"Bagaimana pak, apa sudah ada perkembangan mengenai kasus ini?"
"Maaf pak, hingga detik ini kami masih sulit untuk menemukannya. Tampaknya pelaku sudah profesional dalam menghilangkan jejak, bahkan sidik jarinya saja tidak terdeteksi. Akan sulit jika hanya mengandalkan bukti rekaman cctv dimana wajah si pelaku tidak jelas terlihat."
"Begitu ya pak? Baik mohon hubungi kami segera jika ada sedikit perkembangan atau petunjuk mengenai keberadaan tuan Zizan."
"Ya baik pak, kami akan berusaha lebih dari sebelumnya agar kasus ini cepat terungkap."
"Iya, terimakasih pak."
Sambungan telepon antara pak Rion dengan inspektur kepolisian terputus setelahnya. Pasalnya sudah tiga hari semenjak hilangnya Zizan, namun kasus ini belum mengalami perkembangan sedikitpun. Entah apa kendalanya, Entah karena bukti yang kurang akurat atau karena si pelaku yang begitu profesional. Kasus ini tampaknya sangat sulit untuk dipecahkan.
Saat ini pak Rion dan nyonya Meira tengah berada di meja makan. Nyonya Meira yang duduk manis dengan pakaian rapi sambil menyantap sarapan paginya, sedangkan pak Rion berdiri tegak disampingnya.
"Belum ada perkembangan nyonya." Lapor pak Rion pada nyonya Meira.
"Saya sudah dengar, karena suara telepon bapak cukup keras." Balas nyonya Meira cuek sambil terus menyuap sarapan ke dalam mulutnya.
"Maaf nyonya."
Sementara itu, di dapur yang tepat berada di dekat meja makan itu, Nara samar-samar mendengar pembicaraan antara pak Rion dengan nyonya Meira. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu yang serius sehingga Nara tertarik untuk menguping.
"Ingat pak Rion, kasus ini tidak boleh sampai bocor ke tangan publik atau pun ke tangan suami saya. Jika sampai kasus ini menguap ke publik dan semua orang tau termasuk suami saya, saya tidak akan segan-segan untuk memecat semua pekerja yang ada di rumah ini karena hanya pekerja di rumah ini yang mengetahui tentang hilangnya Zizan." Pesan nyonya Meira pada pak Rion.
"Tentu nyonya, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk tutup mulut. " Balas pak Rion sambil menunduk hormat.
"Bagaimana dengan keberangkatan hari ini? Apa nyonya tetap akan pergi?" Tanya pak Rion memulai topik baru.
"Tentu, karir tetap lah karir. Pekerjaan tetap lah pekerjaan, saya harus tetap profesional disituasi apapun. Termasuk saat ini, saya tidak bisa menunda ataupun membatalkannya." Kata nyonya Meira pada pak Rion.
"Lalu, nyonya akan berangkat setelah sarapan?" Tanya pak Rion.
"Ya, tapi sebelum ke bandara, kita akan mampir ke rumah Helwaky Louiser, saya ada keperluan di sana." Ujar nyonya Meira.
"Tapi kemarin saya mendengar kabar bahwa tuan Helwaky saat ini sedang berada di LA nyonya, ada keperluan bisnis."
"Saya tidak berurusan dengan Helwaky, saya berurusan dengan anaknya." Ujar Nyonya Meira.
"Baik Nyonya."
Nyonya Meira memperbaiki lipstick nya setelah sarapan, wanita itu lalu kembali menyimpannya ke dalam tas branded miliknya lalu menarik tas itu hingga sikutnya.
"Semua sudah disiapkan pak?"
"Sudah nyonya, semua sudah saya taruh di mobil."
"Ayo berangkat sekarang." Nyonya Meira dengan gaya berjalan nya yang sangat anggun mulai beranjak dari rumah itu, diikuti pak Rion dari belakang.
Pak Rionpun membukakan pintu untuk nyonya Meira lalu mempersilahkannya masuk. Setelah itu baru pak Rion ikut masuk ke dalam untuk menyetir mobilnya menuju bandara. Ya, nyonya Meira akan terbang ke luar negeri untuk urusan bisnisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
Teen FictionArzizan Sagara Louiser. Terlahir sebagai pewaris tunggal dari keluarga serba berkecukupan yang dikenal banyak orang, wajah tampan dengan kapasitas otak yang bisa dibilang cukup pintar. Friendly, mudah bergaul, memiliki banyak teman disisinya dan dig...