06

31 26 1
                                    

Setelah makan bersama selesai semua sekarang berada di ruang tengah sedang menonton tv, dengan Aulia dipangkuan Raisa, entahlah Raisa rasanya tidak ingin pulang dia masih ingin disini lebih lama menerima kehangatan sebuah keluarga.

"Sa mumpung belum sore banget ikut gw yok ntar sekalian gw anter pulang" ajak Azam.

"Ya udah buk, yah Raisa pamit dulu, Yaya kakak pulang dulu ya nanti kapan kapan kita main lagi" ucap Raisa sambil menyalami Dara dan Dani.

"Hati hati zam bawa anak orang jangan sampe lecet" gurau Dani.

"Aman yah".

"Kakak cantik janji lo ya ngajak Yaya main nanti aku ajak kk Sasa main masak masakan deh".

Raisa mengelus rambut Aulia dan menurunkannya.
"Emang Yaya bisa masak apa?" tanya Raisa.

Dengan bangganya Raisa berucap.
"masak air".

Raisa dan Azam yg mendengar itu pun tertawa.

"Em kakak juga pinter kalo masak air".

"Berarti kita besok masak yg lain aja kak yg belum bisa ya ya ya".

"Iya tapi kakak sekarang harus pulang dulu ya".

"Iyaaa.

Raisa pun berpamitan dengan Dara, saat sudah di depan pintu Dara memeluk Raisa.

"Kalau ada masalah anggap aja ini rumah kamu sendiri nak, kamu bisa pulang kesini kapanpun, kalau kamu mau nginep disini juga kita nggak keberatan,  hubungi Azam kalau kamu butuh dia nggak usah sungkan repoti aja terus Azam biar dia ada kesibukan sama cewek" ucap Dara sambil terkekeh.

Benar kata Azam rumah dia nggak pernah bocor rumah Azam hanya penuh kehangatan, dan keharmonisan.

Raisa yg tak bisa menahan emosi, kebahagiaan, haru secara bersamaan pun menangis di pelukan Dara.
"Makasih ya buk, Raisa pulang assalamualaikum ".

"Waalaikumsalam".

"Gw mau ajak lo ke suatu" ucap Azam saat memakaikan helm Raisa.

Raisa menatap Azam.
"Kemana?".

Azam tersenyum dan mengetuk helm Raisa.
"Udah ikut aja".

Raisa yg kesal pun hanya bisa mencibir sambil naik ke motor Azam.

"Kita mampir dulu beli nasi Padang ya Sa" ajak Azam.

Raisa tak begitu mendengar Azam berucap apa.
"Apaa zam gw nggak dengerrr!" teriaknya

"Kita mampir beli nasii Padang duluuu" ucap Azam nggak kalah teriak.

"Ohhh oke".

"Mau disini aja apa ikut?" tanya Azam.

"Disini aja mager gw, nggak lama kan?".

"Nggak kok".

"Udah yok".

Raisa yg sedang main hp pun mendongak.
"Beli berapa Az banyak banget?".

"Sekitar 7 kayaknya nanti kita makan bareng bareng lagi yaa".

Raisa yg bingung pun hanya mengangguk saja.

Perjalanan bersama Azam 10 menit lamanya, dia sekarang berada di sebuah rumah kecil yg ada di pinggir rel kereta.

"Yok" ajak Azam sambil menggandeng tangan Raisa.

"Assalamualaikum" ucap Azam sambil membuka pintu.

Raisa melihat 4 anak laki laki yg sedang tidur bersama di lantai yg beralas kasur tipis, dan satu anak laki laki yg sepertinya habis mandi.

"Kak Azam udah dari tadi?" tanya Faisal menyalami Azam dan Raisa.

Azam mengeringkan rambut Faisal.
"Baru dateng, kamu pulang jam berapa?".

"Barusan juga bang habis itu mandi, hari ini minuman yg Ical bawa habis semua Ical dapet uang 120 rb.

"Alhamdulillah Ical simpen uangnya buat kebutuhan Ical sama adek adeknya, tadi sekolah dulu kan".

