#14 Melting

191 38 5
                                    

Jennie menatap ke arah jendela, melihat keluar dimana pemandangannya langsung menghadap ke arah lapangan. Tapi sedang asyik-asyiknya ia memperhatikan, Jisoo lewat di koridor dan Jennie cukup terkejut karenanya.

Jisoo menoleh ke arah Jennie, "lagi apa?" tanyanya tanpa suara.

Jennie hanya menggeleng dan tersenyum simpul kemudian ia pergi dari jendela, "Mati aku.. kenapa bisa pas sih sama Jisoo dateng.." Jennie cepat-cepat duduk di kursinya dan berusaha menyibukan diri sendiri ketika Kim Jisoo masuk ke kelas.

Semenjak perlakuan Jisoo padanya mulai menunjukan perubahan Jennie mulai enggan mendebat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan gurunya. Dan jika ia sendiri tidak mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan, Jisoo tidak melakukannya seperti dulu, gadis itu tetap diam sampai Jennie menjawab itu juga kalau Jennie menjawab kalau tidak dia akan diam.

"Apakah aku bisa menjadi seperti yang Jisoo lakukan? Aku hanya terlalu takut untuk bergerak lebih dulu tapi ini sudah beberapa bulan sejak kita saling mengenal, mungkin perhatiannya hanya sebatas perhatian dengan teman, dia tidak mungkin su.."

"Kim Jennie, sebatang kayu memiliki panjang 10 m, dari pernyataan tadi yang disebut besaran yang mana?"

Roseanne menyikut lengan Jennie dan membuat gadis itu segera menengadah tapi Jennie tidak menjawab pertanyaan dari sang guru, "jawabannya adalah?"

"Panjang, Mr."

"Oke, saya kira kamu melamun.." tegur sang guru, pikiran ini mengganggunya bahkan di tengah jam pelajaran, Jennie berusaha kembali fokus.

"Keluarlah dari pikiranku Jisoo-ya..."

***

Andrean baru saja mengirimkan pesan di grup ekskulnya kalau istirahat sekarang semua anggota ekskul fotografi di minta untuk membantu Student Council.

Jennie tidak sempat ikut makan bersama teman-temannya karena setelah pelajaran selesai, ia segera naik ke lantai 3.

"Jen.." di pertengahan tangga, Freen mengejar Jennie, "kau mau ke lab?"

"Hmm.." Jennie mengangguk.

"Bareng kita, aku juga mau kesana."

Ucapan ketika Freen mengatakan kalau mereka berdua akan sering bertemu ternyata menjadi kenyataan sekarang.

"Hai, Jen untung kau sudah datang, ada beberapa anggota yang ikut menjadi panitia acara jadi kita kekurangan orang, bisakah kau membawa laptop ini ke bagian desain di ruang pers?" tanya Andrean yang kedua tangannya sudah penuh dengan proposal acara.

"Baik kak."

"Biar aku saja." Freen segera mengambil laptop yang Andrean maksud.

"Freen, laptop yang kau butuhkan yang warna hitam, sebelah sana." Andrean menunjukan laptop yang harus Freen ambil, tapi bukannya memberikan laptop pertama pada Jennie, Freen membawa kedua laptop itu di tangannya, "kalau anak pers membutuhkan sesuatu dari kita, kau handle dulu ya Jen."

"Iya kak." Jennie dan Freen keluar dari lab.multimedia dengan tangan Jennie yang kosong, "aku bisa kok membawa salah satu laptopnya." ucap Jennie pelan.

"Tidak apa-apa, biar aku saja." Freen membawa Jennie ke ruang pers yang berada di gedung di sebelah, "kau belum pernah ke ruang pers kan?" Jennie menggeleng.

Setibanya di ruang pers, disana ada banyak sekali orang termasuk kakak kelas yang Jennie sendiri belum pernah bertemu.

"Disini banyak orang Jen, maklum ya." Freen menaruh kedua laptop yang tadi dia bawa di meja tempat dimana anak-anak fotografi berkumpul.

The Ice - [Jennie's Side]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang