Part 12

4.5K 339 3
                                    


Maaf banyak typo

Selamat membaca

-
-
-

Saat ini, Gracio mengajak Shani untuk berkeliling Jakarta terlebih dahulu sambil menunggu waktu sore tiba. Di dalam mobil, laki-laki itu sesekali melirik kekasihnya yang sedang menatap ke luar dari jendela kaca mobilnya.

Setelah jam menunjukkan pukul 17.30 sore, Gracio segera mengarahkan mobilnya menuju sebuah pantai yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada sekarang. Ya, Gracio ingin mengajak Shani melihat apa yang gadisnya itu sukai.

Sesampainya di tepi pantai, Shani membulatkan matanya tercengang seraya menutup mulutnya tidak menyangka dengan apa yang ia lihat di depan sana.

Di pinggir pantai itu, sudah berdiri sebuah tenda cantik yang dihiasi dengan indah. Di sana juga terdapat sebuah meja lengkap dengan dua kursi yang saling berhadapan. Di pinggirnya terdapat beberapa bunga dan lampu-lampu menerangi suasana yang sudah hampir malam karena matahari yang akan tenggelam.

"Ini buat kamu," ucap Gracio.

Shani lantas kembali melirik ke arah Gracio yang saat ini sudah menyodorkan sebuah bucket bunga dan ntah darimana ia dapatkan.

"Ini kamu yang buat?" Tanya Shani sembari menunjuk apa yang ada di hadapan mereka itu.

Gracio mengangguk perlahan, tangannya mulai terulur menggenggam tangan gadisnya lalu berjalan menuju tepi pantai yang sudah terdapat kursi dan meja tersebut.

Jantung Gracio saat ini tengah dalam keadaan berdegup kencang, ternyata ada yang lebih menegangkan dari detik-detik kemenangan saat bertanding basket bagi pemuda itu. Laki-laki dingin dan irit bicara itu sedang gugup saat ini.

"Du-duduk, Shan." Titah Gracio seraya menarik kursi untuk Shani.

Shani mengangguk patuh, ia langsung mendudukkan dirinya dengan senyuman manis yang tak pernah berhenti menatap kekasihnya itu.

Gracio pun segera duduk di kursinya yang berhadapan dengan Shani, menatap ke arah pantai menunggu matahari yang akan tenggelam itu. Mata mereka berdua terus memandangi langit yang sama, langit yang mulai menampakkan keindahan warna yang berubah menjadi jingga.

"Indah banget ya," kagum Shani tanpa berkedip.

"Engga," Balas Gracio singkat.

Shani lantas menoleh ke arah laki-laki itu dengan perasaan bingung. "Emang ada yang lebih indah dari ini, ya?" Tanyanya heran.

"Ada. Berada di samping kamu, Shan." Balas Gracio menatap tulus wajah gadisnya.

Seketika wajah Shani memerah seperti kepiting rebus, gadis itu menjadi salah tingkah karena tatapan yang Gracio berikan. Ia tidak pernah membayangkan seorang Gracio yang berekspresi datar dan irit bicara itu sedang menggoda dirinya.

Gracio tersenyum, tangannya perlahan mulai menarik tangan Shani untuk ia genggam. Terlihat dirinya mengambil napas dalam-dalam untuk mengontrol rasa gugupnya itu.

"Maaf ya Shan, kalo aku gak bisa romantis kaya orang lain." Keluh Gracio merasa bersalah.

Shani tersenyum manis menatap kekasihnya itu, "aku gak butuh laki-laki yang romantis Cio. Yang paling penting bagi aku, kamu bisa jadi laki-laki yang pandai bersyukur dan selalu sayang sama aku." Ujarnya menenangkan.

"Shan. Gua eh hm maaf, A-aku..., aku sayang sama kamu. Bantu aku berubah untuk jadi laki-laki yang baik buat kamu, Shan. Aku juga gak bisa janji untuk selalu ada di samping kamu, tapi aku akan selalu usahakan untuk bisa buat kamu bahagia selama sama aku." Ungkap Gracio dengan sangat tulus sembari terus menggenggam erat tangan Shani.

LEMBAYUNG SENJA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang