Chapter 13

256 33 0
                                    

             🔮✨🔮✨Mesmerizing 🔮✨🔮✨

                                    ✨✨✨
                                  ✨✨✨✨
                                    ✨✨✨
                                       ✨✨
                                          ✨

Third POV

Satu tahun pun berlalu setelah [Name] pergi dari rumahnya untuk menyusul dekis ke arah selatan kerajaan eperanto untuk mencari tahu keadaan para korban setelah perang dan yaa mereka sekarang sudah berhasil mengumpulkan orang-orang bekas biara yang dibangun oleh kedua orang tua mereka.

Kini mereka berdua sedang menikmati pemandangan laut yang kini tersaji tepat di depan mereka.

"Nggak terasa yaa dekis udah satu tahun kita kabur dari keluarga kita masing-masing" Ucap [Name] sambil melihat hamparan laut biru yang luas.

"Iyaa tidak terasa yaa"

"Aku ngerasa ini bakal menjadi pengalaman yang akan sulit untuk dilupakan Yaa kan dekis" [Name] sambil tersenyum ke arah dekis.

"Iya kamu benar [Name] dan saat aku tahu kamu juga akan ikut kabur denganku kesini membuatku merasa tenang" Balas dekis mengiyakan perkataan [Name].

"Tenang karena?" Tanya [Name].

"Iyaa aku merasa tenang dengan adanya dirimu selama disini karena bagiku kamu orang penting dalam kehidupanku" Jelas dekis yang kini atensinya sudah sepenuhnya dia arahkan ke [Name].

"Wahh beneran?? Aku orang penting bagimu kalau boleh tahu aku orang penting nomor berapa?" Tanya [Name] excited karena pernyataan yang barusan diberikan oleh dekis.

"Aku rasa ketiga"

"Yang pertama dan kedua siapa?"

"Yang pertama medeia lalu yang kedua ibuku"

"Lalu kamu sendiri nomor berapa? "

"Ehh emangnya diriku perlu Yaa"

"Perlu dong karena diri sendiri itu lebih penting ketimbang keluarga dan orang terdekat kamu" Jawab langsung [Name].

"Kenapa diri sendiri lebih penting karena yaa diri kita ini berharga kita berhak untuk mendapatkan kebahagiaan yang ada di dunia ini, jadi dekis jangan merasa dirimu sendiri tidak penting" [Name] yang kini sudah berdiri tepat di depan dekis.

Perlahan [Name] meraih tangan dekis lalu dia genggam tangan tersebut dengan kedua tangannya.

"Diri kamu itu berharga dekis dan kamu berhak untuk mendapatkan kebahagiaan yang ada di dunia ini" [Name] sambil tersenyum lembut ke arah dekis.

Dekis yang mendengar perkataan [Name] hanya bisa terdiam mencerna semua perkataan yang barusan dikatakan oleh [Name].

"Kamu dengar perkataanku tadi kan dekis?".

"Iyaa aku dengar [Name]".

"Makasih yaa [Name] jujur aku bingung harus menanggapinya bagaimana tapi yang jelas aku jadi tenang dan lega setelah mendengar perkataanmu barusan, jadi sekali lagi terima kasih yaa [Name]" Balas dekis sambil menggenggam balik tangan [Name] dan tersenyum tulus ke arah perempuan yang kini sedang ada di depannya.

[Name] yang melihat senyum yang diberikan oleh dekis mau tidak mau jadi ikut tersenyum juga dibuatnya.

Kini mereka berdua kembali fokus menatap ke arah laut dengan sesekali mengobrol hal-hal yang random hingga di tengah obrolan mereka ada seseorang yang mendekat lantas memanggil nama dekis.

"Apa kau dekis?".

Dekis pun lantas berbalik dan melihat siapakah gerangan yang barusan memanggilnya.

"Iyaa itu aku dan kamu pasti orang yang di utus oleh medeia, mohon panduannya tuan" balas dekis sambil mengulas senyum tipis.

                         
🔮✨🔮✨Mesmerizing 🔮✨🔮✨

Kini di hadapan [Name] dan dekis sudah duduk seorang laki-laki yang memiliki surai berwarna merah, bola matanya juga memiliki warna yang senada dengan rambutnya, dan di mata sebelah kanannya dia menggunakan sebuah penutup mata berwarna hitam.

"Kita harus berkenalan dulu, siapa namamu? " Tanya laki-laki berambut merah tersebut.

"Dekis"

"Dekis beliard? "

"Cukup panggil namaku saja marga keluarga sudah kutinggalkan saat keluar dari rumah" Ucap dekis sambil memegang cangkir dengan kedua telapak tangannya.

"Kalau kau?" Giliran [Name] yang ditanyai perihal namanya.

"Ehh aku? Nama aku [Name]"

"[Name] Falls?"

"Panggil [Name] saja, aku juga sudah meninggalkan nama keluargaku sejak keluar dari rumah milik kedua orang tuaku" Jelas [Name] dirinya sudah tidak ingin menjadi bagian dari keluarga yang menurutnya sangat biadab.

"Baiklah, dekis ada banyak pertanyaan yang mau aku tatanyakan padamu tapi kita mulai dari pertanyaan ini saja".

"Apa arti medeia untukmu?" Tanya pemuda berambut merah tersebut yang sampai saat ini [Name] dan dekis belum mengetahui namanya.

            🔮✨🔮✨Mesmerizing 🔮✨🔮✨

"Apa arti medeia untukku? " Dekis mengulang kembali pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda berambut merah tersebut.

"Tentu saja adik satu-satunya yang berharga bagiku" Jawab dekis sambil tersenyum getir.

"Tapi bagi medeia sepertinya keberadaanku tidak diperlukan"

Percakapan di antara mereka berdua terus berlanjut sementara [Name] sibuk mendengarkannya saja niatnya dia ingin meninggalkan dekis sendirian saja dengan laki-laki yang ada di depannya namun apa daya dekis yang memintanya untuk ikut menemani dirinya mengobrol dengan orang utusan medeia tersebut.

"Kalau tidak keberatan bisakah kau memperkenalkan diri?" Tanya dekis.

Akhirnya dekis menanyakan namanya batin [Name] yang sedari tadi penasaran dengan nama pemuda berambut merah tersebut.

"Namaku pheron".





To be continued.

𝙼𝙴𝚂𝙼𝙴𝚁𝙸𝚉𝙸𝙽𝙶 [ 𝙳𝚎𝚔𝚒𝚜 𝚇 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛𝚜 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang