Part 10

4.5K 367 12
                                    

Selamat membaca

Maaf banyak typo

-

-

-

Gracio menatap langit-langit kamarnya. Sebuah rasa cemburu kini bersarang di hatinya ketika mengingat Vino dan Shani pagi itu. Matanya menatap ke atas, namun pikirannya melayang jauh ntah berada di mana sekarang.

Ceklek

Pintu kamar Gracio dibuka oleh seseorang yang saat ini menampilkan Shania dengan membawa cemilan di tangannya. Gadis itu mulai mendekati adiknya yang masih belum sadar akan kehadirannya itu.

"Vino sama Shani itu cuma temen kok dek," ucap Shania yang sudah duduk di tepi ranjang Gracio.

Pemuda itu tentu saja tersentak kaget setelah mendengar suara kakaknya yang tiba-tiba sudah ada di samping dirinya. Sejak kapan kakaknya berada di dalam kamarnya? Ia segera duduk dari tidurnya seraya mengerutkan keningnya menatap Shania.

"Kakak tau kamu lagi mikirin Shani kan?" Tebak Shania yang mulai memakan cemilannya.

Gracio masih menatap heran kakaknya,
"nih ya kakak ku yang cantik. Pertama, kakak sejak kapan masuk kamar Cio, terus gak ngetok pintu dulu lagi. Nah kedua, kakak tuh sok tau banget. Ngapain coba Cio mikirin temen kakak itu," ujar Gracio kembali merebahkan tubuhnya.

"Siapa bilang kakak gak ngetok pintu, kakak ketok kok. Kamu aja yang gak denger, dan ini ya adek kakak yang paling ganteng. Sejak kapan sih kakak gatau apa yang lagi adek kakak pikirin?" Tanya Shania terus menatap Gracio. "Nih ya kakak bilang sekali lagi nih sama kamu, sebelum kamu nyesel mending buruan deh tembak Shani, daripada keduluan cowok lain lagi kan." Usulnya.

"Hem," Gracio hanya membalas ucapan kakaknya dengan singkat.

"Ih adek, kakak serius loh. Vino sama Shani itu cuma temen, kemarin emang Vino nembak Shani lagi tapi ya di tolak sama Shani. Karena emang Shani gak ada rasa sama Vino," jelas Shania sedikit kesal pada adiknya itu.

Gracio hanya diam membisu mendengar ucapan kakaknya. Ia lalu mulai memejamkan matanya menghiraukan ocehan-ocehan Shania.

"Adek ih dengerin kakak gak sih!??" Kesal Shania melemparkan cemilan pada wajah Gracio.

Gracio menghela napasnya pasrah.
"Ya terus masalahnya sama Cio apa sih kakak ku sayang??" Ketus Gracio melirik kesal sang kakak.

"Kakak yakin kamu suka kan sama Shani, kakak ada nomor Shani nih kamu mau gak nomornya?" tawar Shania menggoda sang adik.

"Mending kakak keluar deh kak, Cio mau istirahat!" Sahut Gracio memunggungi Shania.

Wanita itu terkekeh melihat sikap adiknya yang danial itu. Ia sangat yakin bahwa Gracio pasti menyukai Shani, bahkan dirinya sangat setuju. Tak ingin membuat Gracio semakin kesal, Shania memutuskan berjalan keluar kamar adiknya dengan tersenyum senang.

Setelah Shania keluar, Gracio kembali menatap langit-langit kamarnya. Ia memikirkan ucapan dari sang kakak, yang ada benarnya juga.

Namun sesaat kemudian, tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Gracio langsung mengambil dan melihat ponselnya tersebut, ia menghela napasnya panjang sembari menggelengkan kepalanya melihat isi pesan masuk itu. Pesan yang dikirim oleh Shania, wanita itu benar-benar mengirimkan nomor Shani pada dirinya.







***






"Mau kemana kamu Cio malam-malam gini?" Tanya Keynal yang berada di ruang keluarga bersama dengan Yona dan Shania.

LEMBAYUNG SENJA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang