DEMON MAN : 12

14.2K 353 22
                                        

Maaf banget baru bisa update :(
***

Gerimis. Ellfans bisa merasakan setitik air menetes di punggung tangannya yang memegang stang motor. Lekas dia mengebut sampai tiba di rumah.

Ellfans kira dia bisa beristirahat sejenak lantaran beberapa malam ini tidak dapat tidur karena ada panggilan tugas. Tapi rencananya itu tidak terealisasikan kala dilihatnya Marvin berdiri di tengah pintu utama.

Seperti biasa, menatapnya bengis.

Tidak ada rasa takut, anak muda itu justru mendekati ayahnya hanya untuk menerima pukulan.

"Saya biarkan kamu bergabung sama anak geng motor! Nggak pernah melarang kamu ini itu! Keluyuran tiap malam. Bahkan pernah nggak pulang berhari-hari. Sekalinya saya minta sesuatu ga bisa kamu turuti, hah?!"

Ah, ternyata soal Jane.

Marvin baru pulang dari luar negeri. Pulang-pulang dapat laporan mengenai anak bungsunya yang seenak jidat membatalkan perjodohan. Orang tua Jane sampai nekad datang ke rumah untuk meminta penjelasan.

"Minta yang lain. Aku gamau di jodohkan," kata Ellfans dengan suara dingin. Dia masih bisa berdiri setelah menerima tendangan Marvin di ulu hatinya.

"Kenapa? Sudah baik-baik saya mencari jodoh untuk kamu. Kamu pikir perempuan kelas mana yang mau menerima anak berandal kayak kamu selain Jane?! Gaada!"

"Aku masih sekolah, Pa. Di usiaku yang segini belum ada mikir tentang pasangan."

"Kamu pikir saya peduli? Yang saya tahu kamu harus turuti kata saya. Belum waktunya menikah tapi setidaknya jalin hubungan yang baik sama Jane. Bisa?" Marvin mendesak.

Ellfans terdiam. Sisi dalam dirinya memberontak liar. Ingin sekali menyerang Marvin, hasrat itu semakin menguat kala dirinya hanya bisa bungkam. Ellfans mati-matian mengendalikan diri. Jangan sampai dia melakukan sesuatu yang sedari dulu ingin dia lakukan.

Membantai semua keluarganya.

Suara deru mobil mengalihkan atensi kedua lelaki berbeda umur itu. Marisha dan Vallers sama-sama muncul diambang pintu mobil seraya membawa barang belanjaan.

"Loh, udah pulang, Pa? Kok enggak ngabarin Mama?" Marisha menghampiri. Melihat sang istri mendekat, Marvin mengecup pelipisnya lembut.

"Maunya gitu. Tapi anak ini bikin ulah," tunjuk Marvin pada anak bungsunya.

Marisha menoleh. Dia tahu apa yang mereka bahas tapi memilih tidak berkomentar. Dia membawa suaminya masuk ke dalam rumah. Tapi sebelum berlalu wanita itu sempat berkata sesuatu.

"Turuti apa kata Papa mu, El. Semua yang dilakukannya untuk kebaikanmu."

Ellfans memandang datar punggung orang tuanya. Sampai saat ini dia tidak tau apa alasan Marisha dan Marvin membencinya. Apakah bisa dikatakan benci di saat dia masih bisa menikmati segala kemewahan keluarga Millard, mendapat perhatian tipis-tipis dari Ibunya, diakui sebagai anak?

Sungguh mengherankan.

Vallers menghampiri dengan kedua tangan tenggelam di saku jaket. Barang belanjaan sudah ia alihkan ke pelayan. Maniknya melirik sang adik yang bergeming menatap kosong ke depan.

"Kenapa nolak Jane?" Vallers ikut menatap ke depan. Memperhatikan seluruh sudut rumah yang mungkin menurut Ellfans tempat neraka. Dimana dia mendapat tekanan dari Marvin dan hal-hal tidak menyenangkan sedari kecil.

El diam. Malas berdekatan dengan sang kakak, pemuda itu berlalu. Menaiki undakan tangga, meninggalkan saudaranya yang pasrah menatap kepergiannya.

"Gua nggak seburuk itu."

DEMON MAN : TIGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang