"Awalnya aku yakin dengan hasil yang sudah aku dapat. Tapi sekarang tiba - tiba aku mendapatkan kenyataan yang lain. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang." Aku mendengus pasrah setelah meluapkan rasa frustasiku pada seseorang di seberang telepon.
"Tidak, aku tidak akan menyerah. Setelah apa yang telah aku lakukan selama ini, aku tidak akan melepaskannya seperti ini begitu saja. Bahkan setelah diriku sudah terenggut separuhnya." Aku mengabaikan lawan bicaraku yang sudah mulai kesal karena aku tidak menjawab panggilannya dan terlalu sibuk dengan dua wanita yang mencuri selurih akal sehatku.
"Dengar. Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Ini mungkin terdengar konyol tapi ini adalah satu - satunya cara agar aku bisa membuktikan kebenarannya." Kurasa aku bisa merasakan senyum jahatku saat ini. Aku tidak peduli dengan yang akan terjadi nanti, kuharus merebut yang sudah seharusnya menjadi milikku.
Aku menyabet remote control televisi yang tergeletak di atas meja kerjaku. Aku bersyukur aku tidak mengganti saluran televisi drama picisan yang sedang ditayangkan saat ini, mereka terkadang berguna juga dalam satu hal. Kemudian menekan tombol off sebelum aku keluar ruangan.
***
Clarise POV
Aku tengah sibuk menonton acara membosankan yang sedang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta, saat suara ketukan pintu mengalihkan rasa kantukku. Entah kemana perginya rasa rindu yang aku rasakan selama hampir lima tahun, aku juga tidak bisa menahan laju air mataku saat melihat siapa yang sedang berdiri di hadapanku.
"Hei Sister." Kyle mengangkat tangannya melambai kepadaku.
Aku semakin menangis tak kuasa menahan rasa menggebu seiring denganlangkah kaki Kyle mendekat ke arahku, juga saat tangan kekarnya menjulur untuk menyentuh kepalaku dan meraih tubuhku kedalam pelukannya sedetik kemudian. Demi Tuhan, betapa aku merindukannya.
"Ssstt.. It's Okay. Please stop Crying, kau tahu betapa aku benci melihatmu menangis." Alih - alih aku menghentikan tangisanku, aku justru semakin larut menangis, aku menghabiskan waktu yang kupunya untuk merasakan lagi kehangatan tubuh malaikat penjaga yang selalu melindungiku sedari kecil. Aku tidak pernah berpisah dengan Kyle dalam jangka waktu yang sangat lama. Dan ini adalah kali pertama aku berpisah dengannya. Ketakutanku selama ini kalau dia akan membenciku karena apa yang telah aku lakukan hilang entah menguap kemana dengan segala perlakuannya padaku.
Aku masih terus menangis di pelukannya. Kyle pun tidak mencoba menghentikan tangisanku, ia membiarkanku seakan tahu bahwa memang inilah yang kubutuhkan sekarang.
"Sudah cukup kau menangis, sekarang hentikan tangisanmu. Aku belum mati sampai harus ditangisi seperti ini."
Lihatlah, Kyle-ku tidak berubah. Dia selalu tahu bagaimana cara mengatasiku. Mau tidak mau aku melayangkan pukulan ringan ke dada bidangnya. Kyle mengaduh karena pukulanku, sedikit berlebihan karena ku tahu pukulanku bahkan tidak menyakitkan untuk seorang bayi pun.
Kyle menangkup kepalaku dengan kedua tangannya, membuatku menengadah menatap manik hitam legamnya yang sama persis seperti milikku. Menatap sejenak sebelum mengecup keningku penuh kerinduan.
"Lihatlah, adik kesayanganku terlihat sangat kurus. Apa kau tidak pernah makan, Clari?"
Sekali lagi aku memukul ringan dadanya tapi Kyle berhasil menghidar.
"Kau sangat dekat selama ini, kenapa tidak pernah sekalipun kau pulang?" Kyle menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan. "Aku dan Dad sudah mencarimu kemana-mana, tapi kau seperti hilang begitu saja. Kami merindukanmu adik kecil, Mom yang paling merindukanmu. Semenjak kepergianmu, Mom tidak berhenti mencarimu sampai akhirnya ketakutan Mom dulu datang lagi. Pulang lah Clarise, setidaknya kau bisa mengunjungi mom."
![](https://img.wattpad.com/cover/36958359-288-k728957.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!!! you!!!
RomanceAku tidak pernah mengira bahwa hidup bisa sesakit ini. Tidak pernah mengira kalau Tuhan bisa dengan mudah memutar balikan hidupku dengan telapak tangan-Nya. Chlea Flavia Oliveire nama yang tidak pernah ku duga akan datang dalam hidupku yang sulit...