Private and Secret II

601 66 18
                                    

"Ashel!"

Baru saja keluar dari mobil milik Zidan Ashel mendengar suara yang tidak asing memanggilnya. Marsha, sedang berjalan menuju ke arah nya sembari melambaikan tangan. Ashel lalu tersenyum membalas melambaikan tangan pada Marsha.

"Tumben pake mobil? Anan udah dibolehin bawa mobil ya sekarang?" Marsha sedari tadi bertanya dalam hati mengapa Ashel datang menggunakan mobil.

Ashel menggeleng cepat. "Gak, gue gak sama Anan. Tuh anak demam, gak masuk sekolah."

"Lah jadi sama siapa?" Marsha menatap bingung Ashel.

"Sama gue." Bukan Ashel yang menjawab melainkan pemilik mobil yang datang bersama Ashel, Zidan. Setelah turun dari mobil laki-laki itu menghampiri kedua sahabat yang tengah mengobrol.

"Zidan! Lo ngagetin gue aja tau gak!" Marsha menepuk bahu Zidan.

Zidan terkekeh pelan. "Sorry, gue gak bermaksud ngagetin lo. Cuma tadi pertanyaan lo pas buat gue jawab jadi ya gue jawab deh..."

Marsha hanya mengangguk, tidak seperti yang ia pikirkan. Ternyata tetangga Ashel lah yang membawa mobil bukan Anan. Atau malah Marsha berpikir jika Ashel pergi dengan laki-laki lain. Namun, sepertinya Ashel benar-benar serius dengan ucapannya. Menghindari laki-laki demi menjaga dirinya sendiri. Marsha menyetujui itu.

"Dah, mending kita ke kelas sekarang. Bel bentar lagi udah mau bunyi." Zidan mengajak mereka untuk pergi bersama ke kelas. Yang di jawab anggukan oleh Ashel dan Marsha.

Mereka bertiga berjalan menuju kelas yang dekat dengan gerbang depan, jadinya mereka masih dapat melihat para siswa siswi yang masuk ke dalam sekolah. Bbmaru saja mereka ingin melangkah masuk lebih dalam ke sekolah. Suara lantang  seseorang menghentikan langkah mereka. Sontak ketiga remaja berbeda jenis itu menoleh.

"Zidan!"

Zee adalah si pemanggil itu. Memanggil laki-laki tinggi yang hanya menatap Zee dengan satu alis terangkat. "Bekal lo ketinggalan. Mama udah panggilin lo tapi lo nya gak nyaut." Zee berucap setelah sampai di hadapan mereka.

"Nih." Zee menyodorkan tas berisikan tempat bekal yang dibawanya pada Zidan. Zidan mengambilnya.

"Thanks, Sis."

"Ya."

Benar, Zee dan Zidan adalah saudara kandung. Mereka kembar namun tidak identik. Zee yang lahir terlebih dahulu dan lima menit setelahnya Zidan lahir. Semua orang di sekolah tau jika mereka bersaudara. Tak jarang banyak yang mengagumi kedua saudara kembar itu. Mereka tidak hanya sekedar memiliki wajah yang cantik dan tampan saja namun juga mereka pintar di bidang akademik dan non-akademik. Itu kenapa para murid sekolah mereka mengagumi duo kembar itu.

"Oh kalo gitu gue ke kelas dulu ya. Shel, Sha yok ke kelas." Marsha dan Ashel mengangguk.

"Ashel disini dulu. Gue ada perlu sama dia."

Ashel menghentikan langkahnya. Marsha dan Zidan juga melakukan hal yang sama seperti Ashel. "Oh gitu. Yaudah gue sama Marsha duluan kalo gitu."

"Shel gue duluan gapapa?" tanya Marsha sebelum beranjak pergi.

Ashel mengangguk. "Gapapa lo duluan aja, oh iya sekalian titip totebag gue. Taro tempat biasa."

"Okay. Kalo gitu gue duluan ya bye Shel, Zee." Marsha dan Zidan pergi meninggalkan Ashel dan Zee yang masih menatap mereka menjauh.

Lalu setelah mereka tak terlihat lagi Ashel menoleh pada Zee yang kini tengah menatapnya. "Ada apa, Kak?" tanya Ashel.

Zee tak menjawab melainkan dirinya seperti mengambil sesuatu dalam tas ransel nya.

INFINITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang