Waktu terus berlalu, tak terasa sudah satu Minggu Nara bekerja di rumah ini. Hari-harinya sebagai perawat pribadi Zizan dia lalui dengan makan hati dan banyak-banyak bersabar. Setiap hari Nara selalu mendapatkan ucapan ketus dari Zizan membuatnya berpikir ingin segera berhenti.
Bahkan Zizan membuat peraturan sendiri, yaitu tidak ada minum obat, tidak ada latihan berjalan, tidak ada kontrol Mingguan ke rumah sakit dan tidak ada membacakan cerita sebelum tidur. Ini semua membuat Nara frustasi, tapi untungnya setelah membicarakan tentang masalah ini kepada tuan Saga, tuan Saga hanya berkata 'turuti saja kemauannya, asal dia tidak membuat kerusuhan dan tidak ada orang yang tahu tentang kondisinya' dan jawaban dari tuan Saga tentu berhasil membuat Nara sedikit tenang.
Pagi ini Nara telah selesai membantu Zizan ke kamar mandi dan menyuapinya sarapan. Dan saat ini, Nara dan Zizan telah berada di sebuah taman yang cukup luas yang ada di belakang rumahnya. Sekarang, adalah jadwal dimana Zizan harus berjemur dan dibawa keliling di taman belakang.
Nara memarkirkan kursi roda Zizan tepat di dekat sebuah ayunan yang dihiasi pohon besar di dekatnya. Suasana di sana begitu tenang. Nara duduk di ayunan itu sambil mengawasi Zizan. Lelaki itu hanya diam seolah tubuhnya adalah patung.
"Hmmm, selama saya belum dipekerjakan yang merawat tuan siapa?" Tanya Nara mencairkan suasana.
"Nggak tau, nggak liat." Balas singkat cowok itu.
"Nggak lihat? Kan setiap hari tuan interaksi."
"Lo ngehina gue?"
Nara seketika terdiam, tersadar akan sesuatu. Dia lupa bahwa Zizan tidak bisa melihat, dengan senyuman canggung gadis itu berkata pelan "M-maaf tuan saya lupa." Ujarnya merasa tidak enak. Zizan hanya diam, seolah mengabaikan hal yang barusan.
Telepon genggam milik Zizan tiba-tiba saja bergetar, laki-laki itu meraih ponselnya yang ada di sakunya. Minggu lalu saat teleponnya jatuh ke lantai dan Zizan pun ikut jatuh, Nara langsung menolong lelaki itu dan menyerahkan ponselnya pada Zizan.
"Periksa, siapa yang telepon."
Perintah Zizan yang langsung ditanggapi sigap oleh Nara, gadis itu mengambil alih ponsel yang ada ditangan Zizan lalu melihat siapa orang yang menelepon lelaki itu.
"Dari Skala, tuan." Ujar Nara.
"Angkat."
Nara segera mengangkat telponnya dan menyerahkannya pada tangan Zizan. Cowok itupun menempelkan ponsel tersebut ke telinganya.
"Hallo."
"....."
"Buruk."
"....."
"Siapa yang becanda?"
"....."
"Nggak usah basa-basi lo mau apa?"
"....."
"Sekarang? Lo nggak sekolah?"
"......"
"Oh iya, gue lupa sekarang udah libur semester."
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
Teen FictionArzizan Sagara Louiser. Terlahir sebagai pewaris tunggal dari keluarga serba berkecukupan yang dikenal banyak orang, wajah tampan dengan kapasitas otak yang bisa dibilang cukup pintar. Friendly, mudah bergaul, memiliki banyak teman disisinya dan dig...