#12 Flashdisk

160 34 8
                                    

Pelajaran kedua sudah selesai masih ada waktu beberapa menit menuju jam ketiga, Jennie masih mencatat beberapa poin pada pelajaran sebelumnya dari catatan Rose, tapi tidak lama tinta pulpennya habis.

"Astaga.." ucapnya sebal sambil memperhatikan pulpennya memastikan apakah masih ada atau memang benar-benar habis, "aku harus beli pulpen." Jennie segera berdiri dan memberikan catatannya kembali pada Roseanne.

"Kau mau beli pulpen?" Rose yang masih berkutat dengan laptopnya bertanya tanpa menoleh ke arah Jennie.

"Hmm, mumpung ada jam kosong, kenapa?"

"Aku titip juga satu dong." Rose mengeluarkan uang dari saku seragamnya, Jennie mengangguk kemudian keluar dari kelas, sudah beberapa bulan ia bersekolah disini setidaknya kini Jennie berani untuk pergi kemana-mana sendiri tanpa di temani oleh Rose.

Jennie melewati beberapa siswa lain yang juga keluar dari kelasnya di jam kosong tapi tatapannya tetap ke depan.

"Mau kemana? Buru-buru amat jalannya." sebuah suara muncul dari samping tubuhnya, Jennie menoleh dengan wajah heran.

"Sejak kapan kau ada disitu?"

"Barusan." Jennie tidak mau ambil pusing dengan ucapan Jisoo dan bagaimana gadis itu ada disana tanpa ia sadari.

Mereka berdua berjalan melewati kelas 1B dimana Dea mengatakan kalau disini adalah kelasnya siswa-siswi berprestasi dan parasnya juga rupawan. Sesekali Jennie memperhatikan beberapa siswa yang keluar masuk dari kelas itu tapi menurutnya semua siswa sama saja tidak ada yang berlebihan atau bagaimana seperti kata Dea sampai seseorang keluar dari kelas itu dan hampir bertabrakan dengan Jisoo.

Gadis itu meminta maaf pada Jisoo tapi Jennie tidak menghentikan langkah kakinya ia tetap berjalan sambil menoleh ke belakang dan terkesima dengan paras gadis itu.

Jennie dan Jisoo saling bertatapan setelah meninggalkan kelas 1B, "sepertinya yang di katakan oleh Dea ada benarnya." bisik Jisoo.

"Ya, bahkan kata cantik saja tidak bisa menggambarkan parasnya." gumam Jennie.

Sesampainya disana Jennie membeli beberapa barang yang ia butuhkan dan mendapati Jisoo sudah berjalan menjauh dengan langkah pelan.

"Aku kira kau sudah pergi."

"Kau ingin aku pergi duluan?"

Jennie mendengus, "terserahlah."

"Dia ini apa ya, tidak peka sama sekali, astaga... lelah." geramnya dalam hati, semua yang Jennie tunjukan pada Jisoo seakan tidak bisa membuat Jisoo mengerti apa yang harus dan tidak harus ia lakukan padanya.

"Hari Minggu nanti Lisa ngajak pergi ke rumahnya, kau di ajak?" tanya Jisoo memecah keheningan di antara mereka.

"Rose sudah memberitahuku tadi karena Lisa tidak punya nomor telponku jadi dia memberitahukannya lewat Rose, kenapa memangnya?"

"Ya kalau kau mau kita bisa pergi bersama."

"What?!"

"Karena aku sudah pernah ke rumahnya jadi kau tidak perlu bingung nanti cari rumahnya yang mana gitu." Jennie kembali memikirkan hal ini, apa yang Jisoo bicarakan ini tidak sedang bercanda, ia tidak ingin mudah percaya dengan semua ucapan Jisoo yang bahkan berbanding terbalik dengan kenyataan kedekatan mereka selama ini.

"Bagaimana caranya kita bisa pergi bersama?"

"Aku akan menjemputmu ke rumah, bagaimana? tapi dimana rumahmu Jen?" Jantungnya seperti berhenti berdetak sedetik ketika Jisoo benar-benar serius ingin menjemputnya dan sekarang menanyakan alamat rumahnya.

"Aku akan memberitahukannya padamu nanti." Jennie tidak bisa lagi menahan rasa panas di pipinya jadi sebelum Jisoo kembali melanjutkan percakapan mereka, dirinya berjalan cepat menuju kelas dan berusaha berpisah dari Jisoo.

***

Keesokan harinya, Jennie mengikuti pertemuan ekskul seperti biasa di lab. multimedia, Andrean menyapanya ketika gadis itu baru saja sampai disana.

"Jen, bisa bantu aku? Aku ada beberapa file yang harus di pilah." ucap Andrean yang berdiri dari duduknya, "Ini laptopnya." Jennie segera menyimpan tasnya di loker dan mendekati meja Andrean, "aku harus pergi ke ruang pers untuk mengurus beberapa file yang akan di jadikan rubrik mingguan." Jennie mengangguk paham, "aku akan pergi dengan Lucas dan Irene jadi kau disini sendiri tidak apa-apa kan? Ada beberapa anak lain yang aku suruh mengikuti rapat dengan Student Council untuk acara POR nanti, jadi maklum saja kalau disini sepi." senyumnya.

"Kalau kakak butuh bantuan, tinggal hubungi aku saja." senyum Jennie.

"Oke siap, sebentar ya Jen. Lucas, Ren, ayo entar keburu sore." Jennie sendirian disana, mumpung ingat ia segera mengisi batre kameranya sembari menunggu Andrean dan yang lainnya kembali.

Drrt.. Drrtt..

Ponselnya bergetar, dengan nama Andrean disana, "iya halo, kenapa kak?"

"Aku lupa bawa flashdisk tapi, masih ada beberapa foto di file rubrik tanggal 15, nanti ada yang kesitu anak pers untuk ambil filenya."

"Oke kak." setelah telpon dari sang ketua terputus, Jennie memastikan kalau file yang di maksud ada disana dan ternyata memang sudah ada.

Tok.. Tok..

Seseorang menengok ke arah dalam dan segera bertatapan dengan Jennie, "ya?" tanya Jennie.

"Aku mau ambil file untuk rubrik, tadi Andrean lupa katanya." Jennie tau kalau sebelumnya ia pernah bertemu dengan orang ini.

"Kau...?"

"Aku Freen, kita pernah bertemu sebelumnya." Jennie mengangguk paham karena ia juga ingat terakhir kali dirinya menarik tangan Jisoo di kantin agar mereka berhenti saling bertatapan dengan Freen, "ini flashdisknya."

Tidak ada yang memecah keheningan di antara mereka, bahkan ruangan itu semakin sunyi karena hari sudah sore. Diam-diam Freen memperhatikan Jennie yang masih menatap ke layar monitor karena file yang ia mau ukurannya cukup besar.

"Ada yang mau di ambil lagi?" tanya Jennie tiba-tiba setelah selesai menyalin file yang di maksud, terkejut karena pertanyaan Jennie yang tiba-tiba Freen mengalihkan pandangannya dan fokus ke layar monitor.

"Sepertinya aku butuh notulen rapat untuk POR juga." tapi Jennie tidak tau dimana file itu berada, Freen berpindah posisi ke belakang Jennie, memegang mouse yang masih Jennie pegang juga dan wajahnya bahkan berada tepat di sisi telinga gadis itu, "yang ini kalau tidak salah."

Ingin rasanya Jennie menarik tangannya dari sana tapi suara Freen begitu lembut, ia terdiam dan hanya memperhatikan kemana kursor yang Freen gerakan memindahkan file notulen rapat POR ke dalam flashdisk.

"Oke, sudah selesai." ucapnya enteng, Jennie hanya membalasnya dengan senyuman miring, "aku baru tau kalau kau anak fotografi, kita akan sering bertemu nanti, ya sudah terima kasih ya." Jennie tidak lagi menjawab ucapan Freen.

"Jangan lama-lama disini sendirian, nanti ada hantu." ledek Freen sembari keluar dari ruangan.

"Yakk!!" jerit Jennie, tapi Freen hanya terkekeh selama berjalan di koridor.

"Jangan ngomongin hantu-hantuan harusnya, aku juga takut." ucapnya bergidik ngeri.

Jantung Jennie berdebar dengan kencang ia tidak pernah di perlakukan seperti itu sebelumnya.

Seseorang memegang tangannya duluan?
Tidak ada seorang pun yang pernah.

"Aku tidak pernah membiarkan orang memegang tanganku.." Jennie memperhatikan tangannya sendiri. "Bahkan aku hanya memegang tangan orang yang aku inginkan saja..."

Suara orang-orang yang baru saja pulang dari lapangan belakang terdengar sampai ke lantai 3, Andrean meminta maaf karena ia begitu lama meninggalkan Jennie dan beberapa anak lain yang sudah selesai mengikuti rapat.

"Terima kasih semuanya." ucap Andrean, Jennie pun keluar dari lab dan melihat ke arah bawah.

"Jisoo? Dengan siapa dia?" Jennie terus memperhatikan Jisoo yang sedang jalan berdua bersama orang lain.

*** 

The Ice - [Jennie's Side]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang