16. Kembali Normal

33.5K 3.5K 651
                                    

Haiiii
Dari komen²nya pada penasaran kan
part selanjutnya?
Nih, Only kasih kalian😉

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN YOO

Biar Only tetap semangat Updatenyooo

AWAS KESANDUNG TYPO 🙌
🧸
🧸
🧸
🧸
HAPPY READING 😘

"AMBILKAN OBAT BIUS, CEPAATTTT"

Tiga bodyguard terdekat bergerak cepat melaksanakan perintah. Mereka berlari masuk ke dalam Mansion, mengambil suntik berisi obat bius lalu keluar dan segera menancapkan ke lengan berotot Arthur.

James bisa merasakan tubuh Tuannya yang perlahan-lahan melemah hingga tak mampu lagi bergerak. Cuma mata biru tajam itu tak tertutup dan tetap memperhatikan tubuh tergeletak Ares di atas tanah dengan darah di wajah tampannya.

"KALIAN BAWA MEREKA KE DALAM DAN PANGGIL DOKTER"

Sekali lagi James berteriak memerintah. Dia memang bukan Bos nya disini. Tapi mereka menghormati James karena dia adalah tangan kanan Arthur. Jadi dengan patuh mereka bergerak sesuai komando.

🧸🧸🧸

BAGIAN 16

Aaron berlari masuk ke dalam Mansion. Di saat begini dia ingin sekali mengumpat karena jarak pintu masuk samping dekat taman belakang terlalu jauh. Kenapa Daddy nya membuat Mansion yang sangat besar hingga menyulitkan mereka di saat-saat genting.

Anak dalam gendongannya masih menangis mengadu sakit. Tapi yang mengherankan, suara tangisannya tidak begitu keras seperti anak-anak lain yang pernah dia temui.

Bahkan Vian dan Varo waktu kecil menangis dengan suara yang seperti terompet sangkakala. Terlebih adik penuh dramanya-Varo-dia memang menangis dan sangat menghayati tangisannya tapi tidak ada air mata yang keluar hanya suara saja. Mengherankan.

Begitu mendekati pintu Mansion Aaron sedikit berteriak untuk menyuruh salah satu bodyguard memanggil si kembar Viaro di kamar mereka.

"Panggil Vian dan Varo untuk turun ke bawah dan membawa kotak P3K yang ada di kamarku. Cepat!!"

Si bodyguard segera berlari masuk mendahului Aaron. Ini darurat jadi dia tak harus berjalan di belakang Tuan Muda tampan itu.

Aaron duduk di atas sofa besar berwarna hitam dekat TV lebar di ruang keluarga dengan Varel di pangkuannya lalu secara perlahan menjauhkan badan Varel agar melihat wajah anak itu.

Ting

Aaron terpaku. Mata biru langitnya menatap Varel yang sedang menangis dihadapannya. Wajah anak itu berwarna pink terlebih bagian pipi dan hidung. Dia bisa melihat air mata yang terus keluar dari mata bulat sehitam jelaga milik Varel.

"Bagaimana bisa ada manusia model seperti ini? "

Tadi Aaron tidak begitu memperhatikan dengan jelas wajah Varel karena terlalu terburu-buru membawa anak itu ke dalam Mansion. Juga saat dalam kamar mandi Arthur bahkan ketika James memutar cctv lewat iPad. Dia menyesal telah melewatkan begitu banyak kesempatan.

"Tuhan pasti sedang bahagia saat menciptakan anak ini"

"Ng"

"ang"

"Bang Aaron!!"

Aaron tersentak saat mendengar teriakan Varo disampingnya. Sejak kapan adik-adiknya sudah ada disini?

"Kenapa abang ngelamun terus? Udah dari tadi di panggil-panggil loh. Itu Baby Varel kenapa Bang? Kok bisa nangis sampe segitunya? Terus ini kotak P3K buat siapa?" Tanya Varo beruntut. Alis Vian dan Varo tertaut bingung.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang