"Bang Az sebenarnya kenapa si? kenapa bang Az gamau cerita sama kita" tanya Kenan.
"Bang Az gpp, kalian ga usah khawatir. Abang masuk kamar dulu ya ga usah di cari kalo Abang ga keluar bisa?" ucap Azam meyakinkan.
"Siap 86"jawab fajar dengan Kenan bersamaan.
.
.
.Raisa sekarang sedang berada di taman sendirian, menikmati angin sepoi-sepoi, menghirup udara yg segar dan menghembuskannya dengan tenang.
Raisa tersenyum kecut saat melihat sebuah drama keluarga kecil yg harmonis.
Dia melihat anak yg sedang berjalan jalan dengan kedua orang tuanya yg menggandeng tangan anaknya.
Dia coba mengalihkan pandangannya dan melihat kearah depan, lagi lagi dia melihat sebuah anak perempuan yg merengek meminta es krim kepada ibunya, menolehkan kepalanya ke samping kiri dan kini dia melihat sebuah keluarga yg sedang bercanda ria dengan ayahnya yg menggendong anak perempuannya dan ibu yg mengejarnya.
Raisa memejamkan matanya dia coba mengingat ingat apakah dia pernah seperti anak kecil tadi tapi sepertinya emang dia tidak pernah merasakannya, dia bahkan tumbuh dewasa hanya dengan bibi dan Wiliam yg ada di sampingnya.
Raisa tidak pernah melupakan keluarga Wiliam yg ngetreat dirinya.
Orang tua Tita memang menyayangi dirinya seperti anaknya sendiri, tapi dia seperti tidak puas dengan itu, Raisa merasa dia tidak pantas, orang tua yg melahirkannya saja tidak pernah menganggap dirinya.
Jam menunjukkan pukul lima sore Raisa bergegas pulang karna hari ini Luna sudah boleh pulang dari rumah sakit, dia ingin menghindar dari drama yg membuat fisik dan batinnya sakit.
Tapi sepertinya keadilan tidak pernah berpihak padanya, saat menginjakkan kakinya ke dalam rumah dia melihat seorang anak dan ibu yg menonton tv dan bercanda ria.
Raisa mencoba abai dan ingin langsung pergi kekamar, tapi langkahnya terhenti saat tiba-tiba Luna mencekal tangannya.
"Sa lo dari mana kok baru pulang? mandi gih nanti kita makan malem sama sama ya".
Raisa menghempaskan tangan Luna.
"Ga usah sok peduli "."Lo kok gitu si Sa, gue cuma mau akrab sama lo seperti layaknya kakak adek".
"Jangan harap lo!" desis Raisa.
"Kenapa si emang gue salah apa sa".
"Ga usah pura pura bego Lo anjing" teriak Raisa.
"Raissa!!" teriak Rina.
"Maa" tegur Luna.
"Cih menjijikkan"ucap Raisa.
Raisa merasakan pipinya panas saat tiba-tiba tangan mulus Rina menamparnya bahkan sudut bibirnya sedikit robek.
"Dasar anak ga tau di untung udah di baikin ga tau berterima kasih" teriak Rina di depan muka Raisa.
"Aku ga minta hal itu" jawab Raisa malas.
"Oh pinter udah berani ngelawan ya".
Rina menarik dagu Raisa hingga Raisa bisa menatapnya.
"Kamu pikir kamu tu siapa si Sa kamu itu ga lebih cuma hama yg menumpang disini, andaikan yg terlahir dari rahimku itu Luna bukan kamu" kekeh Rina menghempaskan muka Raisa.
Raisa berusaha tidak terpancing dia memilih menaiki tangga dan ingin segera masuk kamar tapi lagi lagi ada yg menghentikannya.
"Sa jangan dengerin omongan mama ya mama ga serius mama pasti cuma lagi kecapean" ucap Luna meyakinkan Raisa.
"Gue ga peduli".
"Sa tapi apa emang kita ga bisa jadi akur ya?".
"Lepas tangan gue".
"Ngga mau sebelum Lo jawab pertanyaan gue dulu"
"Gue bilang lepas!" tekan Raisa.
"Engga Sa".
Raisa menghempaskan tangan Luna, Luna yg tersentak kaget pun mundur dan jatuh dari tangga.
"Raisa dasar biadab kamu" tekan Luna menghampiri Raisa dan menamparnya.
"Kamu pikir kamu siapa bisa celakai anak kesayangan saya, inget kamu itu hanya anak yg terlahir dari sebuah kesalahan jadi ga usah semena mena".
"Kamu merasa disayangi Nathan karena Nathan hanya mencoba untuk menebus kesalahannya" ucap Rina lagi.
"Tapi anak yg keluar dari kesalahan ini juga cuma manusia biasa ma, aku juga butuh kasih sayang layaknya seorang anak seperti Luna contohnya"
Rina menarik rambut Raisa mendorongnya dan berkata.
"Jangan harap sialan, anak seperti mu pantasnya mati, dan kalo pun kamu hidup kamu harus menderita disini".
Rina berjongkok di depan Raisa yg terduduk dengan meringis.
"Ingin disayang dengan mama harus berguna, jadi anak yg berprestasi menjujung tinggi nama baik keluarga, ga neko neko".

KAMU SEDANG MEMBACA
AZAM MAHESWARA
Short StoryAzam hadir di kehidupan Raisa dengan tiba tiba. Azam membuat hidup Raisa kembali berwarna Azam yg mengajarkan banyak hal kepada Raisa manisnya kehidupan. Sejak saat itu Raisa tau bahwa di dunia banyak hal yg indah, nggak cuman luka, pahitnya aja. t...