Akhirnya bisaaa direvisi, haha bikin sesak napas aja🥲
***
Nara tidak habis pikir dengan sepupu Zizan yang satu ini, dia benar-benar baik atau memang sudah terbiasa menghambur-hamburkan uang? Tapi Nara rasa prasangka kedua tampak lebih masuk akal.
Setelah Nathan menghabiskan lebih dari 80 juta di toko perlengkapan sekolah karena membelikan Nara barang bermerk. Cowok itu sekarang malah mengajak Nara ke sebuah restoran mahal yang cukup terkenal di kota ini. Nara benar-benar merasa tidak nyaman. Bukan karena makan siang bersama Nathan, tapi karena Nara minder melihat pengunjung restoran yang tampaknya hanya mereka yang dari kalangan menengah ke atas saja yang makan di sana. Sedangkan Nara? Dia hanya seorang anak pembantu.
"Nathan, kayaknya nggak usah ke sini aja deh."
"Lhoh kenapa?"
"Aku minder, liat deh baju aku juga nggak pantes." Ujar Nara merasa malu.
"Yaelah masalah baju." Nathan berjalan ke arah bagasi mobilnya lalu membawa sebuah paperbag dan menyerahkannya pada Nara.
"Nih, kebetulan gue tadi nemu dress bagus di toko perlengkapan sekolah. Kan di sana juga ngejual produk dari Louiser yang lain selain alat-alat sekolah."
"Tapi-"
"Udah, pake tinggal pake." Nara dengan berat hati terpaksa harus menerima pemberian dari Nathan lagi. Dari pada harus membuatnya malu dengan pakaian ini, Nara lebih baik merepotkannya sedikit bukan?
Nara menukar pakaiannya di mobil lalu keluar dengan tampilan yang lebih rapi dan elegan.
"Cantik." Puji Nathan.
Nara yang mendengar itu mendadak diam, entah kenapa agak aneh rasanya dipuji orang yang baru saja dia kenal. Walaupun begitu Nara tetap menjawab pujian itu. "Makasih."
Nathan membawa Nara masuk ke dalam dan mengambil tempat duduk kosong yang menurut mereka strategis. Mereka duduk di sana lalu mulai memesan.
"Lo mau pesen apa?" Tanya Nathan pada gadis yang tampak sedang bingung menatap buku menu itu. Nara benar-benar bingung, dalam hidupnya baru kali ini Nara menemukan nama-nama makanan seaneh ini.
"Nggak ada nasi goreng aja ya?"
Pertanyaan dari Nara berhasil membuat Nathan tertawa, ini begitu lucu baginya. "Pfttt...lo ngomong apa sih? Ya nggak ada lah lo kira ini warteg?" Ujar Nathan tertawa kecil yang semakin membuat Nara minder.
"Kalau gitu, samain sama kamu aja." Kata Nara pasrah dan meletakkan kembali menunya.
"Oke, kalau gitu.." Nathan tampak melihat satu persatu menu yang tertera di sana dan memilih menu yang cowok itu rasa cocok untuk Nara dan dirinya.
"Beef meals nya dua, terus minumannya Coffe latte aja." Pesan Nathan pada pelayan yang sudah mencatat pesanan mereka. Pelayan tersebut kemudian membawa kembali menu tersebut.
"Lo, udah berapa lama kerja di sana?" Tanya Nathan memulai percakapan sambil menunggu pesanan mereka.
"Kurang lebih baru satu bulanan, kenapa emangnya?"
"Gapapa sih, kepo aja soalnya terakhir gue ke rumah om Saga nggak ada elo."
"Emang terakhir kamu ke sana kapan?"
"Tiga hari setelah Zizan pulang dari rumah sakit."
"Oh, kamu ngejenguk Zizan?"
"Lebih tepatnya merayakan."
Nara mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Maksud kamu?"
"Gue dan saudara gue Adam, dari dulu nggak pernah akur sama Zizan. Kita selalu direndahkan, Zizan selalu menganggap kita cuma orang asing yang masuk ke keluarga Louiser. Padahal papa Helwaky dan Mama Ariana udah ngadopsi kita dari kita usia dua bulan. Tentunya kita nggak merasakan seperti anak angkat karena semenjak bayi udah sama mereka. Dan keluarga Louiser nggak pernah mempermasalahkan itu, kecuali Zizan." Nara mendengarkan cerita Nathan dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
Ficção AdolescenteArzizan Sagara Louiser. Terlahir sebagai pewaris tunggal dari keluarga serba berkecukupan yang dikenal banyak orang, wajah tampan dengan kapasitas otak yang bisa dibilang cukup pintar. Friendly, mudah bergaul, memiliki banyak teman disisinya dan dig...