16. Hilang?!

413 32 6
                                    

Hari ini adalah Jum'at. Dimana seantero SGHS tidak bersekolah dikarenakan tanggal merah alias libur. Bagi murid lain tentu ini akan menyenangkan karena tiga hari libur. Tapi bagi Zizan sama saja. Hanya ada keheningan di dalam dirinya maupun sekitarnya.

Malam ini, bi Asih masuk ke kamar Zizan untuk menyuapi Zizan makan malam. Zizan pun menyantap makanan itu, walaupun tidak habis karena sama sekali tidak nafsu untuk makan, setidaknya Zizan masih memakannya.

"Bi." Panggil Zizan pada bi Asih yang baru saja hendak berdiri, keluar dari kamar Zizan.

"Iya tuan? Tuan ada perlu sesuatu?" Tanya bi Asih.

"Enggak bi, saya cuma mau nanya."

"Nanya apa tuan?" Tanya bi Asih pada tuannya.

Zizan diam, sangat gengsi dan sedikit malu rasanya bertanya soal Nara ke ibunya langsung. Selama ini Zizan mencoba menahannya tapi kali ini sudah tidak bisa di tahan. Zizan benar-benar butuh jawaban atas semua ini.

"Tuan? Tuan mau nanya apa?" Ulang bi Asih karena Zizan tidak kunjung menjawabnya.

"Engmmm, itu bi.." gugup Zizan.

"Itu apa tuan?"

"Na...maksudnya anak bibi kemana ya bi, saya udah nggak pernah dengar kabar anak bibi belakang ini."

Bi Asih yang semula memasang raut penasaran berubah menjadi senyuman kecil yang merekah. "Tuan, bikin bibi penasaran saja. Bibi pikir ada apa." Kata bi Asih lega.

"Nara anak bibi beberapa hari ini sakit tuan, dia tidur bareng bibi di kamar bawah." Jelas bi Asih.

"Sakit apa bi?"

"Demam tinggi tuan, waktu itu Nara nangis sesenggukan terus meluk bibi ke dapur. Habis itu langsung demam tinggi." Jelas bi Asih.

"Oh gitu ya bi, pantes saya nggak ngerasain keberadaan Nara di sekitar lantai ini." Kata Zizan.

"Iya, maaf ya tuan. Tapi bibi akan berusaha menggantikan tugas anak bibi dengan baik." Ujar bi Asih tersenyum.

Di satu sisi, akhirnya Zizan benar-benar merasa lega karena semua pertanyaan yang ada di kepalanya terjawab seketika dengan satu jawaban dari bi Asih. Kekhawatiran Zizan yang mengira Nara telah pergi dari rumah ini ternyata salah. Tapi di sisi lain Zizan juga merasa sangat khawatir dengan kondisi Nara yang kata bi Asih tengah mengalami demam tinggi. Apa lagi ketika Zizan mengetahui bahwa Nara demam setelah bertengkar hebat dengannya. Zizan merasa ini semua salahnya.

"Kalau begitu bibi pamit ke bawah dulu ya tuan, mau meletakkan piring bekas makan tuan. Nanti bibi balik lagi, hari ini jadwal tuan untuk latihan berjalan kan?" Kata bi Asih mengusaikan lamunan Zizan.

"Iya, nanti bibi langsung ke ruangan buat saya belajar jalan aja. Saya bisa sendiri kok bi ke ruangan itu." Kata Zizan pada bi Asih.

"Baik tuan." Bi Asih keluar dari ruangan itu, selang beberapa detik setelah suara langkah bi Asih tidak lagi terdengar, Zizanpun mulai mendorong kursi rodanya. Zizan ingin kembali mencoba mandiri karena kondisi tangannya yang sudah mendingan.

Zizan mendorong kursi rodanya dengan pelan hingga pintu, cowok itu lalu meraba gagang pintu lalu membukanya dengan pelan. Zizan mendorong kursi rodanya ke luar, menutup pintu kamarnya lalu kembali mendorongnya menuju ruangan tempat dia biasa berlatih berjalan. Zizan mencoba meraba-raba tembok di sepanjang perjalanannya. Hingga tangannya tak sengaja menyentuh pintu. Ya, seperti dugaannya itu adalah pintu ruangan latihan berjalan Zizan.

Zizan memasuki ruangan itu, mendorong kursi rodanya masuk ke dalam dan memberhentikannya segera, saat Zizan telah merasa ini adalah tempat yang pas untuk menunggu bi Asih.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang