Maaf bngt y syg lama up. Benar2 sibuk kerja. Tpi aku usahain buat update cerita ini smpe tamat. Asal klen sabar aja
****
"AIRIN JALANG LU DIMANA HAH?!" Zaresh menendang pintu kamar mandi. Mengedarkan pandangan mencari sosok adiknya yang ternyata tak ada juga. Kosong melompong.
Kesal, Zaresh menghancurkan barang-barang yang ada di kamar mandi. Memecahkan kaca sampai terdengar bunyi keras yang memekakkan telinga.
Puas melampiaskan amarah, putra ketiga Arfan itu meninggalkan kamar sang adik. Langkahnya sekarang menuju kamar Mpok Emih. Mengetuk pintu dengan penuh emosi. Persetan sopan santun. Airin benar-benar mengujinya kali ini.
"Dimana Airin, Mpok?!" serobot Zaresh saat asisten di rumahnya membuka pintu. Menatap tajam membuat Mpok Emih mengerut takut.
"Saya enggak tau, Den. Emangnya Non nggak ada di kamarnya? Biasanya jam segini masih belajar."
"Di kamar gak ada makanya saya ke sini. Dia gak ada ngomong apa-apa sama, Mpok? Jangan beraninya bohong, Mpok Emih. Salah sedikit saya bisa pecat detik ini juga," ancam Zaresh melirik kamar pembantunya.
"Ya ampun, Den. Saya nggak bohong. Kalo nggak percaya, silahkan cek sendiri. Non Airin juga gak ada bilang ke saya mau ke mana. Nanti biar saya telpon terus kabari Aden." Mpok Emih memberi saran.
Zaresh malah mendengus. Adik sialannya itu berkali-kali ia hubungi, tapi sama sekali tidak ada respon. Di chat tidak dibalas, dibaca pun tidak. Entah dimana dia. Apa jangan-jangan Airin tau rencananya malam ini? Ah, tidak mungkin.
Menyadari tidak ada tanda-tanda kebohongan asisten rumahnya, Zaresh nyelonong pergi. Mpok Emih yang melihat itu hanya geleng-geleng. Attitude cucu Ganesha benar-benar nol. Tak ada kesopanan.
Sementara Zaresh tak ada hentinya mencak-mencak. Wajah pemuda itu sampai merah saking kesalnya. Mencari Airin di luar rumah pun mana mungkin. Memang dia tau Airin dimana? Adiknya itu tidak punya teman di luar. Sifatnya yang introvert sulit bersosialisasi.
"Bangsat! Gua harus kehilangan ratusan juga gara-gara si jalang itu. Liat aja, bakalan gua balas sampe mampus."
***
Sedangkan yang dicari mati-matian justru sibuk dengan kegiatannya. Menyusui bayi besar di sebuah apartemen elit ternama. Tempat tinggal Ellfans selain rumah besar Millard dan markas.
Suara kecupan basah terdengar kala El sibuk menghisap puting dada Airin. Menelan cairan putih sembari terpejam. Menikmati minumannya disertai elusan lembut Airin di kepalanya.
Kedua remaja itu terbaring di kasur dengan El bertelanjang dada dan Airin yang tubuh depannya benar-benar terbuka. Bagian bawah tubuhnya cuma berbalut celana dalam. Tadi sebelum ke apart mereka mampir ke minimarket membeli minuman dulu, karena terburu-buru minum saking hausnya, air minumnya tumpah sampai mengenai celana.
"Udah?" Airin menunduk menatap Ellfans yang melepas mulutnya dari dada Airin. Perempuan itu menyeka setetes asi di sudut bibir El.
"Hm." Puas menyusu Ellfans menenggelamkan wajah diantara dada Airin. Menghirup rakus aroma khas dari badan Airin. Hanya beberapa menit setelahnya El melepas diri. Duduk bersandar di kepala ranjang. Airin menyusul seraya menahan selimut di dada.
"Kenapa malam-malam di luar?" tanya Ellfans menyalakan rokok yang ia ambil di atas nakas.
Airin melirik sekilas sebelum menunduk. "Aku mau dijual," jawabnya jujur dengan tangan membuat asal pola abstrak di selimut. Cewek itu tak tahan membalas tatapan Ellfans lama-lama. Masih ada rasa takut dan segan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMON MAN : TIGERS
Ficção AdolescenteWARNING! KALO GAK SUKA CERITANYA JANGAN DIBACA! JANGAN MENINGGALKAN KOMENTAR BURUK! INI PERINGATAN BIAR GAADA KERIBUTAN ⚠️ *** Ketua geng motor menyusu? Gimana ceritanya? *** "Sekali nenen 10 juta, gimana?" "10 juta?" Airin mengerjap, sedikit tergiu...