Part 18

4.2K 316 6
                                    

Selamat membaca

Maaf banyak typo

-

-

-

Seiring waktu, Gracio mulai semakin nyaman menunjukkan sisi lembut dan manjanya pada Shani. Dari seorang pria yang terlihat dingin dan tegas di mata banyak orang, Gracio berubah menjadi sosok yang hangat dan perhatian setiap kali bersama Shani. Dia tak lagi ragu untuk berbagi hal-hal kecil yang mungkin dulu dianggapnya sepele, seperti menceritakan hari-harinya, mengeluhkan hal-hal yang membuatnya lelah, hingga meminta Shani untuk mendengarkannya bermain gitar.

Shani merasa bahagia melihat perubahan Gracio. Meski awalnya sempat terkejut melihat sisi lain dari Gracio ini, ia menikmati setiap momen manis yang mereka habiskan bersama. Kadang, Gracio bahkan bertingkah sedikit kekanak-kanakan di depan Shani, meminta perhatian atau sekadar bermanja dengan memeluknya tanpa alasan.

Hubungan mereka kini terasa begitu nyaman dan harmonis, saling melengkapi dan memberi dukungan. Gracio semakin percaya diri untuk membuka diri pada Shani, sementara Shani merasa bahwa bersama Gracio adalah tempat di mana ia menemukan kebahagiaan dan rasa tenang.

Hari ini suasana di lapangan basket begitu meriah. Sorak-sorai dari para penonton memenuhi setiap sudut tribun, memberikan semangat untuk kedua tim yang akan berlaga. Universitas Arshaka akan berhadapan dengan Universitas Pramudya, dan pertandingan ini sudah dinantikan oleh banyak orang karena kedua tim dikenal memiliki pemain-pemain berbakat dan kompetitif.

"GRACIO SEMANGAT KAMU PASTI BISA..."

"KAK BOBY SEMANGAT..."

"GRACIO KAMU GANTENG BANGET!!"

"GRACIO AKU PADAMU..."

"GRACIO...,GRACIO...,GRACIO..."

Sorak-sorai dari para penggemar Gracio menggema di seluruh arena, menciptakan suasana yang begitu bersemangat. Di antara gemuruh sorakan, Shani duduk di tengah tribun dengan ekspresi penuh perhatian. Tatapannya tidak lepas dari sosok Gracio yang bergerak lincah di lapangan, memimpin timnya dengan percaya diri.

Di tangannya, Shani memegang erat sebuah jaket yang menjadi ciri khas Gracio—jaket itu berwarna gelap dengan logo Kaizen di dadanya, jaket yang sering dikenakan Gracio dan teman-temannya. Banyak mahasiswi di sekelilingnya yang menyoraki nama Gracio dengan penuh antusias, berharap bisa menarik perhatian dari sang bintang lapangan. Namun, Shani tetap tenang dan fokus, menikmati kebanggaan tersendiri karena menjadi sosok yang spesial di hati Gracio.

Shania menyenggol bahu Shani sambil tersenyum jahil. "Sabar ya, Shan. Risiko punya cowok ganteng gitu emang," ledeknya, mencoba mencairkan suasana.

Cindy menyeringai, lalu menepuk bahu Shania dan Shani bergantian. "Ye tuh, Boby juga disemangatin cewek-cewek, Shan. Jadi yang harus bilang sabar itu gue kali ke kalian berdua!" celetuk Cindy, tak kalah jahil, sambil menunjuk ke arah beberapa mahasiswi yang masih melirik-lirik ke arah Boby dan Gracio.

Shani hanya bisa tertawa mendengar ledekan Shania dan Cindy. Meskipun sedikit merasa cemburu dengan perhatian yang diberikan pada Gracio, ia tahu bahwa itu adalah bagian dari pesona yang dimiliki kekasihnya.

Gracio yang berdiri di tengah lapangan, terlihat penuh percaya diri, melambaikan tangannya ke arah Shani sambil tersenyum tipis. Gerakannya itu langsung menarik perhatian banyak orang di sekitarnya. Semua mata tertuju padanya, membuat suasana lapangan menjadi riuh dengan bisikan-bisikan penasaran dari penonton lain.

"WOY CEWEK-CEWEK YANG NYEMANGATIN CIO, KALIAN MUNDUR AJA! SAINGAN KALIAN BIDADARI, HAHAHA!" seru seorang mahasiswa sambil tertawa terbahak-bahak saat melihat Gracio melambaikan tangan pada Shani.

LEMBAYUNG SENJA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang