Selamat membaca
Maaf banyak typo
-
-
-Pagi ini Shani sudah siap berpakaian rapi dengan rambut yang ia biarkan terurai. Gadis itu beranjak keluar dari kamar menuju ke lantai bawah untuk sarapan bersama dengan orangtuanya seperti pagi-pagi sebelumnya.
"Pagi mah, pagi papa...," sapa Shani kepada kedua orangtuanya.
"Pagi sayang," sapa balik kedua orangtuanya.
Melody mulai memperhatikan putrinya tersebut dari atas hingga bawah, "kamu mau kemana sayang kok udah rapi aja, ini kan weekend?" Tanya Melody seraya menuangkan susu hangat ke gelas anaknya itu.
"Ya mau pacaran lah mah," ujar Dyo langsung menyambar pertanyaan sang istri dan membuat Shani langsung menoleh padanya.
"Pacaran?" Kaget Melody. "Sejak kapan anak mama punya pacar, perasaan kemarin bilangnya mau fokus kuliah dulu kan." Timpalnya bingung.
"Jangan dengerin papa mah, papa ngaco tuh," tukas Shani melirik sinis Dyo.
"Dih, masa pacarnya gak diakuin sih kasian banget tuh, siapa namanya Gracio ya." Cibir Dyo membuat Shani semakin kesal.
Gadis itu hanya memutar bola matanya malas membantah ucapan sang papa, ia yakin jika ia membantah justru Dyo semakin meledeknya. Sedangkan pria paruh baya itu sudah terkekeh karena berhasil membuat anaknya kesal, sudah menjadi makanan sehari-hari jika papanya itu selalu menggodanya.
Sementara itu di rumah Gracio, saat ini pemuda tersebut tengah berdiri di depan cermin merapikan rambutnya yang basah, hari ini ia akan membawa sang kekasih untuk bertemu dengan Veranda. Setelah selesai siap dengan penampilannya, Gracio berjalan menuju nakas yang berada di samping kasurnya itu. Ia mengambil sebuah bingkai foto sang mama yang tengah menggendong dirinya sewaktu kecil, ia tersenyum haru melihat foto itu.
"Sesuai apa yang Cio bilang mah, Cio bakal kenalin dia ke mama." Ucapnya sembari mengusap kaca bingkai foto tersebut.
Pemuda itu lalu meletakkan kembali bingkai foto tersebut pada tempatnya semula. Ia lalu mengambil jaket yang berada di atas kasurnya kemudian berjalan keluar dari kamarnya.
Di bawah atau lebih tepatnya di ruang makan, Shania dan Yona saat ini sedang berkutat menyiapkan makanan di meja makan. Sementara Keynal baru saja sampai bersamaan dengan Gracio.
"Duduk, sayang. Kita makan bareng-bareng ya," titah Yona dengan ramah.
Gracio melirik sekilas ke arah sang kakak, kemudian mulai duduk di kursinya. "Tolong kak," ucapnya seraya menyodorkan piringnya pada Shania.
Gadis itu mengangguk, lalu mengambil piring yang Gracio berikan. Meletakkan satu persatu menu makanan ke atas piring sang adik, dan memberikan kembali pada Gracio.
Kini mereka berempat, mulai makan dengan tenang tanpa ada obrolan sama sekali, hanya ada dentingan alat makan mereka. Sesekali Gracio melirik ke arah Yona dan Keynal secara bergantian, ada kebahagiaan terpancar dari wajah kedua orang itu saat ini.
"Ekhem, kayanya di liat-liat ada yang rapi banget. Mau kemana nih?" Celetuk Shania mencairkan suasana.
Tentu saja hal itu membuat dirinya mendapatkan tatapan dari mereka bertiga.
"Biasa aja," sahut Gracio kembali memakan makanannya.
"Ciee, pajak jadiannya mana nih?" Ledek Shania semakin menjadi-jadi.
"Jadian? Emang siapa yang baru jadian sayang?" Tanya Keynal ikut meledek, pasalnya ia sama sekali tidak pernah mendengar Gracio dekat dengan wanita manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG SENJA (END)
Roman pour Adolescents"Kamu tau kenapa aku suka liat lembayung?" "Kenapa?" "Karena itu adalah waktu antara batas siang dan malam. Dari situ aku bisa belajar bahwa tidak ada yang abadi. Semua akan berakhir pada waktunya. Datangnya mungkin hanya sesaat tapi kepergiannya se...