Selamat membaca
Maaf banyak typo.-
-
-
Dyo melangkahkan kakinya menuju ruangan Shani setelah mendengar beberapa karyawan membicarakan kejadian yang menggemparkan tadi.Ceklek
Pintu ruangan Shani dibuka oleh dyo. Dengan cepat ia memeluk tubuh putrinya yang sudah menangis di sofa ruangannya.
"Sayang hey jangan nangis.." Ucap dyo memeluk erat tubuh shani untuk menenangkannya.
Shani langsung membalas pelukan dyo dan memeluknya dengan sangat erat. Tangisnya pecah di pelukan sang papa.
"Hikss cio pah.." Isak shani yang berada di pelukan dyo.
Tangan dyo mengusap punggung shani yang bergetar. "Kenapa sayang hmm, kenapa cio..?"
"Cio hikss putusin Shani pah hikss hikss.." Dengan napas yang tersengal senggal shani menceritakan kejadian apa yang telah terjadi antara gracio dan dirinya, tentang pertemuan dirinya dengan vino dan bagaimana gracio memutuskan hubungan mereka begitu saja.
Mendengar itu dyo hanya memejamkan matanya, ia tidak tahu harus berbuat apa apa, gracio hanya salah paham tetapi putrinya juga bersalah karena masih bertemu dengan masa lalunya tanpa sepengetahuan gracio.
"Sayang udah ya, cio sekarang lagi emosi. Nanti kamu jelasin lagi ke dia kalo semuanya udah dingin ya.." Ucap dyo menenangkan shani.
Shani menganggukan kepalanya patuh. Dyo langsung melepaskan pelukannya lalu memegang pundak putrinya dan menatap wajah shani dengan tatapan sangat tulus.
"Udah ya jangan nangis lagi, nanti cantiknya hilang loh.." Hibur dyo mengusap air mata shani.
"Shani ta-kut ci-o gamau ma-maafin shani pah.." Ujar Shani sesegukan.
"Ssttt jangan mikir macem macem sayang. Papa yakin cio bakal maafin kamu kalo kamu ceritain semuanya.." Ucap dyo yang terus berusaha menenangkan putrinya.
"Sekarang kita pulang aja ya, biar kerjaan kamu di kerjain sekretaris kamu ok.." Shani menganggukan kepalanya patuh.
Shani kini berada di dalam kamarnya menatap lurus langit langit kamarnya itu. Ia terus memikirkan bagaimana dirinya dengan gracio.
"Ssh akkhh sa-kit.." Erang shani tiba-tiba.
Shani dengan cepat mengambil sebuah botol kecil di dalam laci nakasnya. Lalu ia meminum obat yang berada di dalam botol itu. Nafasnya memburu dengan cepat setelah meminum obat itu. Kemudian shani memejamkan matanya berusaha untuk tidur.
Malam harinya ketika makan malam tiba shani terlihat sangat tidak bersemangat membuat melody menatapnya dengan curiga. Memang baik itu dyo ataupun shani mereka tidak ada yang menceritakan apapun pada melody.
"Shan, kenapa kok lesuh banget sayang..?" Tanya melody penuh selidik.
"Hmm gapapa kok mah, cuma pusing aja mikirin kerjaan kantor.." Ucap shani berbohong.
Dyo hanya menatap sendu wajah shani kemudian kembali menyantap makanannya.
"Papa kasih banyak kerjaan ke kamu ya sayang, mas kamu ini gimana sih. Kan kamu tau kondisi Shani gimana kenapa kasih banyak kerjaan sih.." Omel melody menatap sang suami.
"Kok jadi papa yang kena sih mah.." Tukas dyo
"Ya papa kan yang kasih banyak kerjaan ke Shani. Liat tuh anak aku stres jadinya gara gara kamu.." Ketus melody.
Dyo hanya menggelengkan kepalanya, menghela napas pasrah menerima omelan dari kanjeng mami melody. Sedangkan Shani hanya diam tidak berekspresi apapun.
Di rumah milik keluarga keynal mereka semua berkumpul untuk memulai makan malam bersama. Gracio yang sejak pulang bertemu dengan shani itu hanya diam dengan tatapan mata yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG SENJA (END)
Dla nastolatków"Kamu tau kenapa aku suka liat lembayung?" "Kenapa?" "Karena itu adalah waktu antara batas siang dan malam. Dari situ aku bisa belajar bahwa tidak ada yang abadi. Semua akan berakhir pada waktunya. Datangnya mungkin hanya sesaat tapi kepergiannya se...