Seize II

4.9K 147 6
                                    

"Tidak, aku tidak bisa duduk diam seperti ini." Gumamku pada diri sendiri. Tidak boleh hanya diam menyesali apa yang sudah aku lakukan padanya. Langkahku terhenti saat aku menyadari suara dering ponsel yang sedari tadi meraung-raung. Masih nama Jacob sejak beberapa saat lalu aku menutup pembicaraan begitu saja. Dengan menguatkan hatiku aku menjawab panggilannya dan aku akan mengatakan yang sejujurnya. 

Setelah makian panjang beberapa menit lalu -yang memang sudah sepantasnya aku terima-. aku menguatkan kaki ku untuk berdiri menghampiri Jacob begitu laki-laki itu turun dari mobil. Matanya menatap lurus menatapku, aku tidak bisa membaca apa yang ada di dalam pikirannya, bagiku ini pertama kalinya aku melihatnya menatapku seperti itu. Kakiku sudah tidak bisa melangkah lagi seakan membeku karena hatiku yang menciut saat Jacob melangkah menghampiriku. 

Dia tidak berkata apapun saat jarak semakin menipis di antara kami. Begitu pula tubuhku yang ikut membeku bersama dengan kakiku. Perasaanku terintimidasi denganaura yang dipancarkannya saat ini. Hanya deru nafas pelan yang bisa aku dengar saat ia meraih tubuhku. Rasa sakit akibat cengkeraman yang terlalu kuat di pundakku juga tidak membuatku ingin menepisnya bahkan saat aku semakin diam ketika ia membawaku kedalam pelukannya. 

"Tidak apa-apa. Kita akan menemukannya." Begitu Ucapnya menenangkanku, tetapi seperti ia berbicara pada dirinya sendiri. 

Ya, Aku pun berharap hal yang sama, dan dapat menebus segala kesalahan pada putri kecilku.

***

Setelah dua minggu hilangnya Chlea, banyak perubahan yang aku rasakan dirumah ini. Perasaan kosong yang menggerogoti sebagian hatiku, semakin hari semakin membuatku merasakan sesal yang tidak terbayarkan. Aku mengingat rasa sakit saat aku tidak menemukannya setelah berjalan jauh mencarinya seharian, aku mengingat rasa panas karena tak hentinya menangis saat aku tidak menemukan Chlea dirumah sedang menungguku pulang seperti hari-hari biasanya, Aku mengingat rasa perih pada tubuhku saat aku mencoba menghukum diriku sendiri. Aku mengingat semua rasa itu saat aku menyakiti gadis kecilku, aku merasakan sakit hatinya, lelahnya setelah menangis, perihnya setelah aku menyakiti bahkan memukulnya. Tangisanku semakin menjadi saat aku menyadari kesalahanku yang tak termaafkan. 

Boneka panda yang selalu menemaninya tidur menjadi pengganti dirinya menemani tidurku, dinding merah muda, bintang-bintang di langit-langit kamarnya menjadi temanku merindukan putri kecilku. Aku marah saat Tuhan tidak juga menjawab segala doa'a ku untuk memberiku kesempatan kedua bersama putriku, tapi mungkin Tuhan juga sudah terlalu marah padaku yang sudah lalai menjaga dan mencintai hadiahnya untukku. Dan tak hentinya aku memohon agar Tuhan memaafkan segala kesalahanku dan mau mempertemukanku dengan malaikat kecilku. membawa kembali gadisku kedalam pelukanku. 

*** 

"Bagaimana keadaannya?" 

"Nona masih tidak mau bicara, Tuan." Salah satu pelayan rumahku membawa pergi nampan berisi makanan yang sama sekali tidak tersentuh.

Aku menghembuskan nafas pelan melihatnya menatap rintik hujan dari balik jendela di kamarnya. Aku melangkah pelan mendekat dan memposisikan diriku di sampingnya. Aku mengusap pelan rambut cokelat lembut itu, mencium puncak kepalanya penuh sayang. 

Aku menginginkannya, sangat menginginkannya untuk dapat hidup bersamaku. Aku menyayanginya, sungguh menyayanginya, aku akan membayar seluruh waktu yang sudah terlewatkan akan kehadirannya. Tapi yang aku lakukan justru membuatnya menjadi boneka hidup yang hanya bisa bernafas dan menatap tapi tidak merespon orang di sekitarnya.

"Kita pulang." Ucapku pelan. 

Dia bereaksi saat mendengar ucapanku itu. Matanya berbinar menatapku penuh kegembiraan. Akan ku penuhi janjiku untuk mengantarnya pada pelukan ibu yang di rindukannya. Tapi tidak dengan dengan membawanya pergi lagi dari sisiku. 

Damn!!! you!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang