Pagi itu, pembelajaran di mulai. Nara dengan sabar membantu Zizan belajar. Mulai dari membacakan tulisan di papan tulis yang tidak akan mungkin bisa dilihat Zizan sampai menuntut tangan lelaki itu agar bisa menulis dengan lurus. Susah sekali rasanya bagi Zizan karena ini adalah pertama kalinya dia menulis dalam keadaan buta. Tapi mau bagaimana lagi? Zizan terpaksa melakukan ini semua.
Di tengah-tengah pembelajaran yang sedang berlangsung, tiba-tiba saja sura pintu kelas terbuka dengan agak keras. Sontak, semua mata tertuju pada pintu kelas tersebut.
Tepat di depan sana, sudah berdiri Nathan dengan seragamnya yang sudah keluar dari celana dan rambut yang sedikit acak-acakan. "Pagi ibuk.." sapa Nathan pada bu Shena si guru cantik itu.
"Pagi kamu kesiangan." Seru bu Shena yang sedang memegangi buku dan spidol.
"Boleh masuk nggak nih buk?"
"Kamu ini ya, selalu saja terlambat. Itu juga, baju kamu kenapa dikeluarin? Kancing atasnya juga, pasang." Kata Bu Shena yang sudah lelah dengan sifat Nathan.
"Iya-iya ntar aja buk."
"Kamu nggak denger perintah ibu? Kamu ini ya, selalu saja bertindak tidak sopan, seenaknya saja. Walaupun sekolah ini milik keluarga besar kamu, kamu harus tetap menghargai guru-guru serta peraturan di sekolah ini Nathan. Mau sampai kapan kamu seperti ini? Kama mau lulus, mau masuk perguruan tinggi. Apa kamu nggak takut kamu nggak bisa lulus di Universitas keinginan kamu?"
"Kan saya ada orang dalam buk."
"Nathan!" Bu Shena sedikit emosi mendengar jawaban Nathan. Benar-benar anak yang kurang ajar.
"Yaelah becanda buk, becanda."
"Bercandaan kamu tidak lucu."
"Marah-marah mulu buk."
"Siapa yang tidak marah melihat sikap kamu yang kayak gini?"
"Jadi intinya saya boleh masuk nggak nih buk? Kalau nggak boleh saya keluar lagi deh." Ujar Nathan yang hendak pergi. Bu Shena yang melihat itupun langsung memanggil Nathan.
"Heh, mau kemana kamu? Ibu nggak bilang kamu nggak boleh masuk ya." Nathan pun kembali menghentikan langkahnya yang sudah setengah langkah.
"Masuk kamu." Ujar bu Shena.
Nathan pun dengan angkuhnya masuk sambil tersenyum manis pada bu Shena. "Gitu dong buk." Ujar Nathan.
Saat memasuki kelas, senyum Nathan yang semula mereka sempurna, tiba-tiba saja hilang, berubah menjadi senyuman angkuh yang penuh arti. Sorot matanya melirik ke arah Zizan dan Nara.
Nathan berjalan menuju bangkunya yang tepat berada di belakang Nara. Saat sampai di depan meja Zizan dan Nara. Nathan dengan sengaja mengetuk meja Nara dengan punggung jari telunjuknya yang ditekuk.
"Pagi Nara." Sapanya seolah ingin memanas-manasi Zizan.
Nara hanya tersenyum canggung menanggapi itu, bagaimana tidak canggung? Kini semua pasang mata menuju ke arah mereka karena ulah Nathan.
"Sendirian aja?" Tanya Nathan memancing-mancing Zizan.
Zizan menoleh ke sumber suara dengan tatapan kosong dari manik mata tuna netra miliknya. "Sendiri? Terus lo kira gue ini apa? Setan?" Kata Zizan menyahuti ucapan Nathan. Zizan tentunya sadar bahwa itu Nathan.
"Ada manusia lain ternyata di sini. Sorry, gue nggak liat lo tadi. Soalnya lo juga nggak ngeliat gue kan?" Sarkas Nathan dengan senyuman miring yang merekah.
Zizan hanya diam, mencoba sabar dan memalingkan wajah dari mulut kurang ajar Nathan. Melihat Zizan hanya diam, Nathan semakin menjadi-jadi.
"Zizan versi sekarang lebih penyabar ya ternyata, kalau lo Zizan versi dulu, mungkin lo udah ngehantam gue kan? Zizan ternyata sudah jadi anak baik. Caranya gimana? Gue juga mau nih berubah jadi lebih baik kayak lo?" Ujar Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
Fiksi RemajaArzizan Sagara Louiser. Terlahir sebagai pewaris tunggal dari keluarga serba berkecukupan yang dikenal banyak orang, wajah tampan dengan kapasitas otak yang bisa dibilang cukup pintar. Friendly, mudah bergaul, memiliki banyak teman disisinya dan dig...