"Iya bang Ical tadi sama yg lain sekolah dulu kok".

Azam menyuruh Raisa duduk dan mengeluarkan nasi Padang tadi.

"Udah kering ni rambut, kakak ambil sendok sama piring dulu"

"Eh tumben kak Azam bawa cewek, kakak ceweknya kak Azam ya? tanya Faisal.

Raisa mengelus rambut Faisal.
"Kakak cuman temennya kak Azam kok".

"Belum sal doain aja biar secepatnya" sela Azam dari dapur.

Raisa melototkan matanya dan Faisal hanya tersenyum.

"Kakak pasti bakal bahagia kalo sama kak Azam oh iya nama kakak siapa?.

"Nama kakak Raisa".

Raisa dan Faisal terus berbicara dan Azam membangunkan 4 anak kecil tadi.

"Ical boleh manggil kakak kak Caca?" tanya Faisal.

"Boleh senyaman Ical aja".

"Kak Azam baik banget kak Caca Ical sampe nggak tau harus berterima kasih dengan cara apa lagi, di saat semua menganggap Ical sama anak anak lain sampah  tapi kak Azam nggak, kak Azam yg beli rumah ini buat kita hidup, kak Azam juga yg modalin kita buat jualan minuman, kak Azam yg penuhi segala kebutuhan sekolah kita".

Raisa membawa Ical ke pelukannya .
"Umur Ical berapa kalo boleh tau?".

Faisal merasakan kehangatan, benar kata Azam bahwa masih ada yg peduli dengannya.

"Ical umur 10 tahun sekarang kelas 4 SD, Fajar, Kenan,  Hamzah sama Fahri kelas 2 SD, kak Caca mau denger cerita kehidupan aku sebelum ketemu kak Azam nggak".

Raisa hanya mengangguk mengelus rambut Faisal dan mendengarkan cerita Faisal.

"Dulu Ical punya papa sama mama, mereka sayang banget sama Ical, Ical suka bandel sampe bikin mama pusing, papa kerja keluar kota jarang pulang, mama sakit parah di bawa kerumah sakit kata temennya mama, mama sakit karena Ical nakal, papa akhirnya pulang nemuin mama setelah itu papa pergi lagi, papa bahkan nggak noleh saat aku nangis manggil papa buat jangan pergi, keesokan paginya mama Ical pergi ninggalin Ical buat selamanya, dunia Ical pergi kak, Ical ngerasa kehilangan surga, Ical hancur padahal hari itu ulang tahun Ical yg ke 6 tahun, Ical janji ga akan nakal lagi asalkan mama sama papa balik tapi sampe sekarang ma-".

"jangan di terusin kalo nggak kuat cal".
Raisa meneteskan air matanya mendengarkan cerita Ical, ternyata nggak cuman dirinya yg menderita karena keegoisan orang tua, bahkan masih ada yg lebih menderita dari pada dirinya.

"Di saat anak seusia Ical masih suka main suka manja manja sama mama papanya justru Ical harus lontang Lantung cari uang buat biaya hidup Ical, waktu itu Ical ketemu kak Azam sama ayah Dani  di warung nasi Padang langganan dia, kak Azam liat aku yg lagi dimarahi sama bapak penjual gara gara aku ngamen disitu pelanggan lain pada pergi,ayah Dani sama kak Azam nyuruh aku ikut duduk buat makan, dari situ ayah Dani bawa Ical ke pantai asuhan, sebelumnya kak Azam usul biar Ical tinggal dirumahnya tapi kata ayah ke panti  dulu aja biar nanti ada yg lebih merhatiin ical, makin lama pengurus pantinya nggak beres nyuruh anak kecil mulung kalo nggak bawa hasil, kita di pukuli, di kurung di kamar mandi, bahkan nggak dikasih makan, dari situ kita berlima mutusin buat kabur, ntah nasib baik apa gimana kita ketemu kak Azam dan berakhir kak Azam beli rumah ini untuk kami berlima tinggal.

AZAM MAHESWARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang