Part 40

4.1K 291 4
                                    

Selamat membaca

Maaf banyak typo

-
-
-
-

Seorang pemuda dengan mengenakan jaket kebesarannya memasuki sebuah gedung perkantoran. Ia menjadi pusat perhatian bagi karyawan karyawan kantor yang sedang bekerja.

Wajahnya yang sangat tampan dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat dingin itupun menghampiri seorang resepsionis kantor tersebut.

"Selamat siang mas ada yang bisa saya bantu..?" Tanya resepsionis itu ramah.

"Ruang kerja ibu shani Indira dimana ya mbak.?"

"Maaf sebelumnya sudah ada janji kah dengan ibu shani?

"Harus ada janji dulu ya mbak?" Resepsionis itu menganggukkan kepalanya.

Laki laki itupun tampak menghela napasnya pasrah. Perlahan ia meninggalkan tempat resepsionis itu kemudian duduk di sebuah sofa yang ada di lobby kantor tersebut.

Tampak ia sedang memikirkan sebuah cara bagaimana ia bisa masuk ke dalam untuk menemui shani. Seorang laki laki paruh baya perlahan mendekati pemuda tersebut.

"Cio..?" Sapa laki laki itu.

Gracio mendongakkan kepalanya melihat dyo yang sudah berdiri tepat di hadapannya. Gracio langsung berdiri dari duduknya kemudian langsung menyalami tangan dyo.

"Kamu ngapain di sini.?" Tanya dyo

"Cio tadi ke rumah mau ketemu shani om tapi kata tante shani udah ke kantor.." Balas gracio sedikit lesuh.

"Terus kenapa masih di sini, kenapa gak langsung ke ruangan shani..?" Tanya dyo bingung

"Kata mbak itu harus ada janji dulu buat ketemu shani om, jadi cio gak bisa masuk.." Balas gracio polos.

Dyo yang mendengar penjelasan dari gracio yang terlihat sangat polos dan pasrah itupun menahan tawanya.

"Ruangan shani ada di lantai 3, di depan pintu ruangannya ada tulisan direktur utama. Om gak bisa anter kamu kesana soalnya om harus keluar. Semangat bujuknya ya..." Ucap dyo yang melenggang pergi meninggalkan gracio.

Gracio menatap kepergian dyo yang terus menghilang dari pandangannya, kemudian ia bergegas pergi menuju ruangan shani dengan sedikit rasa kesal terhadap kekasihnya itu.

Gracio menarik napas dan tersenyum tipis ketika sudah keluar dari lift dan berdiri di depan pintu ruangan yang sudah bertuliskan direktur utama tersebut. Ia berusaha untuk menetralkan emosinya.

Tok tok tok

Gracio mengetuk pintu shani perlahan.

"Masuk.." Ucap shani dari dalam ruangannya.

Ceklek

Pintu ruangan itupun terbuka dan menampilkan seorang wanita yang sedang sibuk dengan berbagai berkas berkas di mejanya. Wanita itupun sangat tampak cantik dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

Gracio dengan perlahan masuk ke dalam ruangan shani tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Begitu juga dengan shani, ia masih fokus pada kegiatan yang ia kerjakan.

"Siapa yang suruh kamu masuk kerja..?" Tanya gracio to the poin.

Shani yang mendengar suara yang sangat ia kenali itupun lantas mendongakkan kepalanya menoleh ke depan.

"Cio..?" Ucapnya kaget.

Gracio kemudian duduk hadapan shani masih dengan ekspresi wajah yang sangat datar.

"Sepenting itu ya kerjaan daripada kesehatan kamu..?" Tanya gracio datar.

Shani yang melihat gracio seperti itupun hanya bisa diam dan terlihat pasrah. Ia tahu ia salah karena tidak menuruti permintaan gracio yang menyuruhnya untuk tidak bekerja terlebih dahulu karena kondisi yang masih belum sepenuhnya membaik.

LEMBAYUNG SENJA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang