Prolog: Magic?

51K 1.7K 69
                                    

Glaire

"Hoam!" Seorang gadis berambut coklat menguap sembari meregangkan tubuh mungilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hoam!" Seorang gadis berambut coklat menguap sembari meregangkan tubuh mungilnya. Dia menggeliat lalu melirik ke arah jam dinding yang berada tepat di sampingnya.

"Astaga! Aku terlambat!" pekik gadis itu lalu melempar selimut yang terlilit rapi pada tubuhnya. Dia berjalan menuju ke kamar mandi dengan terburu buru.

"Ibu! Ayah ! Kenapa tidak membangunkanku!"

Hening

"Eh?"

Bammm!

Sebuah bantal yang empuk sukses mendarat ke kepala gadis bermata coklat kemerah merahan itu.

"Aw, sakit!" protesnya sambil mengusap kepalanya.

"Kamu itu sudah remaja! Sampai kapan harus Ibu dan Ayah bangunkan? Memangnya kamu tidak punya kesadaran sendiri? Bagaimana nanti kalau kamu tinggal sendiri? Ingat ya Glaire suatu saat itu pasti akan terjadi, Jadi kamu harus mandiri, tidak boleh terus bergantung sama orang tua." Ternyata Ibu sudah menunggu Glaire di depan kamar mandi dengan pose bak model. Yah, berkacak pinggang dengan ekspresi yang—menakutkan.

'Mulai lagi,' batin Glaire.

"Iya bu, Glaire sudah terlambat, jadi lebih baik ibu mengizinkanku memasuki kamar mandi," kata Glaire lesu.

'Sedihnya hidupku,' rutuknya dalam hati , lalu melewati Ibu tanpa menoleh sedikitpun. Sedangkan Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala.

—0—

Glaire Pov

Rasanya sakit, terlambat datang, lupa belajar padahal hari ini ada ulangan IPS, dan lupa bawa uang untuk bayar uang kas. Jadi terpaksa aku memakai uang sakuku, dan alhasil di sinilah aku. Sendirian di kelas pada waktu istirahat dengan perut yang keroncongan.

"Uhh... aku lapar," keluhku sambil memegang perutku sekaligus memandang kesekeliling, kosong benar benar tidak ada orang. Cih, mereka semua pasti sudah berkerumun di kantin dan menikmati brownies ibu kantin yang selalu habis setiap istirahat pertama. Sial, padahal aku ingin sekali memakan kue coklat itu.

"Psst... psst... hei kau yang di sana!" Suara kecil hampir mendekati bisikan menyadarkanku dari imajinasi tentang brownies ibu kantin.

"Huhh... siapa itu."

"Hei kau! Yang rambut coklat!" Oke, aku mulai kesal dengan orang itu.

"Apa sih!? S-siapa kau!?" Aku kaget! Yang kulihat sekarang adalah seorang kakek yang bertubuh seperti kurcaci dengan janggut dan kumis putih yang panjang. Aku yakin topi yang mirip seperti penyihir berwarna biru itu juga menutupi sebagian rambut ubanannya yang gondrong.

"Sshh.... tenang aku hanya mau minta tolong kok," ujarnya, sambil memunculkan awan awan kecil di dekat kakinya lalu mensejajarkan posisi wajah kami.

Lost Secret of Magical Land  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang