Part 16

4.4K 313 1
                                    

Selamat membaca

Maaf banyak typo

-

-

-

Saat ini, Shani sedang dalam perjalanan menuju rumahnya, diantarkan oleh Zean dengan mobil milik Gracio. Gracio memintanya untuk mengantar Shani karena khawatir akan keselamatannya dan tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Shani.

Di dalam mobil, suasana terasa hening. Zean tetap fokus pada jalanan, sementara Shani sesekali melirik ke arahnya, terlihat ada banyak pertanyaan yang ingin diutarakannya. Pikirannya dipenuhi oleh keinginan untuk mengetahui lebih dalam tentang Gracio, tetapi Shani ragu untuk memulai percakapan. Dengan menahan rasa ingin tahunya, ia terus memperhatikan Zean yang tetap tenang mengemudi, menunggu momen yang tepat untuk mengajukan pertanyaan.

"Kak Shani, kalo ada yang mau ditanyain, tanya aja kak. Jangan sungkan," ucap zean tanpa menoleh.

Shani terkejut ketika Zean seakan tahu apa yang tengah ia pikirkan. Tanpa membuang kesempatan, Shani segera menoleh ke arah Zean, wajahnya menunjukkan campuran rasa ingin tahu dan kebingungan.

"Kenapa Gracio bisa sampai masuk rumah sakit, Zean? Kalian berantem sama siapa, dan apa yang buat kalian berantem?" tanyanya beruntun, suaranya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.

"Weisshh, Kak Shani, udah kaya wartawan aja nih! Satu-satu dong nanyanya," ucap Zean terkekeh, mencoba mencairkan suasana.

Shani hanya menghela napasnya pelan. "Maaf, aku cuma khawatir," balasnya sambil memalingkan wajah, berusaha terlihat santai meskipun hatinya masih penuh kecemasan.

Zean memperlambat kecepatan mobilnya agar lebih enak untuk bercerita. “Kita tuh tadi berantem sama anak Alaska, Kak. Ketua gengnya itu namanya Sakti, anak kampus Pramudya. Sakti itu mantan Kak Shanju waktu SMA, putusnya karena Sakti ketahuan selingkuh. Jadi Gracio nggak terima dong, kakaknya disakiti. Terus, si Sakti tadi cari masalah lagi dan mau rebut Kak Shanju lagi, jadi ya kita berantem lagi deh,” jelas Zean panjang lebar.

Shani hanya diam mendengar penjelasan dari Zean. Ia tahu bahwa Shania punya mantan sewaktu SMA, tetapi ia tidak tahu banyak tentang kenapa mereka bisa putus dan siapa orangnya. Shani memilih untuk tidak mengusik masa lalu orang lain, menghormati privasi sahabatnya.

“Tadi tuh sebenernya kita udah menang, Kak Shan, cuma si Sakti itu aja licik. Berantem pakai alat bantu. Dia pukul Cio pakai botol kaca sampai berdarah gitu. Cio pingsan itu bukan karena sakit, tapi trauma lihat darah,” tambah Zean, ekspresinya menunjukkan kekesalan.

Shani seketika langsung menoleh pada sahabat kekasihnya itu. “Trauma?” tanyanya terkejut, matanya membesar mendengar informasi itu.

Zean menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Emang Kak Shani nggak tahu kalau Cio punya trauma?” tanyanya, terlihat heran.

Shani hanya menggelengkan kepalanya, bingung. “Aku nggak pernah dengar tentang ini sebelumnya, Zee." Jawabnya jujur.

“Ya udah, kalau gitu, Kakak coba tanya aja sama Kak Shanju atau langsung sama Gracionya, ya?” ucap Zean, mencoba memberi saran.

Shani menganggukkan kepalanya samar, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan perasaan campur aduk tentang Gracio.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di depan rumah Shani. Ia menatap Zean dengan sedikit ragu. “Gamau mampir dulu, Zee?” tanyanya basa-basi.

“Enggak deh, Kak. Mau langsung balik ke rumah sakit aja. Kasihan Cio kalau bareng Daniel sama Ollan, ntar makin stres,” ucap Zean, membuat Shani tertawa kecil.

LEMBAYUNG SENJA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang