#28 Boyfriend?

166 28 2
                                    

Karena Jennie dan Jisoo mengambil mata pelajaran yang kebanyakan sama, pada hari pertama mereka ujian mereka tetap bertemu dan berada di ruangan yang sama. Jisoo duduk di belakang Jennie saat kekasihnya itu masuk ke dalam kelas dan menatapnya sekilas. Ingin rasanya Jennie menyapa Jisoo, tapi ia sudah diperingati untuk tidak menyapa Jisoo agar apa yang sudah Jisoo pelajari tidak hilang dari pikirannya.

Jennie teringat dengan kejadian beberapa hari lalu dan berprasangka kalau Jisoo berkata seperti itu padanya hanyalah sebuah alasan dari kekesalannya.

Jennie bisa saja membiarkan hal itu terjadi tapi ia terlalu takut untuk melangkah lebih jauh, itu bukanlah niatnya sejak Jisoo datang berkunjung ke rumah. Ia memang berusaha untuk lebih agresif tapi ia tidak menyangka kalau Jisoo bisa lebih berani dari yang ia lakukan.

"Apa aku iyakan saja ya?" Jennie menatap ke arah mejanya yang kosong, "aku takut..." ia berusaha menepis semua pikiran itu, bukan saat yang tepat untuk memikirkannya Jennie harus fokus.

Tidak ada kesulitan yang berarti yang Jennie hadapi, hampir semua soal bisa ia jawab, lupa itu wajar. Setiap hari akan ada beberapa pelajaran yang tercampur dan mereka akan mengerjakan semua ujian mata pelajaran tersebut baik tes tertulis maupun ujian praktik.

Jennie menyempatkan diri untuk berbelok ke arah ruangan student council dimana ada beberapa anak kelas 10 dan kakak kelas mereka yang berkumpul disana. Ia juga melihat sang ketua dan wakilnya sedang menerima semua formulir yang sudah diajukan oleh para calon anggota.

Jennie mendekati Jisoo dan Lisa yang sudah berbaris, "kalian beneran mendaftar jadi anggota student council?" tanya Jennie basa basi, ia berharap kalau Jisoo sudah mau diajak berbincang karena ujian hari ini sudah selesai.

"Aku sih hanya coba-coba ya, tidak tau kalau dia." tunjuk Lisa pada Jisoo yang berdiri di belakangnya.

"Kan aku sudah bilang, aku akan menemanimu..." jelas Jisoo.

"Hmm, ya sudah." Jennie pergi ke barisan paling belakang dan menunggu gilirannya sampai akhirnya Dea datang merangkul Jennie dan tersenyum padanya.

"Kau ikut mendaftar juga?"

"Karena memang sudah ingin daftar, kebetulan di kasih formulirnya kenapa tidak?" Jennie mengendikan bahunya.

"Jisoo juga daftar?" Dea mencari sosok sahabatnya yang berada di barisan depan.

"Hmm..." angguk Jennie.

"Kompetitif sekali dia, tidak bisa melihat orang lain ikut acara apa selalu saja ikutan." Komentar Dea, Jennie tidak memberitahukannya apa alasan Jisoo mendaftar, bisa jadi bahan gosip teman-temannya kalau ia sampai memberitahukannya jadi Jennie memilih untuk tetap diam.

***

Tidak hanya sehari saja pikiran itu hinggap di benaknya, Jennie masih tidak bisa menghilangkan perasaan bersalahnya. Padahal Jisoo tidak ada membahas hal itu sama sekali, kekasihnya itu terlihat sangat biasa saja, berbincang dengan teman-teman mereka dan tetap memberikan perhatian lebih pada Jennie meskipun hanya melalui pesan.

Perasaan bersalah itu tidak kunjung pergi, Kuma yang duduk di sampingnya saat ini saja hanya bisa menatap Jennie sembari mendongakkan kepalanya karena sang majikan tidak memperhatikannya.

"Anak Appa sudah makan?" Tuan Kim datang dari bangunan sebelah dengan memakai celana pendek dan pakaian santai, "mau Appa masakan sesuatu?" melihat Jennie yang hanya terdiam memegangi gelas susunya, Tuan Kim agak khawatir, "Jen?"

"Hmm?" sang anak menjawab tapi tatapannya tetap kosong.

"Ada masalah?" tanya Tuan Kim sembari mengambil air dingin dari kulkas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Ice - [Jennie's Side]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang