Selamat membaca
Maaf banyak typo
-
-
-
"Maaf ya lama," ucap Gracio memberikan es krim yang ia beli untuk shani.
"Gapapa, maaf juga buat kamu ngantri gitu deh," jawab Shani dengan senyum manis, menerima es krim tersebut dari tangan Gracio.
Gracio hanya tersenyum, merasa senang bisa memberikan sesuatu yang Shani suka. Dia memperhatikan Shani yang terlihat antusias membuka kemasan es krimnya.
Ia tidak memedulikan keberadaan Vino yang duduk di sampingnya. Fokusnya hanya pada Shani, yang tampak kesulitan membuka es krim. Tanpa ragu, Gracio mengambil es krim itu kembali dari tangan Shani.
"Sini, biar aku yang bukain," ucapnya dengan lembut, kemudian membuka kemasan es krim dengan mudah.
"Makasih ya," ujar Shani sambil tersenyum hangat ke arah Gracio.
"Iya, sama-sama," balas Gracio sambil tersenyum, lalu mengusap kepala Shani dengan lembut.
Vino, yang sejak tadi memperhatikan mereka dengan ekspresi yang semakin sulit disembunyikan, merasa sedikit panas melihat mantan kekasihnya bersama Gracio, yang notabene adalah juniornya. Ia tidak bisa lagi menahan diri dan memutuskan untuk membuka pembicaraan.
"Oh, jadi kamu sama Gracio ke sini, Shan?" tanyanya dengan nada yang terdengar santai, tapi jelas ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya. Pertanyaan itu berhasil membuat Gracio akhirnya menoleh ke arahnya.
Iya, Shani sama gua," balas Gracio singkat, suaranya tenang tapi ada sedikit ketegasan di sana.
Vino hanya mengangguk pelan, lalu berdiri di samping Shani. "Besok aku jemput ya, Shan?" tawarnya dengan nada yang terdengar akrab, tapi jelas ada maksud di baliknya.
Ucapan itu membuat Gracio langsung menatap Vino dengan tajam, merasa ada sesuatu yang salah dengan situasi ini. Tatapannya menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan cara Vino mencoba mendekati Shani.
Shani melirik ke arah Gracio yang kini menunjukkan tanda-tanda cemburu jelas di wajahnya. Ia bisa merasakan ketegangan yang makin terasa di antara mereka.
"Shani, gua yang jemput," ucap Gracio dengan nada datar, tapi tegas, menunjukkan bahwa dia tidak mau mundur dari situasi ini.
"Kan gua yang lebih dulu ngajak Shani, bukan lo," kata Vino dengan nada ketus, memandang Gracio dengan tajam.
Gracio tak mundur sedikit pun dan menatap balik Vino. "Gua pacar Shani," ucapnya tanpa ragu, membuat Vino seketika mengerutkan keningnya, tampak terkejut.
Vino menatap Shani dengan ekspresi penuh penasaran, mencoba mencari kepastian. "Bener, Shan? Gracio pacar kamu?" tanyanya, ingin memastikan apakah Gracio mengatakan yang sebenarnya atau hanya gertakan.
"Iya, Vin, Cio pacar aku," jawab Shani dengan nada yang terdengar tidak enak
"Oh gitu," Vino menjawab dengan nada datar, jelas terlihat bahwa dia merasa sedikit terguncang. "Hm, Shan, kalau gitu aku duluan ya," pamitnya, berusaha pergi dari situasi yang semakin tidak nyaman.
Shani menganggukkan kepalanya, mengiyakan. Ia mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, dalam hatinya, ia merasa takut jika Gracio akan marah padanya karena kehadiran Vino yang tiba-tiba muncul.
Setelah Vino pergi dari tempat mereka, Shani melirik ke arah Gracio yang sedang menikmati es krimnya. Dia memperhatikan ekspresi wajah Gracio, yang terlihat tenang, meskipun ada ketegangan yang masih tersisa di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG SENJA (END)
Teen Fiction"Kamu tau kenapa aku suka liat lembayung?" "Kenapa?" "Karena itu adalah waktu antara batas siang dan malam. Dari situ aku bisa belajar bahwa tidak ada yang abadi. Semua akan berakhir pada waktunya. Datangnya mungkin hanya sesaat tapi kepergiannya se...