Selamat membaca
Maaf banyak typo
-
-
-
Setelah acara wisuda selesai, Gracio dan Shani kini berada di sebuah kafe milik Gracio. Mereka berkumpul bersama geng Kaizen lainnya dan juga teman-teman Shania. Suasana ramai dan penuh canda tawa karena ada juga Marsha dan teman-temannya yang ikut bergabung, membuat sore itu semakin meriah.
"Cieee, yang sat set sat set. Kalah nih Bang Boy," ledek Ollan sambil tertawa, mengarahkan ejekannya pada Boby yang langsung menatap Ollan.
"Cieee, yang iri nggak punya pacar. Motor elit, pacar sulit... cuaksss!" timpalan Boby, dengan nada bercanda yang penuh keusilan.
Semua orang langsung tertawa mendengar candaan Boby yang tak terduga itu. Ollan, yang jadi sasaran ejekan, langsung geleng-geleng kepala.
"Gak boleh pacaran, Bang Boy, dosa tuh," balas Ollan sambil cengengesan, mencoba membela diri.
"Bilang aja kagak ada yang mau sama lu, hahaha!" ledek Daniel dengan nada jahil, membuat Ollan semakin kesal.
"Nyambung ae lo, Jamal," ketus Ollan, melirik Daniel dengan tatapan tajam.
Sementara Gracio dan Shani hanya tersenyum, menikmati tingkah laku sahabat-sahabat mereka yang saling meledek dengan penuh keakraban. Di tengah tawa dan canda itu, Shani sedari tadi terus memperhatikan cincin yang terpasang sempurna di jari manisnya, jemarinya berulang kali membelai cincin tersebut seolah memastikan bahwa semua ini nyata.
Gracio, yang menyadari perhatian Shani pada cincinnya, tersenyum hangat dan menggenggam tangan Shani dengan lembut. "Diliatin terus, Suka banget, ya, sama cincinnya?" bisiknya sambil menatap Shani dengan penuh cinta.
Shani menganggukkan kepalanya pelan, menyetujui kata-kata Gracio sambil tersenyum. Dalam hati, ia merasa sangat beruntung memiliki laki-laki seperti Gracio yang begitu perhatian dan tulus.
"Tau nggak, Shan, itu Cio belinya bareng siapa?" celetuk Shania tiba-tiba, sambil tersenyum penuh arti.
Sedari tadi, ia memperhatikan kemesraan Gracio dan Shani, dan sepertinya tak ingin melewatkan kesempatan untuk menggoda mereka.
Shani menggelengkan kepalanya, masih tak percaya. "Bareng kamu?" tanyanya sambil menatap Shania dengan ekspresi bingung.
Shania tertawa kecil dan menggeleng. "Bukan aku, Shan… Mama Yona," jawabnya sambil mengedipkan mata, membuat Shani langsung menoleh ke arah Gracio dengan penuh keterkejutan.
Shani menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan gracio. Ia sangat beruntung memiliki laki laki seperti gracio.
"Tau gak shan itu cio belinya bareng siapa..?" Tanya shania yang sedari tadi memperhatikan mereka.
Shani menggelengkan kepalanya. "Bareng kamu..?" Tanya shani menatap shania bingung.
"Mama yona.." Ucap shania membuat shani langsung menatap wajah gracio.
Gracio menganggukan kepalanya mengerti akan tatapan Shani itu. "Iya, aku minta bantuan Mama buat milih cincin ini. Mama bilang, katanya selera beliau nggak akan salah buat kamu," katanya tersenyum.
Shani tersenyum lebar, tangannya lembut memegang rahang tegas Gracio. Rasa bahagia memenuhi hatinya saat ia menyadari betapa Gracio kini semakin dekat dengan Yona.
Sementara itu, di sekeliling mereka, teman-teman yang lain menatap Gracio dan Shani dengan tatapan cengo, terpesona melihat momen manis antara pasangan itu. Kecanggungan di antara mereka seakan lenyap seketika, dan semua perhatian tersita pada kebahagiaan yang terpancar dari wajah Gracio dan Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG SENJA (END)
Teen Fiction"Kamu tau kenapa aku suka liat lembayung?" "Kenapa?" "Karena itu adalah waktu antara batas siang dan malam. Dari situ aku bisa belajar bahwa tidak ada yang abadi. Semua akan berakhir pada waktunya. Datangnya mungkin hanya sesaat tapi kepergiannya se...