"Please, marry me Clari."
Aku tercekat dengan apa yang aku dengar saat ini. Jacob berlutut dihadapanku dengan cincin dalam kotak digenggamannya. Aku merasakan pandangan mata pengunjung lain menatap ikut bahagia dengan momen romantisme yang Jacob ciptakan. Tapi sangat bertolak belakang dengan apa yang sedang kami hadapi saat ini.
Hubungan yang terjadi antara aku dan Jacob sama sekali tidak ada dalam kamus romantisme. Kami bukanlah sepasang kekasih yang siap untuk menikah suatu saat nanti. Hubungan yang kami miliki hanya seperti tanaman dan benalu, karna apa yang aku lakukan selama ini hanya merugikannya. Dan aku tidak percaya dengan penglihatanku saat ini.
Keringat sebesar biji jagung merayap turun di pelipisnya. Jacob masih berlutut menunggu penghakimanku. Ini bukan hanya sekedar sulit untuk kami. Ini seperti menunggu jatuhan hukuman mati untuk Jacob. Dan untukku, aku lebih memilih berada di posisi Jacob saat ini, menunggu hukuman mati darinya. Memberi keputusan lebih sulit dari pada menerima keputusan.
Tanganku terasa di gantungi 20kg batu, perlahan aku menelan bulat-bulat keraguanku. Aku meraih cincin dari tangan Jacob, berdoa semoga keputusanku tidaklah suatu kesalahan yang lainnya lagi.
"Yes, I do." Aku bahkan tidak bisa mendengar suaraku sendiri. Tapi aku tahu Jacob mengerti maksudku. Melihatnya tersenyum lega dengan penuh kehangatan. Senyuman yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.
Jacob berdiri dari berlututnya, tangannya dengan penuh keraguan mengambil kembali cincin di tanganku dan memasangkannya di jari manisku sebelum meraihku kedalam pelukannya. Ia mendekapku erat dan hangat. Aku bisa mendengar degub jantungnya yang berdetak cepat. Jacob masih terus mendekapku dalam pelukannya selama beberapa menit, yang terasa seperti berjam-jam untukku.
Tak lama setelah itu, Jacob melepaskanku dari pelukan. Ia tersenyum bahagia sambil melihat sekitar. Beberapa orang diantara kami memberi tepukan tangan dan berteriak mengucapkan selamat kepada kami. Jacob sedikit membungkuk kepada mereka sebagai balasan terima kasih.
Jacob kembali memfokuskan dirinya kepadaku. Untuk pertama kalinya, aku merasa gugup berada di hadapan Jacob. Menatap betapa mengagumkannya pria dihadapanku ini. Bahkan kacamata yang selalu bertengger di wajahnya menambah kesan tampan pada dirinya. Bibir Jacob begerak tanpa suara tetapi aku masih bisa mendengarnya.
"Muito obrigado*." Ucapnya. (*Terima kasih banyak)
Jemarinya menyentuh pipiku mengusapnya lembut, membuatku semakin gugup gemetar. Usapannya berakhir di daguku, ia menarik pelan daguku mendekati wajahnya. Aku tersadar saat sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh bibirku. Aku hanya diam saat sadar bahwa bibir hangat Jacob mengecup pelan bibirku beberapa kali.
Ia berhenti sejenak, hanya satu centimeter yang memisahkan jarak antara bibir kami.
"Thank you. Thank you so much."
Ucapnya sekali lagi. Sebelum akhirnya dia kembali mengecup bibirku. Kali ini sedikit lebih dalam dan penuh dengan gairah. Aku sedikit merasakan rasa terbakar dalam hatiku, mendorongku untuk membalas ciumannya. Ciuman kami sedikit memanas saat kucoba membuka sedikit mulutku. Bibir kami saling berpagutan selama beberapa saat. Aku dan Jacob terlena dengan romantisme yang kami ciptakan untuk pertama kalinya. Mengacuhkan beberapa pengunjung yang berteriak riang melihat kemesraan kami. Biarkanlah mereka mendapat pertunjukan gratis malam ini.
***
Mataku tidak juga bisa terpejam malam ini. Sao Paulo pada Agustus memiliki udara yang hangat, begitu juga udara malam ini yang hangat seharusnya membantuku menuju alam mimpi. Tapi yang terjadi justru begitu mengganggu pikiranku.
Kutengok lagi. Dan lagi. Cincin mungil yang melingkar di jari manisku. Kenyataan bahwa Jacob ternyata mencintaiku selama ini, begitu mengusik hati dan pikiranku. Hatiku sedikit berdebar ketika Jacob yang berlutut dan memasangkan cincin ke jariku.
Aku tidak pernah membayangkan akan ada pernikahan dalam hidupku. Setelah begitu banyak yang aku alami dalam hidupku, sedikit banyak mengubah pendirianku tentang apa yang aku percayai selama ini. Tetapi semenjak aku menyadari kehadiran dan kepergian Chlea, aku merasa tidak pernah meraih kebahagiaanku yang seharusnya tidak aku buang percuma dan menjalani hari penuh kebahagiaan bersama dengannya.
Kehilangan putri kecilku adalah kesalahan terbodoh sepanjang ku hidup. Aku tidak ingin melakukan kebodohan yang kedua kalinya dengan membiarkan Jacob juga pergi dari hidupku. Dan sekarang, kupikir aku berhak meraih bahagiaku dengan Jacob.
Sekali lagi ku sentuh cincin pada jari manisku.
Sesuatu mengusik hatiku.
"Apa yang sedang kau lakukan disini, Clari?" Suara beratnya mengagetkanku. Suaranya terdengar parau karena baru terbangun dari tidur.
Ah, ya. Jacob memintaku agar mengizinkannya menginap malam ini. Aku merasa lucu saat dia meminta izinku untuk menginap karna tidak seperti Jacob yang biasanya keluar masuk apartmentku sesuka hati hanya karna apartment kami bersebelahan. Aku mengizinkannya karna kurasa kami akan segera menikah dan tidak ada alasan untuk menolaknya.
Aku melirik jam di dinding menunjukan waktu hampir pukul setengah empat pagi. Aku tidak merasakan kantuk sama sekali, jadi aku biarkan Jacob tidur di kamarku sendirian.
"Aku mencarimu dikamar tapi kau tidak ada. Apa kau berada disini sepanjang malam?" Jacob memelukku dari belakang. Hangat tubuhnya mengantikan hangat udara malam yang menyelimutiku sebelumnya. Aku suka aroma tubuhnya saat baru bangun tidur. Aku tidak pernah tahu Jacob memiliki aroma tubuh yang memikat.
Aku mengangguk pelan menjawabnya.
"I can't sleep, J. I'm just thinking about today. And feel there something wrong about this, I feel fo not deserve your love.""Do you know something, Clari? I had my feelings for you since we first met. I don't care about your face, or your body. even if you do not behave properly with us but I can see something warmed and lovely inside."
"Listen, J. I'm so sorry about things i've done all this time. But I really do not feel worthy to feel all of this things ."
"Sssttt.. Clari, just listen to me. I know how hard you try to through this springkle all the time. I know how so sorry when you have to lost for Chlea. But now, just trust me. I will take your princess back and I would make both of you happy. You deserved it, Clari."
Aku tak tahu sejak kapan air mataku mengalir. Aku merasa lemah dan ingin memasrahkan diriku dan seluruh beban hatiku pada pria dihadapanku ini. Aku memeluknya erat, dan menangis semakin keras saat Jacob mencoba menghentikan tangisanku.
"Baiklah, aku tidak akan menghentikan tangisanmu. Menangislah sampai kau puas dan jangan sisakan air matamu. Karna setelah ini, aku akan pastikan kau tidak akan pernah meneteskan airmata kesedihanmu lagi, Sayang."
Jacob memelukku erat dan mengayun-ayunkan tubuhku pelan. Hatiku terasa hangat mendengar perkataannya. Entah kenapa aku merasa, aku percaya padanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!!! you!!!
RomansaAku tidak pernah mengira bahwa hidup bisa sesakit ini. Tidak pernah mengira kalau Tuhan bisa dengan mudah memutar balikan hidupku dengan telapak tangan-Nya. Chlea Flavia Oliveire nama yang tidak pernah ku duga akan datang dalam hidupku yang sulit...