Hell day

13.1K 300 6
                                    

"kkkyyyllleee...!!!"

Aku merasakan panas yang membakar kulit wajah bagian kananku. Tanganku terasa ikut panas saat aku mencoba menyentuhnya. Darah merembes keluar membasahi wajahku.

"Kkkyyyllleee...!!!" Sekali lagi aku teriakan nama kakakku, berharap ia dapat mendengarnya dan menolongku saat ini juga.

"Clarise!!! Kenapa kau berteriak seper..." Ucapannya terhenti ketika melihat kearahku. Kyle berlari menghampiriku dan menggendongku menuju basement tempat ia memarkir mobilnya.

Kyle mengemudi seperti kesetanan menuju rumah sakit terdekat. sedangkan aku hanya bisa merintih menahan rasa panas dan perih pada wajahku. Aku merasakan kulitku melepuh dan berair. Rasanya semakin perih ketika kulitku terkena air mataku. Aku tidak ingin menangis, tapi rasa perih di kulitku membuatku menangis begitu saja.

"Kyle.. Panas.. " Aku merintih kesakitan. menangkupkan kedua tanganku ke wajahku tapi tidak sampai menyentuh kulitku.

"Bertahanlah Clari. Sebentar lagi kita sampai." Suara Kyle tidak kalah paniknya. Ia terus mengumpat dan menekan klakson setiap ada yang menghalangi jalannya.

Aku merasakan mobil berhenti dan pintu penumpang tempat ku berada saat ini terbuka. Tangan kokoh Kyle mengangkatku sekali lagi. Dia berlari ke Unit Gawat Darurat. Aku mendengarnya berteriak, membentak siapa saja agar aku dapat cepat mendapat pertolongan. Aku tidak peduli dengan tindakannya, karna terlalu sibuk merasakan sakit dan panas menyengat yang masih terasa di kulitku.

Lagi-lagi tubuhku diangkat, kali ini bukan Kyle, karna ada dua orang yang menggotongku. Memindahkanku pada brangkar dan membawanya entah kemana.

Yang terakhir aku rasakan adalah rasa sakit tanganku yang tertusuk jarum suntik membawaku pada kegelapan yang melelapkan.

***

Aku terbangun dengan perban yang menutupi hampir seluruh wajahku. Bau obat-obatan menyengat ke hidungku. Aku meraba, merasakan kain kasar yang menutup wajahku. Tidak terasa panas seperti terakhir yang aku rasakan hanya terasa nyeri saat aku menyentuhnya.

Aku meatap Kyle yang tertidur disisi ranjangku. Menggenggam tangan kananku erat. Kyle, kakakku itu terlihat sangat kelelahan. Wajahnya kusut, tapi tidak menutup gurat ketampanannya. Aku mengelus rambutnya sayang. Usapanku pada rambutnya membangunkan Kyle, Ia menatapku penuh kelegaan dan tersenyum sayang.

"Kau sudah bangun, Clari." Kyle mengecup puncak kepalaku lembut. "Tunggu sebentar, aku harus memanggil dokter." Kyle meninggalkanku keluar kamar.

Aku menunggunya kembali tidak lama. Ada dua orang yang mengikutinya masuk kedalam kamarku. Seorang perawat wanita, dan seorang pria muda yang ku taksir umurnya tidak lebih tua dari Kyle. Dia masih terlalu muda untuk bisa menjadi dokter.

Dia menatap kedalam mataku. Tidak tersenyum, pria itu sibuk memeriksa kondisi kesehatanku. Astaga, dokter ini sombong sekali. Apa dia tidak tau caranya ramah terhadap pasien? Aku tidak mempedulikannya lagi. Kyle berbicara dengannya berdua sedikit menjauh dariku. Aku memperhatikan Kyle menganggukkan kepala seperti mengerti sesuatu, ia mengusap wajahnya sedikit kasar dan menghela nafas berat. Aku merasakan sesuatu yang buruk terjadi padaku.

Kyle menghampiriku dan tersenyum lembut. Mencium sekali lagi puncak kepalaku lalu telapak tanganku.

"Mereka akan mengira kau kekasihku jika kau terus menciumiku seperti itu, Kyle." Kyle terkekeh mendengar ucapanku.

"Apa salah kalau aku mencium sayang adikku sendiri?" Kyle mencibir memandang ku.

"Berapa lama aku tertidur?"

Damn!!! you!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang