Prolog

56.5K 1K 24
                                    

Remind me if there is a typo.

*****

"Shhh!" Airin meringis memegangi buah dadanya yang penuh. Gadis itu mendunduk dan terbelalak kaget melihat seragam sekolahnya telah basah. Bisa Airin rasakan asinya merembes keluar sampai ke perut. Sial, karena terlalu sibuk membersihkan markas ia sampai tidak menyadarinya.

"Ya ampun. Ini gimana? Mana lagi di markas." Airin panik. Matanya mengedar, memastikan tidak ada orang di sana. Kemudian mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menampung asinya.

Tidak ada. Betulan tidak ada. Airin makin panik.

Tidak ada pilihan. Airin dengan cepat membuka seluruh kancing seragam sampai bra hitam yang dikenakan gadis itu terpampang nyata. Terlihatlah kedua dadanya yang besar dan mengencang.

Gadis itu membuang seragamnya sembarangan dan membuka pengait bra. Hela napas lega terdengar sebab tidak lagi menghambat. Lalu Airin mengambil sebuah kain merah bekas dan mulai memompa asinya di payudara sebelah kanan menggunakan tangan.

Perlahan-lahan cairan putih itu keluar membasahi kain merah. Airin menatap sesal asinya yang terbuang sia-sia. Selama mengalami gejala aneh ini, semuanya ia buang secara cuma-cuma. Tidak ada yang mengetahui hal ini, termasuk orang rumah.

Tapi mungkin ini adalah hari kesialan bagi Airin. Kesialan kesekian kalinya. Cewek itu tidak sadar ada sepasang mata biru sedang mengintainya di balik jendela.

Matanya tajam memperhatikan Airin, ah bukan. Maksudnya buah dada si cupu itu. Keadaannya yang setengah telanjang mampu membuat sekujur tubuhnya meremang. Belum lagi kala puting merah mudah itu mengeluarkan asi yang ... yang ... yang membuatnya susah menelan ludah dan mendadak haus.

"Mau nenen," celutuknya tiba-tiba membuat temannya yang juga menyaksikan terkejut.

"Hah?"

"Gua mau nenen. Pake nenen dia. Gimana pun caranya." Ellfans menunjuk Airin dengan dagunya.

Revo tersentak. "Lu serius mau asi dia?"

Ellfans mengangguk. Wajahnya masih datar tapi binar di matanya tak dapat disembunyikan. Revo bisa melihat ada harapan di bola matanya yang sebiru lautan.

"Pake cara apapun supaya dia mau nyusui gua."

"Kenapa mesti pakai cara? Lu buka nih pintu, masuk terus nenen sepuas lu. Apa susahnya?"

Ellfans menoleh. "Lu pikir dia mau? Gua gak yakin dia mau. Takutnya nanti kalo gua nyusu tiba-tiba dia kabur. Dan ngebuang semua asinya."

Revo terdiam. Ada benarnya juga. Biarpun si cupu ini mudah dikelabui, tapi kalau udah menyangkut masalah yang bisa dibilang pelecehan dia tidak akan tinggal diam.

"Gua punya ide." Ellfans berkata.

"Apa?"

"Katanya dia kekurangan uang kan? Belum bayar uang sekolah. Kasih dia uang tapi jangan cuma-cuma. Harus ada timbal baliknya. Paham?"

Revo mengangguk cepat. Keduanya kembali menatap Airin yang tengah mencari benda lain karena kain merah itu telah basah sepenuhnya.

Ellfans lagi-lagi menelan ludah. Ia penasaran seperti apa rasa asi. Selama ini ia selalu minum susu mengisi perutnya.

"Jadi gak sabar pengen nenen."

***

"Oi!" Revo menepuk keras pundak Airin yang tengah melamun di bangkunya.

"Sekali nenen 10 juta, gimana?"

Airin terkejut. Matanya nyaris keluar antara dikagetin dan penawaran tiba-tiba dari Vero.

"Hah?" Airin cengo. Siapa yang mau nenen? Dan lagi, Revo tidak ada malunya bertanya begitu. Untung semua siswa sudah pulang hingga tidak ada yang mendengar selain dirinya.

"10 juta kalo lu mau nenenin Ellfans."

"10 juta?" Airin mengerjap, sedikit tergiur dengan harga yang ditawarkan. Dia kira tadi bohong.

"Hm. Lu butuh duit kan? Nah, bos gua bisa kasih lu itu. Asal lu bisa nyusui dia semalaman sampe dia tidur nyenyak."

"K-kenapa?"

Cowok jangkung itu tersenyum miring. "Gua sama El tau apa yang lu lakuin di markas dua hari lalu. Asi. Njir, kok bisa lu punya asi? Sejak kapan lu hamil? Mana banyak banget lagi."

Airin menelan ludah yang rasa-rasanya seperti kerikil. Nyangkut sendiri di tenggorokan. Revo sama Ellfans? Mereka tau rahasianya? Itu artinya mereka melihat dirinya yang hampir telanjang. Bagaimana ini?

"Tenang. Semua aman kalo lu nurut. Jadi gimana, mau gak? Ellfans udah lama nungguin," ujar Revo seakan pemikiran Airin.

Airin berpikir keras. Ia butuh uang. Orang tuanya tidak pernah menaruh peduli padanya. Jangankan membayar uang sekolah, tidak pulang sehari saja tidak ditanya. Seminggu yang lalu ia dipanggil guru wali kelas meminta uang sekolah. Airin tidak mampu membayar. Jika tidak dilunasi maka ia akan dikeluarkan dari sekolah Garuda.

"Ini beneran kan gak boong?"

"Iya." Revo mengangguk yakin. Dari kemarin Ellfans selalu mewanti-wanti agar Airin mau menerima tawarannya.

"C-cuma nenen kan? Gak lebih?"

"Iya. Cuma nenenin dia."

"Oke, aku terima."

***
TBC

Cerita ini udah agak lama di draft aplikasi fizzo. Maunya up di sana tapi agak sulit jadinya di sini aja. Lebih nyaman nulis di wp. Di sana bnyk peraturan kek cewek

DEMON MAN : TIGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang