Dia pria itu

5.1K 186 3
                                    

Hahayy...

Author kembali nih dalam keadaan sehat wal'afiat... Sudah sembuh dari sakit yang mengganggu selama beberapa minggu dan segala kerepotan yang terjadi karena renovasi kantor.. Akhirnya author bisa kembali lagi ketemu reader yang kueren - kueren..

Eh, eh, ngomong-ngomong kemarin itu author ulang tahun loh.. Hihihi.. Malah curhat..

Sebagai hadiah dari ulang tahun author kemarin hari ini author akan lanjutin part selanjutnya nih..

Soo... Check it out ya..

Jangan lupa loh kasih bintang-bintang berkilau buat author, biar authornya ga sakit lagi.. tapi kali ini sakit hati karena idenya kurang di hargai, hehehe...

Dibaca terus ya.. Semoga kalian suka... #kecupkecup #muahmuah

***

Jacob'sPOV

Suara bantingan benda keras menghantam lantai menyambutku saat aku baru saja membuka pintu apartment. Kalau saja aku tidak tahu keadaan sebenarnya di apartment ini, aku bisa saja melenggang santai memasuki ruangan. Tapi itu sama sekali tidak terjadi padaku. Demi Tuhan, sekalipun aku tidak bisa untuk tidak pernah merasa tenang ketika meninggalkan kedua wanitaku itu berada di ruangan yang sama hanya berdua saja.

Aku mempercepat langkahku saat suara teriakan memenuhi ruangan. Yang kulihat sungguh sangat mengiris hatiku. Gadis kecilku yang meringis menahan sakit pada kaki kecilnya yang mengeluarkan darah. Aku segera menggendongnya dan menekan pendarahannya.

"Sudah berkali-kali kubilang, J. Jangan meninggalkannya disini seorang diri. Sekarang lihat apa yang dia lakukan." Clarise memijit keningnya singkat sebelum akhirnya melotot sebal pada Chlea.

"I'm sorry mom. I just wanna give you some food and medicine, to make you feel better." Sungguh anak kecil dengan hati besar. Dia masih menyayangi ibunya, saat dia benar-benar di tolak.

"If you wanna make me feel better, just go away from me." Ucapnya dengan nada yang sangat menyebalkan.

"Hentikan, Clari. That's enough, it's all my fault and stop blaming her." Ucapku pada akhirnya dan meninggalkan kamar menggendong si kecil untuk mendapat pengobatan pada lukanya.

"Did I wrong, daddy J?" Ucap Chlea yang terdenfar seperti cicitan, aku bahkan hampir yakin tidak mendengarnya.

"No princess, you did right." Jawabku berusaha tersenyum.

"But mom angry me. I didn't mean to make her angry to me. She get fever and I just wanna make her feel better."

Aku memeluk gadis kecilku setelah menyelesaikan pekerjaanku mengobati kakinya. "It's okay sweetheart. This all my fault to leave you alone just with your mom. I'm sorry to make you get hurt." Aku menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi tembamnya.

"But princess. Are you sure your mom is sick?"

Rambut lembutnya menutupi wajahnya ketika ia mengangguk.

"Yes, she's vomiting before and when she sleep I was touch her and it's hot. I think she get fever."

"Okay. Ayo kita bawa mommy pemarahmu ke dokter." Aku bangkit dari dudukku dan kembali menggendong si kecil dengan satu tanganku.

Chlea mencium pipiku sedetik kemudian saat masih dalam gendonganku. "I love you, daddy J."

"I love you too princess."

Aku kembali melangkahkan kakiku menuju ke kamar si nyonya pemarah itu.

Damn!!! you!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang