Sori bnyk yg typo krn mls revisi
***Ellfans menatap kedua mata Airin yang kini berkaca-kaca. Dagu perempuan itu bergetar menahan tangis. Apakah sesakit itu? Dibanding Airin, lebih sakit dirinya. Dia hanya menampar sementara Marvin meninju pipinya. Tapi ia tidak menangis.
Melihat Airin menahan isakan sambil memegang pipinya, Ellfans berinisiatif ikut duduk di lantai. Tangan besar pemuda itu terulur menyentuh punggung tangan sang gadis, lantas menariknya menjauh agar ia bisa mengusap pipi yang makin lebam itu.
Gantian Airin yang terpaku. Darahnya berdesir merasakan usapan lembut di wajahnya. Manik hijaunya menatap Ellfans, memperhatikan bagaimana raut itu begitu serius dengan punggung jari telunjuk tak berhenti mengusap.
"Cengeng. Gini aja nangis," cetus El mendengkus. Bukan lagi mengusap, lelaki berwajah barat itu merangkum rahang Airin. Mengangkat wajah cewek itu sampai mereka berhadapan. Dengan jarak yang sangat dekat.
Tanpa kacamata Ellfans sangat jelas mengamati betapa jernihnya bola mata Airin. Manik hijaunya begitu memukau. Masing-masing dari mereka bisa melihat pantulan dirinya di sana.
"Sakit, El." Airin meringis kala jari jempol Ellfans menekan pipinya terlalu kuat.
"Gua enggak sakit."
"Fisik kita itu beda. Kamu lebih kuat daripada aku." Airin menjawab.
"Jadi beneran sakit?"
Andai Airin punya nyali mungkin dia sudah berteriak di depan wajah datar Ellfans. "Ini benaran sakit. Enggak boong."
"Jadi gua harus ngapain?" El mendadak diam. Apakah dia kerasukan sampai-sampai menanyakan hal yang seolah dia harus bertanggung jawab? Bukan dirinya sekali.
Airin pun sama. Dia cengo. "A-aku gak minta loh. Enggak harus ngapa-ngapain."
"Lu gamau gua obati?"
"Kenapa jadi kebalik? Aku kan ke sini mau ngobati kamu."
"Gantian aja gimana?"
Tolong, sebenarnya ada apa ini? Kenapa Ellfans jadi baik gini? Kenapa dia jadi banyak ngomong? Airin berkedip tak percaya.
"Otak kamu masih di tempat kan?" tanya Airin spontan. Spontan loh ini, itu pun dia langsung diam.
"Maksud lu?" Dan benar saja. Raut wajah El tak enak lagi dipandang.
"Kamu jadi banyak omong. Biasanya cuek bebek."
"Ck." Ellfans berdecak. Menatap tajam. Di tempatnya Airin langsung menciut.
"Kalo gamau gua obati, lu nyusui gua aja." Tanpa menunggu Airin merespons, Ellfans menggendong Airin. Menaruh cewek itu di ujung sofa sementara dirinya tiduran berbantalkan paha sang gadis.
Airin yang paham keinginan cowok bermata tajam yang tidur di pangkuannya ini, segera membuka kancing bajunya. Mengeluarkan salah satu buah dadanya dari bra lalu mengarahkan putingnya ke bibir merah Ellfans. Persis kayak bayi.
Ellfans langsung menyusu. Matanya terpejam menikmati saat cairan manis itu melewati tenggorokannya. Ah, sangat lega. Tak lagi merasa dahaga.
Kedua anak manusia itu saling berdiam. Mengheningkan suasana hingga suara dari lantai bawah samar-samar terdengar. Ellfans terlena. Tapi tak berapa lama. Bulu mata lentik itu bergerak ke atas. Memunculkan sepasang mata biru manakala Airin tak sengaja mengusap rambut Ellfans.
Mereka saling berpandangan sebentar sebelum suara pistol tiba-tiba merebak. Sebuah peluru ditembakkan di kaca jendela dan serpihan kaca mengenai belakang tubuh Airin yang memang membelakangi jendela.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEMON MAN : TIGERS
Novela JuvenilWARNING! KALO GAK SUKA CERITANYA JANGAN DIBACA! JANGAN MENINGGALKAN KOMENTAR BURUK! INI PERINGATAN BIAR GAADA KERIBUTAN ⚠️ *** Ketua geng motor menyusu? Gimana ceritanya? *** "Sekali nenen 10 juta, gimana?" "10 juta?" Airin mengerjap, sedikit tergiu...