Kheil POV
Aku sedang membaca data medis pasien yang baru saja datang tadi pagi. Tapi pikiranku sepertinya tidak tertuju pada dokumen yang sedang ku baca saat ini.
Setiap aku membuka lembar demi lembar, yang ku temukan adalah wajah seorang gadis. Tidak, bukan gadis cantik yang kalian pikirkan. Tetapi seorang gadis yang menjadi pasienku, yang sedang aku tangani selama beberapa minggu ini. Aku merasa kasihan kepadanya, wajahnya rusak karena luka bakar. Dan aku sedikit takjub saat aku mengetahui penyebabnya adalah asam sulfat dalam dosis tinggi.
Saat itu aku sudah menyelesaikan jam tugas jagaku dan bersiap pulang waktu seorang perawat terburu-buru memintaku untuk ke ruang operasi. Yang kalian perlu tahu reaksiku saat pertama kali adalah menggerutu. Gadis ini menbuatku lembur pada hari sabtu. Baiklah, ini memang adalah tanggung jawabku yang sudah bersumpah akan lebih mementingkan keselamatan nyawa pasien dibandingkan apapun dan juga tidak ada hal penting yang benar-benar akan aku lakukan di hari sabtu selain tidur karena pada waktu itu aku baru saja menyelesaikan 2 operasi berat dalam satu hari dan itu sangat melelahkan.
Gadis itu menjadi tanggung jawabku setelahnya. Semakin hari aku semakin simpati kepadanya. Dia hanya tinggal berdua dengan seorang kakak laki-laki yang begitu menyayanginya, yang kebetulan pria itu adalah temanku, Kyle. Sangat terlihat dia sangat menyayangi adiknya mengingat semua yang dilakukan pria itu.
Melihat semangat dalam gadis itu membuatku semakin ingin membantunya memulihkan keadaan seperti semula. Aku ingin membantunya sebisaku untuk mengembalikan wajah cantiknya. Ya setidaknya menurutku, karna aku sama sekali belum pernah melihat wajah aslinya sebelum terbakar. Dan ini akan menjadi sesuatu yang sedikit sulit melihat kondisinya saat ini, walaupun tidak seluruh wajahnya yang rusak.
Aku sadar dari lamunanku saat suara ketukan yang agak terburu-buru pada pintu ruanganku.
"Maafkan aku Dr. Goulder. Tapi saya membutuhkanmu untuk pasien diruang 505. Dia mengamuk dokter." Perawat itu menyampaikan sedikit takut-takut, mungkin karna image ku di rumah sakit ini yang dikenal dingin.
Aku mengingat siapa pasien ruang 505. Aku segera berlari saat tersadar bahwa itu adalah ruangan gadis itu. Aku berlari sekencang yang aku bisa meninggalkan perawat itu yang membuntutiku dibelakang.
Saat aku masuk, yang kulihat pertama kali hanya pecahan kaca dan perban pembalut luka yang berserakan dilantai. Aku mendengar suara tangisan di dalam toilet. Pintu itu terkunci saat aku mencoba membukanya dan tidak ada jawaban saat kucoba mengetuk. Tidak ada pilihan lain selain mendobraknya. Aku membenturkan diriku ke pintu itu tiga kali sebelum benar-benar terbuka.
"Jangan mendekat!!" Aku tercekat mendengar gadis itu membentakku dengan suara yang sedikit bergetar karena tangisannya. Aku tetap mendekatinya walaupun dia menolakku sekalipun. Entahlah, aku memiliki dorongan kuat dalam diriku untuk menolongnya sejak pertama kali melihatnya. Aku melihat ketakutan yang terpancar dari mata kirinya. Ya, hanya mata kiri karna ia sedikit membelakangiku dan separuh wajah kanannya tertutup rambut panjangnya.
"Nona Oliveire, Tenanglah kami hanya mencoba untuk membantumu."
"Tidak. Kau bohong." ujarnya. "Kalau kau membantuku, kau tidak akan membiarkan wajahku seperi ini." Matakirinya menatap tajam kedalam mataku, membuatku sedikit merasa terintimidasi tapi aku berusaha mengontrol degup jantungku yang tiba-tiba berdetak lebih cepat karena merasa bersalah karna membuat dia seperti ini.
Tangan kirinya meneteskan darah, mungkin ia yang memecahkan kaca toilet itu dengan tangan kosong, Aku berusaha mendekatinya lagi untuk mengobati tangannya, "Ku bilang jangan mendekat." Aku berusaha mengontrol pikiranku untuk tenang dan jangan mengambil tindakan gegabah. Gadis ini sedang merasa kecewa dan marah, aku tidak akan membiarkan pasienku berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri atau orang lain disini, melihat banyak pecahan kaca yang berserakan di sekitar kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!!! you!!!
RomansaAku tidak pernah mengira bahwa hidup bisa sesakit ini. Tidak pernah mengira kalau Tuhan bisa dengan mudah memutar balikan hidupku dengan telapak tangan-Nya. Chlea Flavia Oliveire nama yang tidak pernah ku duga akan datang dalam hidupku yang sulit...