No.1

2.1K 136 1
                                    

"Hei dek, apa kau baik-baik saja? kenapa kau berada diluar begini? dimana rumahmu?" pertanyaan demi pertanyaan keluar begitu saja dr mulut Cesya. Bola mata berwarna hitam kecokelatan, memandang khawatir anak didepannya.

Bukannya menjawab, anak itu justru memasang wajah waspada. Sorot mata tajam, seolah ingin merobek Cesya. Namun dari pandangan Cesya dia hanya melihat seekor kucing liar yang tengah memasang sikap waspada, benar-benar menggemaskan!

"tenang saja, kaka tidak akan menyakitimu" ucap Cesya begitu lembut.

Tidak ada jawaban dr sang anak.

"baiklah, jika kau tidak ingin bersama kaka, kaka akan pergi. Tapi setelah mengantarmu pulang kerumah bagaimana?" tanya Cesya.

dia masih diam dengan menatap tajam Cesya.

"tenang saja kaka bukan orang jahat kok, jadi maukan kaka antar?"

"kok dialognya seperti penculikan" batin Cesya sadar dengan perkataannya

Tapi lagi dan lagi, semua omongan Cesya bagai angin lalu.

"huh baiklah, jika kau tidak ingin memberitahu ku, maka akan ku tinggalkan kau disini sendirian" bohong Cesya untuk menggertak sang anak agar mau berbicara. Dia berharap agar sang anak takut ditinggalkan dan akhirnya membuka mulut untuk berbicara.

.

.

Namun hasilnya nihil, sang anak tetap menutup rapat mulutnya.

pluk.

"jika kau tetap berada disini, kau akan sakit" telapak tangan kanan Cesya mendarat tepat di pucuk kepala sang anak.

deg.

Melebarkan bola mata tepat saat tangan Cesya menyentuh kepalanya.

"LEPASKAN!" teriak sang anak.

plak!

Sorot mata Cesya berubah menjadi tercengang, dikala sang anak berteriak sambil menepis kasar tangannya. Tatapan matanya bertambah tajam, seolah dia sangat ingin membunuh Cesya saat itu juga.

Cesya masih memandang sang anak tanpa mengeluarkan kata-kata.

.

"maaf"

deg.

"maaf kan aku"

deg.

"apa aku melukaimu?" Bukannya marah, Cesya justru bertambah khawatir pada sang anak. Tatapan tulus yg terpancar dr kedua bola matanya membuat sang anak terdiam.

deg.

deg.

"apa-apaan gadis ini" batin sang anak dengan sorot mata terkejut. Seketika tatapan tajam dr matanya berubah menjadi tercengang. Perlahan-lahan warna mata nya memudar, dan menjadi warna hitam kecoklatan. Bibir kecilnya terbuka kecil, tanpa mengeluarkan suara, seperti orang yang merasa kagum akan sesuatu.

"apa kau terluka krna aku?" tanya Cesya untuk yang kesekian kali.

Menatap mata Cesya sekilas, lalu sang anak membuang pandangan dr Cesya.

"memangnya apa yang akan kau lakukan jika aku terluka" gumam sang anak.

deg.

Mendengar suara yang keluar dari bibir kecilnya membuat Cesya kembali bersemangat.

"tentu saja akan aku obati" ucap Cesya memasang senyum lebar.

Melirik sekilas wajah Cesya yang tengah tersenyum lebar "bohong" cicitnya kembali membuang pandangan dr Cesya.

Kak, Kau MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang