The Truth

3.2K 114 10
                                    

"Mr.J, kolektor dari korea itu sudah datang dan menunggu di galery sekarang." Suara asistenku memotong konsentrasiku dengan tiba-tiba.

"Thank you Gerald. I'll go in 5 minutes." Aku menutup layar laptopku yang berisi informasi tamu yang sedang menungguku diluar sana.

Hanya butuh waktu kurang satu menit dari kantor ku menuju ruang gallery lukisanku. Disana berdiri seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan. Mengenakan mini dress sebatas paha menunjukan lekuk tubuhnya dan mengenakan sepatu boots setinggi betis. Wanita itu sangat mengerti kelebihan yang dia miliki. Aku yakin semua pria yang melihatnya akan bertekuk lutut karena kecantikannya. Di tambah dengan rambut panjang sepunggung bergulung teratur menambah kesan feminim wajah asianya. Setidaknya itu kesan pertama yang kulihat dari calon pembeliku.

"Annyeonghaseyo." Ucapku menyapanya dengan aksen bicaraku yang aneh.

"Olá" Balasnya sambil tersenyum geli. Aku tahu dia menertawakan aksen anehku itu.

"I'm sorry about my greeting, I'm trying to entrace you by learn some korean word. Hi, I'm Jacob Wesley." Sapaku sekali lagi sambil menjabat tangannya.

"Hi, Mr. Wesley. Finaly, it's glad to meet you. I'm Ha-young Kim."

"Kau tidak perlu repot-repot menyanjungku dengan bahasa negaraku. Sebenarnya aku pernah tinggal dan tumbuh di negaramu. Saat aku sekolah tingkat senior di Sao Paulo."

"Wah, itu berarti berita bagus untukku. Bagaimana penerbanganmu dari korea?"

"Sedikit berawan tetapi semua baik-baik saja. By the way, aku datang jauh-jauh kesini untuk mengajukan penawaran untuk lukisan terakhirmu. Kudengar kau tidak menjualnya kepada siapapun. Aku bisa memberikan penawaran tinggi jika kau ingin melepasnya untukku. Jujur saja aku sangat menyukai perasaan yang timbul saat peetama kali melihat lukisan itu. Terasa sangat hangat dan memiliki jiwa, seperti dia hidup di dunianya sendiri."

"Terima kasih atas pujianmu untuk itu. Tetapi, sekali lagi maafkan, karena aku memang tidak berniat menjualnya kepada siapapun. Kau bisa memilih seluruh lukisan di ruangan ini, dan aku akan melepasnya untukmu. Tapi tidak dengan yang satu itu." Sekali lagi aku tersenyum dengan berat hati. Nona Kim sudah menjadi penawar kesekian untuk lukisan itu.

"Sayang sekali, padahal aku sudah membayangkan akan membawanya pulang saat kembali nanti. Sebenarnya siapa yang ada dalam lukisan itu?"

"Dia putriku. Permata hidupku."

"Ow, menurut informasi yang kuterima, Mr. Wesley adalah seorang pria single. Tetapi ternyata aku salah, kau sudah memiliki seorang putri. Tapi fakta itu sama sekali bukan masalah untukku." Jari-jari lentiknya menyentuh dan mengelus pelan wajahku. Nona Kim mengusapnya sampai menyentuh leher dan pundakku. Aku menggeser sedikit tubuhku mebghindari sentuhannya. Tak kusangka berita yang ku dengar tentang keberanian Nona Kim sampai sejauh ini.

"Ya, gadis itu memang putriku dan aku sangat menyayanginya. Baiklah, aku akan mengantarmu berkeliling melihat-lihat lukisan yang ada." Aku mempersilahkan Nona Kim melangkah lebih dulu.

Ia beberapa kali berhenti di depan bebrapa lukisanku. Menanyakan tentang maksud lukisanku dan sedikit tentang teknik pelukisannya. Aku hanya menjawab seperlu yang ia perlu ketahui. Ia tampak tertarik dengan beberapa lukisanku dan menyebutkan beberapa judul lukisanku.

Sampai kami berhenti di depan lukisan yang diinginkannya. Lukisan dengan wajah seorang gadis kecil rambut lebat berwarna cokelat tua. Rambut dan matanya memiliki warna yang sama. Gadis itu memeluk erat boneka panda kecilnya, dan tersenyum menyenangkan meski dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak menutupinya menebarkan aroma kebahagiaan bagi yang melihatnya. Begitulah Chlea-ku, selalu tersenyum dan berusaha menyenangkan orang yang disayanginya apapun yang dirasakannya.

Damn!!! you!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang